Semoga kalian suka dan selamat menikmati
17 Agustus 2020
Selamat Hari Merdeka semua
♡♡♡
Lalu pengendara mobil itu keluar, ia mengecek keadaan Elina. Apakag terluka, mati, atau masih hidup
****
Marvel melihat disana Elina sedang berlutut ketakutan, lalu Marvel menghela napas lega.
"Huft ... syukurlah, dia masih hidup." Marvel berdiri di depan Elina sambil memarahi wanita itu.
Lalu Marvel berdecak kesal. "Ck, lo mau mati?"
Elina tidak menyahut. Marvel kemudian berjongkok di hadapan Elina, menyamakan tingginya dengan wanita itu.
"Hei, Nona! Lo nggak apa-apa, 'kan?" tanya Marvel khawatir, ia menggoyangkan tubuh Elina.
Tak lama kemudian, suara anak buah ayah Elina meneriaki namanya. Lantas Elina menoleh, dari jauh anak buah ayahnya mendekat kearah Elina.
Dengan mata memohon, Elina berkata, "Saya minta tolong. Tolong selamatin saya dari kejaran preman-preman itu."
Marvel kebingungan, ia bingung antara memilih membantunya atau pun tidak. Tapi Marvel tidak ingin ikut campur urusan mereka.
Pada saat Marvel berdiri, ada sebuah tangan yang memegang erat tangan besarnya. Marvel melihat Elina yang memohon kepadanya.
"Tolong saya, tolong bawa saya pergi dari sini. Please!Bantu saya."
"Maaf, saya tidak bisa." Lalu Marvel
meninggalkan Elina di tengah jalan.
Sedangkan Elina menatap kepergian pria itu dengan tatapan kesal.
"Ck! Dasar pria biadab! Gak punya perasaan sedikit pun!"
Elina lalu bangun dan menoleh ke belakang, disana anak buah ayahnya itu tetap mengejarnya. Kemudian Elina menoleh kemobil pria itu.
Lantas Elina berteriak, "DASAR BIAWAK! GAK PUNYA PERASAAN! PRIA MACAM APA, SIH, LO?! MEMBIARKAN WANITA YANG TIDAK BERDAYA!"
Sementara yang dimaki oleh wanita itu hanya diam sambil mendengar perkataan selanjutnya. Tetapi merasa tidak ada lanjutannya, Marvel pergi menggunakan mobilnya.
Elina melihat mobil sedan hitam itu dengan kesal bercampur marah. Kemudian berdecak, "Ck, gue dikacangin. Bener-bener menyebalkan!"
"Nona Elina!"
Sesaat Elina tersentak kaget, lalu ia kembali berlari.
"Ck, mereka nggak capek, apa? Ngejar gue mulu, gue aja capek! Astaga, penderitaan gue berat banget. Sumpah, gue gak kuat! Dewa, Dewi, tolongin gue!"
Lari adalah jalan salah satunya. Walaupun lari menguras tenaga ekstra, tetapi hanya lari yang bisa membantu Elina dari kejaran-kejaran anak buah ayahnya.
Setelah menempuh 2 jam berlari, Elina menyasar di salah satu jalan yang tidak dia kenali. Berjalan kesana-kesini, memanggil beberapa orang dan sayangnya yang di panggil malah tidak datang.
"Ini jalan sepi amat. Masa nggak ada orang? Atau emang jalan sepi gini?"
Elina menoleh kebelakang, tidak ada orang lalu mengusap-usap tangannya. "Kok gue merinding?"
Melangkah kesana-kesini sembari menoleh rumah-rumah yang lampunya padam. Namun, langkah Elina berhenti tepat di depan rumah mewah. Saking mewahnya, rumah ini kurang terjaga.
Elina penasaran rumah apakah ini, lalu ia mulai melangkah masuk. Tetapi langkahnya terhenti karena Elina tak sengaja bertatapan langsung dengan sosok kuntilanak.
Dengan wajah ketakutan, Elina berteriak histeris. "AHHH! EMAK! ADA MBA KUNTI!"
Elina lari terbirit-birit. Lalu tak sengaja menabrak kakek-kakek, kemudian Elina kembali berteriak.
"AHH! KAKEKNYA KUNTILANAK! AHH!"
Kakek-kakek itu langsung menyentil kening Elina. "Enak aja dibilang kakeknya kunti. Mau kualat, hm?"
"Ih kakek kenapa nyentil kening Elina, sih?" Elina mengerucutkan bibir kesal. "Ya maaf, habisnya Kakek muncul seperti kunti." Elina terkekeh pelan.
"Ikut Kakek," kata Kakek Elina menarik tangannya masuk ke sebuah rumah sederhana dengan keadaan rumah ini mati lampu.
"Kak—"
Kakek Elina menutup mulut Elina lalu berbisik, "Shutt! Diam, orang-orang suruhan ayahmu diluar."
♡♡♡♡
Semoga suka chapter 2
Folow Ig :@YaniAsril12 and @Nupen21
aku tunggu kalian menjadi teman ku;)
— New chapter is coming soon — Write a review