Download App
37% My New Neighbour / Chapter 94: Kebohongan yang Menjadi Nyata

Chapter 94: Kebohongan yang Menjadi Nyata

Setibanya di Rumah Sakit, Aris kemudian membiarkan dokter dan perawat melakukan pemeriksaan padaku, sementara dirinya menghubungi Ryan melalui handphonenya. Beberapa kali dia mencoba menghubungi tetapi tidak berhasil, hanya operator yang menjawab bahwa telponnya sedang berada diluar jangkauan.. Tidak putus asa, kemudian Aris mencoba menghubungi Oka, namun ternyata Oka juga sama. Dia tidak menjawab panggilan telponnya. Saat sedang sibuk menghubungi orang-orang tersebut, akhirnya dokter yang tadi memeriksaku pun datang mendekatinya.

"Pak, apa Bapak suami dari Ibu ini?" tanya dokter tersebut pada Aris

Belum sempat Aris menjawab, dokter tersebut kembali berkata

"Selamat ya Pak, istri bapak hamil. Saat ini usia kandungannya sudah 3 minggu.. Penyebab dia pingsan tadi karena Ibu kekurangan darah, Hbnya rendah 7, 9 gram/dL.. Mohon diperhatikan Pak, terutama makanannya. Bila perlu, Ibu suruh konsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi, seperti bayam, daging, hati, ikan, kacang-kacangan.. dan jangan lupa juga Ibu disuruh minum tablet penambah darah.. Nanti akan saya resepkan.. " dokter tersebut menjelaskan panjang lebar pada Aris

"Ah iya.. karena ini masih ditahap awal, mohon dijaga baik-baik kandungannya. Perhatikan asupan makanan serta kelola stress yang baik. Biasanya seorang wanita ketika sedang hamil, dia menjadi lebih sensitif daripada biasanya. Mohon di jaga emosinya Pak.. Sekali lagi Selamat buat Bapak" ucap dokter tersebut sambil tersenyum. Kemudian dia pun pergi meninggalkan Aris

Saat itu aku belum tersadar.. hingga beberapa saat kemudian, ketika aku telah siuman, aku terkejut mendapati diriku di ruangan IGD Rumah Sakit bersama dengan Aris disana.

Belum sempat aku bertanya, tiba-tiba Aris berkata terlebih dahulu padaku

"Tadi kau pingsan di lift, makanya aku membawamu kemari.." ucap Aris

"Aku sudah mencoba menghubungi Ryan beberapa kali, tapi handphonenya tidak aktif.. begitu juga dengan Oka, dia tidak mau menjawab telponnya, jadi aku memutuskan untuk menemanimu sebentar disini.. tapi karena kau sudah sadar.." Aris berhenti sejenak tidak melanjutkan kata-katanya

"Sepertinya kau juga tidak nyaman dengan keberadaanku disini, maka aku akan pergi sekarang." ucap Aris sambil bangkit dari kursinya, hendak keluar.

"Kau tenang saja, aku sudah mengirimkan pesan pada Oka.. mungkin sebentar lagi dia akan kemari menemuimu.." dan Aris pun melangkah menuju pintu untuk keluar

Saat itu, sebelum Aris keluar dari pintu itu, aku kemudian memanggilnya

"Aris.." ucapku.

Dan kemudian dia pun menoleh ke arahku.

"Terima kasih dan maaf.." sambil aku tersenyum padanya karena merasa tak enak.

Aris pun membalas senyumku itu dan kemudian dia pergi melangkah keluar pintu.

Tidak berselang lama setelah Aris pergi, Oka pun tiba-tiba muncul disana. Dengan muka sumringah dia memanggilku,

"Maa.." sapa Oka histeris bahagia sambil berlari ke arahku

"Hey.. Anak kesayangan Mama.. Kamu kok bisa cepet langsung datang kemari Sayang. Kamu gak kabur dari sekolah kan?"

"Gak Ma.. Oka sudah izin kok." jawab Oka

Sambil masih tersenyum, dia pun kembali berkata

"Ngomong-ngomong Ma.. Jadi beneran nih Oka bakalan punya adik? Laki-laki atau perempuan Ma??" tanyanya kembali yang membuatku terkejut

"Punya adik?? Loh.. tau darimana kamu? Memangnya Mama hamil apa?" responku bingung

"Katanya Om Aris tadi. Dia sms Oka, katanya Mama tiba-tiba pingsan di lift dan begitu dibawa dan dicek sama dokter, ternyata Mama hamil.."

"Penyebab Mama bisa pingsan itu karena Mama kekurangan darah.. Hb Mama rendah, dan Mama disuruh sama dokter buat makan makanan yang tinggi zat besi. Ini.. Om Aris juga udah kirim resep obatnya ke Oka, nanti tinggal Oka tebus di apotik.." Oka menjelaskan panjang lebar sambil memperlihatkan isi pesan dari Aris

Aku terkejut mendengar semua penjelasan dari Oka, akan tetapi.. yang membuat aku bingung adalah mengapa Aris tidak mengungkit atau bahkan menyebutkan masalah kehamilanku ini tadi.. Apa dia masih merasa tidak enak denganku. Aku jadi merasa sedikit bersalah padanya. Kira-kira apa yang ada dibenaknya mengenai perubahan sikapku ini ya? Apa dia tahu bahwa saat ini aku mencoba menjaga jarak dengannya?

Sungguh, ini sangat tidak nyaman bagiku. Maksudku, kita ini kan bertetangga.. mau sampai kapan aku terus bersikap dingin padanya..

Tapi.. ini semua kulakukan demi Ryan, karena aku tidak ingin membuatnya cemburu dan salah paham lagi..

"Ahh, iya Ryan.. Bagaimana aku memberitahukan kabar ini padanya ya. Dia pasti senang mendengar bahwa aku telah hamil." ucapku dalam hati sambil mengelus-ngelus perutku. Kemudian,

"Ma.. Apa Papa sudah tahu mengenai kabar ini?" tanya Oka padaku

"Sepertinya belum. Aris tadi berusaha menghubunginya tetapi dia tidak berhasil. Papamu kan mengganti nomornya dengan nomor luar.." jawabku

"Wah, bagus sekali kalau begitu. Kita rahasiakan ini dari Papa dulu ya Ma. Biar nanti pas Papa pulang baru kita beritahu. Biar surprise.." ucap Oka antusias sambil mengedipkan matanya

"Iya iya.. terserah kamu saja Sayang." jawabku sambil mengusap-ngusap rambutnya

Oka begitu senang saat itu. Dia memposisikan dirinya sebagai pengganti Ryan. Dia terus merawatku.. sepertinya dia senang bahwa dirinya akan menjadi seorang kakak. Sesekali dia terlihat mengelus-ngelus perutku. Bahkan, sampai saat kami kembali ke apartemen, dirinya terus saja berusaha menjaga dan merawatku, seolah aku ini seorang pasien yang sedang sakit.

Sementara di Apartemen Aris dan Shina, sekembalinya Aris ke apartemen..

"Kenapa lama sekali? Apa saja yang kau lakukan diluar sana dan kenapa panggilan teleponmu itu sibuk terus?" tanya Shina kesal pada Aris

"Tadi ada urusan mendesak.." jawab Aris

"Memangnya urusan mendesak apa sehingga membuatmu lupa kewajibanmu sebagai seorang Ayah untuk Rani.. Rani itu sedang sakit, harusnya kau lebih mendahulukan Rani dibandingkan urusan pekerjaanmu itu Aris.." ucap Shina marah

Sebenarnya.. tadinya Aris tidak mau menceritakan mengenai kejadian dia menolong Lena saat pingsan didalam lift. Akan tetapi.. dia kemudian berpikir, akan lebih menyakitkan dan membuat salah paham jika nanti istrinya itu tahu masalah ini belakangan atau mendengarnya dari orang lain, sehingga akhirnya dia pun memutuskan untuk menceritakannya pada Shina kejadian yang sebenarnya.

Mendengar Aris menceritakan hal itu, respon Shina kemudian

"Kau.. Jadi ternyata kau itu lebih peduli terhadap mantanmu itu ketimbang Rani.. Apa karena Rani ini bukan anak kandungmu, hah?" ucap Shina dingin dan kecewa pada Aris

"Tidak.. Bukan seperti itu Shina. Tadi itu hanya ada aku saja disana.. Tiba-tiba dia pingsan, sesaat ketika dia masuk ke dalam lift. Jadi, saat itu juga aku langsung membawanya ke Rumah Sakit.." Aris menjelaskan

"Alasan.. Kenapa kau tidak menghubungi Ryan atau keluarganya saja. Untuk apa sampai kau yang perlu repot-repot mengurusnya sendiri. Dia itu kan bukan istri atau keluargamu.. kau tahu?" Shina masih emosi

"Tetap saja, aku tidak bisa membiarkannya pingsan didalam lift tanpa melakukan upaya apapun untuk menolongnya. Aku masih punya hati nurani.." jawab Aris

"Jadi maksudmu.. aku itu tidak punya hati nurani??" ucap Shina marah membentak. Kemudian dia pun pergi meninggalkan Aris keluar kamar

Aris saat itu tidak langsung mengejarnya. Dia terlihat memberikan Rani obat yang dibawanya tadi.

Beberapa saat setelah memberi Rani obat dan menidurkannya dikamar, Aris kemudian menuju kamarnya untuk membujuk Shina.

Sesaat setelah Aris masuk, Shina kemudian menutupi dirinya dengan selimut dari ujung kaki hingga kepala, seolah dirinya saat itu tidak ingin diganggu oleh siapapun. Aris kemudian mendekat ke arahnya. Sambil mencoba membuka selimut yang menutupi badan Shina itu dia berkata,

"Shina.. Aku minta maaf kalau membuatmu kecewa." ucap Aris sambil mencoba menarik selimut. Akan tetapi, saat itu Shina masih tetap mempertahankan keadaannya.

"Shina.. aku sama sekali tidak berpikir untuk mengabaikan Rani.. bahkan menganggap Rani bukan sebagai anak kandungku.. Kau kan yang lebih tahu dari siapapun bahwa aku sangat menyayanginya.." ucap Aris kembali

"Maafkan aku.. jika kau menganggap keputusanku ini salah karena lebih mendahulukan menolong orang lain dibandingkan Rani yang merupakan anakku.. Sungguh, aku tidak bermaksud demikian.. Apalagi mengatakan bahwa kau itu tidak memiliki hati nurani.. Aku sama sekali tidak pernah berpikiran seperti itu.."

Aris terus berupaya membujuk Shina tapi kelihatannya Shina masih belum mau memaafkannya. Akhirnya Aris pun memutuskan untuk keluar kamar sambil berkata

"Baiklah kalau kau memang masih belum menerima keputusanku itu, aku tidak akan memaksanya.. Aku hanya ingin minta maaf dan menjelaskan semua ini padamu." kemudian Aris pun kembali membuka pintu untuk keluar.

Namun, saat itu Shina kemudian membuka selimutnya sambil berusaha menghentikannya

"Aris.." panggilnya

Kemudian Aris pun menengok ke arahnya

"Aku tahu sebenarnya keputusanmu saat itu memang tidak salah. Kau hanya berusaha untuk menolongnya saja.." ucap Shina sambil memandang Aris

Kemudian dia menunduk dan mengarahkan pandangannya ke bawah sambil berkata

"Hanya saja aku terlalu takut.. Aku takut dan merasa cemburu.. Aku tidak ingin kau kembali lagi jatuh cinta pada Lena, yang nantinya hal ini akan membuatmu kembali terluka.. dan menjadikanmu seperti orang bodoh.. karena mengharapkan cinta yang mungkin tidak akan pernah terbalas.."

Tiba-tiba aaat itu Aris langsung memeluk Shina. Kemudian dia berkata,

"Tidak.. aku tidak akan kembali padanya karena aku sudah memutuskan untuk mencintaimu dan menjadi suamimu kan." jawab Aris

Shina terlihat bahagia mendengar perkataan Aris itu.. dia membalas pelukannya hingga kemudian, sambil tersenyum.. Shina pun membisikkan sesuatu pada Aris

"Aku menginginkanmu sekarang.." bisik Shina yang membuat Aris menjadi malu dan mukanya bersemu merah

Aris kemudian menjadi salah tingkah saat itu. Dia tiba-tiba melepaskan pelukannya sambil berkata,

"Aku pergi mandi dulu.."

Namun Shina kemudian menariknya dan langsung menciumnya. Sambil berusaha melepaskan kemejanya, dia kemudian berkata

"Tidak apa-apa.. hanya cukup aku saja yang sudah mandi disini. Aku hanya ingin memberitahukan padamu bahwa aku sudah mandi bersih.." ucap Shina sambil tersenyum nakal menggoda

Kemudian, akhirnya.. mereka pun melakukannya untuk yang pertama kalinya. Terlihat sekali Aris sangat kikuk saat itu, akan tetapi.. karena Shina sudah berpengalaman sehingga mereka pun akhirnya dapat melakukannya dengan baik dan lancar, tanpa adanya gangguan dari siapapun kali ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C94
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login