Download App
9.61% Moment at Senior High School / Chapter 5: Bab 5

Chapter 5: Bab 5

Di luar ruangan seni

"Lu tenang aja gue gak bakal bocorin apa gue denger tadi"

"Astagfirullah kaget gue. Lu kalo ngomong bilang permisi dulu kek"

"Udah lah ga usah kaget gitu juga kali. Pokoknya itu tadi gue gak bakal bocorin apa yang gue denger tadi"

"Ya terserah elu si, gue si ga peduli mau lu sebarin ke satu sekolah kek mau pendem sendiri kek gue ga peduli. Bye gue mau pergi dulu"

Asrma

Apa kalian udah tau belom yaa kalua di sekolah ini juga menyediakan asrama bagi para siswa dan siswi yang rumahnya jauh. Bahkan kita juga bisa hanya sekedar bermalam saja seperti di hotel. Selain itu fasilitas disini sama dengan fasilitas hotel bintang lima. Tapi balik lagi pada pengkastaan itu, disini siapa yang dari kelas VVIP akan mendapatkan kamar layaknya hotel bintang 5, sedangkan kelas VIP akan mendapatkan kamar layaknya hotel bintang 4, sedangkan yang reguler akan mendapatkan kamar layaknya hotel bintang 3.

"Untung disini sediain asrama kayak gini. Gue kan bisa bolos pelajaran sambil bersantai depan kolam renang kek gini" Batinku

Tak lama kemudian datanglah Zeva. Zeva dia adalah putri pemilik sekolah ini. Dia berada di kelas B.

"Oi tuan putri akhirnya datang juga. Suatu kehormatan bagiku telah bertemu dengan anda"

"Gak usah basa - basi deh lu Cha. Udah langsung aja apa mau lu nyuruh gue kesini (nada judes)"

"Oi sabar dulu dong. Gak asik lah kalau langsung to the point. Kita minum - minum wine dulu lah. Traktir gue dong sekali kali"

"Buat apa gue traktir elu. Elu kan bisa beli pakek duit lu sendiri (nada judes)"

"Yak ilah judes banget si jadi cewek. Eh lu tau ga kalau cewek yang judes kek elu gini bakal susah cari cowok"

"Itu urusan gue bukan urusan lu (nada judes)"

"Calm down dong va. Ok ok gue bakal langsung to the point. Elu satu kelas kan sama Rosie?"

"Iya emang kenapa?"

"Gue mau elu bantuin gue buat halangin Rosie deket sama Devan"

"Imbalannya apaan?"

"Gue bakal kasih kunci jawaban soal evauasi"

"Eamng elu tau kunci jawabannya?"

"Elu ngeraguin kepintaran gue?"

"Ya gak juga sih, okelah gue setuju"

"Hmm sudah bisa gue tebak si, kalau dia bakalan nerima tawaran gue. Secara dia kan selalu pengen masuk kelas A. Hmm kasian juga yaa, dia selalu dipaksa oleh orang tuanya buat belajar terus"(Batin ku)

18.00

"Akhirnya sekolah selesai juga. Hoamm ngantuk banget gue. Gue balik duluan ya da Chaca, da Karin"

"Gue juga balik duluan deh Cha, mobil bokap udah jemput soalnya"

"Oh ok gue juga mau balik"

Persimpangan Jalan Kota

Brakk. Kulihat di tepi jalan, ternyata ada orang yang menabarak. Orang tersebut keluar dari mobil untuk melihat korbannya. Sejenak kuperhatikan dia, "Sepertniya aku pernah melihat dia". Lalu orang yang menabrak tersebut memberi korbannya uang. Sepintas kudengarkan percakapan mereka dari luar mobil.

"Tolong.. Tolong saya. Bu tolong bawa saya ke rumah sakit. Saya tidak boleh sakit, karena anak dan istri saya membutuhkan saya"

"Pak tolong terima uang ini dan pergi dari hadapan saya"

"Nak tolong saya nak"

"Ma bagaimana ini?"

"Sudah lah ayo capat masuk ke dalam mobil sebelum ada orang lain yang lewat"

"Ma, apakah kita akan meninggalkannya begitu saja?"

"Kita sudah memberinya uang. Sudahla daripada nanti keluarga kita berurusan dengan polisi. Ayo cepat masuk"

Korban tersebut tergeletak dijalan tidak ada yang menolongnya. "Ah aku baru ingat siapa perempuan itu. Hmm dia adalah Nora, dia di kelas C. Wah tak kusangka dia akan melakukan perbuatan keji seperti ini. Kukira dia perempuan yang cukup pendiam. Tapi nyatanya tidak"

Rumah Keluarga Devano

"Akhinya sampai rumah juga. Tapi bagaimana keadaan orang tadi yaa? Hmm sudahlah itu bukan urusan ku juga"

"Woi ngelamun aja kamu. Hayo lagi mikirin apaan coba?"

"Ih kak Devo ngagetin aja"

"Lagian kamu bukannya masuk ke rumah malah diem aja disini"

"Iya iya ini mau masuk. Kakak kapan balik ke sini?"

"Tadi sore. Bareng sama Tania"

"Hah si nenek lampir itu datang lagi"

"Chaca jangan sebut tunangan kakak seperti itu"

"Iya kak maaf"

"Ya udah ayo masuk"

"Ma, Pa Chaca pulang"

"Sudah pulang kamu Cha, ayo sini bantuin kak Tania di dapur"

"Iya ma"

"Heh kamu rupanya. Masih disini juga kamu. Ga kapok apa dulu pernah gue usir dari sini"

Aku tidak peduli dengan omongan kak Tania. Dia selalu membenciku dan mamaku. Dia selalu berusaha mengusirku dengan bersekongkol dengan keluarga besar om Devan. Ya keluarga besar om Devan tidak terima bila harus om Devan menikah lagi.

Cerita Berlanjut...


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login