Hai hai hai para pembaca. Saya terkejut sekali komen bab di sebelumnya sangat banyak. Sepertinya bab sebelumnya menjadi bab favorit ya? Atau jangan2 sudah kangen berat ma Vincent, jdi lngsung meledak bgitu Vincent muncul 🤭🤭🤭 Saya benar2 terharu dan sangat berterima kasih. Saya jadi semakin bersemangat untuk terus menulis.
Saking semangatnya sampai2 banyak typo bertebaran 🤣🤣🤣. Trus bnyk kalimat yang ga masuk akal, malah ada yg menyimpang dari inti cerita 🙈🙈🙈
Inginnya sih sekali up lngsung 2 ato 3 bab, tpi ga berani. Takut bnyk salah ato tmbh rumit lagi ceritanya. Mohon maklum ya, semoga bisa bersabar. Saya butuh waktu agar bisa menemukan alur cerita yang bagus (brhubung masih liburan di luar negeri juga, jadi sangat lamban prosesnya, karena waktu habis buat jalan2 😋😋😋).
Intinya, saya masih bersemangat untuk melanjutkan Rainbow of life sampai tamat. Tapi butuh waktu untuk menulis dan mereivew ulang agar tidak ada kesalahan typo.
Sekarang masih jam 10 malam disini, tapi di indo pasti uda jam 3 pagi. Jadi sekarang up spin off dulu ya, baru bsk sore ato malam (brarti disini siang atau sore) up bab brikutnya, trgntung tempat yg saya kunjungi ada wifinya atau tidak ✌✌✌
Terima kasih atas pengertiannya 😘😘😘
Happy reading!
~~~~~♡♡♡~~~~~
Felicia meminum jus minumannya dengan bosan saat melihat dua sahabatnya sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri. Vincent menatap ponselnya sambil tersenyum-senyum gila sementara Frank hanya menggelengkan kepala sambil mendesah. Sebenarnya apa yang salah dari mereka berdua?
"Ah.. hari ini membosankan sekali." gerutu Felicia.
"Bagaimana kalau kita pergi menemui Patrick? Kudengar istrinya sudah melahirkan. Katanya anaknya cantik sekali." ujar Frank mengusulkan sesuatu.
"Kurasa itu ide yang bagus. Sekalian aku ingin menggodanya dihadapan istrinya. Hahahahaha." Felicia tertawa dengan penuh kejahilan sambil membayangkan muka merah Patrick yang akan merasa malu dihadapan istrinya.
"Kau ini.. kejahilanmu semakin parah saja." Frank memutar matanya dengan malas dan langsung menyesali tawarannya. Dia merasa kasihan pada Patrick kalau harus menjadi korban kejahilan sahabatnya didepan istrinya. "Aku mau kebelakang dulu."
Setelah Frank pergi, Felicia kembali merasa bosan. Vincent sama sekali tidak menghiraukannya dan masih menatap ponselnya. Sesekali dia akan tertawa geli atau senyumannya melebar tanpa peringatan.
Sebenarnya dia sedang bertukar chat dengan siapa? Felicia sangat penasaran namun dia juga tidak ingin bertanya. Dia tahu tidak akan mudah jika ingin mendapatkan jawaban dari sahabat super jahilnya ini.
Untungnya.. entah suatu kebetulan atau keberuntungan memihaknya, Vincent bangkit berdiri untuk membayar makanan mereka tanpa membawa hapenya.
Dengan gerakan cepat, Felicia mengambilnya dan membaca nama yang sudah menjadi lawan bicara Vincent. Disana dia melihat nama pengirim 'My7' membuat kedua matanya membelalak.
Akhirnya.. setelah bertahun-tahun Vincent tidak tertarik pada seorang gadis, sahabatnya kini telah menemukan seorang wanita yang menempati angka tujuhnya. Wanita yang membuat kehidupan Vincent serasa sempurna saat bersama dengannya.
Dulu saat pertama kali Vincent menjelaskan arti angka tujuh, Felicia berharap dia bisa menjadi yang nomor tujuh. Sayangnya dalam waktu kurang dari dua tahun setelah Vincent memberitahunya, Vincent telah menetapkan posisinya setelah Vanessa disusul dengan Abigail sejak anak itu lahir beberapa tahun kemudian... Bukan nomor tujuh seperti yang diharapkannya. Sejak itu dia sadar dia tidak akan pernah bisa menempati posisi ketujuh itu di hati Vincent.
Namun dia tidak menyesal ataupun marah pada Vincent. Karena saat ini dia telah bertemu seorang yang lebih dewasa, lebih baik serta memperlakukannya dengan sangat baik daripada Vincent. Semenjak dia bertemu dengan Benjamin, diam-diam dia berharap Vincent segera membuka hati pada wanita dan menemukan pasangannya.
Felicia mengembalikan posisi ponsel Vincent pada tempatnya dan mengulas senyuman bahagia. Dia berharap Vincent bisa berbahagia dengan siapapun yang sudah menjadi nomor tujuhnya. Tidak peduli siapapun wanita itu, Felicia akan mendukung mereka sepenuh-penuhnya.
Barulah setelah beberapa hari dia mencari tahu siapa gadis pemilik nomor tujuh di hati Vincent, dia menemukan namanya. Catherine West.
"Aku memang pernah memintamu untuk menjauhkannya dari Benjamin, tapi bukan berarti aku ingin kau merayunya. Aku tidak akan menyetujuinya." ungkapnya membuat Vincent menatapnya dengan bingung. "Catherine West. Bukankah kau sedang mendekatinya?"
Vincent yang tadinya meneguk air menjadi tersedak dan terbatuk-batuk. Vincent menepuk dadanya dan mengelap air yang muncrat membasahi sekitar wajahnya dengan tisu.
"Darimana kau tahu?"
"Memangnya ada hal yang tidak kuketahui di dunia ini?" Felicia mengucapkannya dengan nada humor membuat Vincent mendengus cuek. Namun akhirnya mereka berdua tertawa bersama-sama.
"Ceritakan padaku, bagaimana kalian bisa saling jatuh cinta. Lalu kapan kalian mulai dekat? Apakah sekarang kalian sudah resmi berpacaran?" dan ribuan pertanyaan lainnya menginterogasi sahabatnya.
Sayangnya Vincent sama sekali tidak menjawab satupun pertanyaan yang diajukan. Dengan cerdiknya dia mengalihkan pembicaraan mereka dengan menunjukkan foto Benjamin lainnya. Karena itu topik pembicaraan mengenai Vincent-Cathy teralihkan dengan cepat. Felicia lebih tertarik mendengar apapun mengenai Benjamin, pria yang menjadi incarannya. Sementara Frank hanya bisa meratapi nasibnya yang masih menjomblo sambil mendengar kedua sahabatnya berinteraksi mengenai pujaan hati mereka.
"Hei! Bisakah kalian membahas asmara kalian di tempat lain? Aku sedang bekerja disini." gerutu Frank tidak memperdulikan para pengunjung galeri memandangnya dengan tatapan heran.
Sementara Vincent dan Felicia hanya tertawa geli menanggapi omelan Frank.
Mohon bantuan vote dan review ya
Happy reading!