Download App
82.6% Misteri Dendam Kembar Nama / Chapter 19: Sikap Iblis

Chapter 19: Sikap Iblis

Mendengar perkataan Hana, Rey pun hanya mengernyitkan kedua alisnya dan memikirkan arti dari perkataan Hana.

"Kalian? Para lelaki?" Rey bertanya-tanya.

"Ya, kalian. Kalian para lelaki. Tapi aku sama sekali tidak berdebar karenamu. Kau hanyalah Rey, lelaki yang nantinya pasti akan terobsesi denganku," cetus Hana dengan percaya diri.

"Jangan bilang kau . . . dengan lelaki lain, Ah, benar! Gadis murahan sepertimu, tentu saja sering melakukannya dengan banyak pria. Sudah berapa banyak pria yang kau cicipi?" Rey malah balik menyindir dan menuduh Hana.

Hana pun tidak terima dengan perkataan Rey yang terdengar seolah-olah meremehkannya dan menuduhnya secara acak. Hana semakin menatap tajam netra Rey yang juga tak berkedip.

"Dengar, Rey . . . berhenti merendahkanku! Apa kau pikir kau akan merasa tinggi, setelah terus merendahkanku seperti ini?" Hana semakin geram dan gentar. Kedua telapak tangan Hana pun mulai mengepal.

"Tentu saja tidak. Kita berbeda, aku tidak sepertimu yang sangat hina. Aku juga ingin mengajukan pertanyaan, apa dengan bersikap jual mahal dan mengacuhkanku, kau akan meninggalkan nilaimu di mataku?" Rey berhenti sejenak, lalu mendekatkan bibirnya di telinga Hana. "Mimpi!" bisik Rey.

Hana sudah tidak tahan lagi atas hinaan Rey, ia pun mulai mengangkat lengannya dan ingin menampar wajah Rey. Namun, Rey langsung menangkap lengan Hana dan menahannya dengan kuat.

Hana tidak menyerah, lalu ia mengangkat lengannya yang lain. Ia tetap geram ingin menampar wajah Rey sekeras-kerasnya. Namun, Rey pun langsung menangkapnya sekali lagi.

Rey berhasil menangkap kedua lengan Hana dan mencengkram kedua lengan Hana dengan kuat. Rey mencengkram dan mengangkat kedua lengan Hana di atas kepala Hana dan memojokkannya, lalu menahannya ke dinding.

"Rey, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Hana berusaha memberontak Rey.

Rey tidak beberbelas kasihan kepada Hana. Ia malah semakin menguatkan cengkraman tangannya, hingga membuat kedua lengan Hana memerah dan terasa nyeri. Darahnya tertahan dan tidak mengalir ke telapak tangannya.

Hana mengedipkan matanya dengan dalam, menahan rasa sakit yang ia rasa saat ini. Namun, hal itu tetap tidak membuat Rey merasa kasihan kepadanya.

Sama halnya dengan Hana, Hana sendiri tidak ingin meminta belas kasihan dari Rey. Hana tetap gentar dan tidak tinggal diam. Hana berusaha memberontak sekuat tenaga, tetapi tenaga milik Rey jauh lebih kuat darinya.

"Dengar, meski kau pemegang sabuk hitam taekwondo, kau tetaplah curut yang lemah. Aku adalah kucing yang bisa menerkammu sewaktu-waktu, meski kau memiliki banyak ide untuk melarikan diri." Rey kembali membisikkan kata-kata itu di telinga Hana.

Harga diri Hana semakin terluka, ketika mendengar perkataan dari Rey yang seakan-akan menganggap dirinya berada di posisi yang paling tak berdaya, lebih-lebih dari hewan peliharaan dan binatang ternak.

Hana mulai membangkitkan ambisinya dan berusaha membuktikan bahwa ia bukanlah gadis yang bisa ditindas seenaknya. Hana pun mulai menggerakkan kakinya ke selangkangan Rey.

Namun ternyata, Rey dapat menahannya. Rey menahan kaki Hana dan semakin memojokkan tubuh Hana di dinding. Rey membuat Hana sudah tak leluasa bergerak dan tertahan tak bisa lepas dari Rey.

"Kau pikir dengan melakukan cara yang sama, aku tidak bisa menangkis serangan. Lain kali, jangan melakukan cara yang sama untuk melawan seorang pria," ucap Rey.

Hana hanya memincingkan sebelah matanya, ketika mendengar oerkataan Rey. Perkataan yang diucapkan Rey itu, membuat Hana sedikit berpikir bahwa ia pernah mendengarkannya di suatu tempat.

Hana merasa bahwa ada seseorang yang pernah mengatakannya kepadanya. Namun, Hana sama sekali tidak bisa mengingatnya.

"Bukan waktunya mengingat hal itu, Hana. Kita harus pikirkan cara untuk lepas dari makhluk terkutuk ini," batin Hana dengan geram.

Hana pun mulai berpikir dengan keras, tentang bagaimana cara agar dia bisa terlepas dari Rey. Hana tidak bisa melakukannya dengan tindakan. Maka Hana pun hanya bisa memikirkannya dengan akal dan ucapannya.

"Rey, apa kau tertarik padaku?" Pertanyaan yang dilobtarkan Hana dengan sengaja untuk memancing Rey.

Mendengar pertanyaan Hana, Rey pun hanya tersenyum kecil dan menyeringai. Ia seakan-akan menganggap remeh perkataan Hana.

"Jangan mimpi! Aku melakukan hal ini bukan karena tertarik padamu. Hanya . . . menyakitimu seperti ini adalah kepuasan lain bagiku," ucap Rey dengan senyum liciknya.

"Biadab sekali anak ini!" cerca Hana dalam hati, "Cara ini sepertinya tidak berhasil. Apa aku harus meminta belas kasihan kepadanya saja?" Sepertinya Hana sudah kehabisan ide dan memutuskan untuk meminta belas kasihan kepada Rey, agar Rey melepaskannya.

"Apa kau menikmati posisi seperti ini? Kau sudah berhenti berulah. Percuma saja kau mengelak. Hana, kau mencintaiku. Sayangnya, aku tidak membutuhkan cinta busukmu ini. Baunya seperti kaos kaki." Rey tidak berhenti memancing emosi Hana.

"Kenapa kau sangat membenciku?" Akhirnya Hana melontarkan pertanyaan andalannya.

Rey mengedipkan matanya sejenak, lalu mulai menajamkan matanya kembali. Setelah Hana melontarkan pertanyaan itu, Rey malah semakin bersikap kasar kepada Hana.

Tidak seperti ekspetasi yang dibayangkan Hana. Hana tidak tahu jika akan jadi seperti ini.

Rey semakin menguatkan cengkraman tangannya yang mencengkeram kedua lengan Hana. Tubuh Hana pun semakin ditekan dan terpojok di tembok. Akhirnya, Hana pun memekik kesakitan.

"Rey, Rey . . . kau ini kenapa? Rey, aku kesakitan," lirih Hana sembari menahan rasa sakit yang ia rasa, karena ulah Rey.

"Melihatmu seperti ini, membuatku semakin senang," ucap Rey dengan pembawaan bahagia.

"Hmph!" Hana berusaha menahan rasa sakitnya, tetapi Hana malah mengeluarkan suara erangannya. Ia sudah tak bisa lagi merasakan sakit yang ia rasa, karena tekanan kasar dan keberingasan Rey kepadanya.

"Dasar lemah!" cerca Rey.

"Rey!!!" bentak Hana.

Kemudian Hana berusaha sekuat tenaga untuk memberontak dan sedikit melonggarkan tekanan dari Rey. Tubuh Rey dan Hana tak berjarak sedikit pun.

Rey menahan tubuh Hana di tembok dengan tubuhnya. Rey tidak berbelas kasih kepada Hana dan terus menyiksanya.

"Rey . . . apa kau tidak paham rasa sakit? Kau terlalu kuat menahanku. Kau kejam sekali! Kau beringas," cerca Hana balik.

"Kau pantas mendapatkannya. Hana, ini baru permulaan. Sebaiknya kau pikirkan masa depanmu, sebelum kau memutuskan untuk menikahiku. Aku bukan orang yang perhitungan dan berbelas kasihan, apalagi denganmu," cetus Rey dengan geram.

Hana tidak tahu mengapa sikap Rey tiba-tiba berubah drastis. Rey kali ini tidak seperti biasanya. Kali ini Rey lebih kejam terhadap Hana, seperti sikap iblis.

Entah bagaimana ceritanya, yang pasti Rey tidak pernah menyakiti Hana seperti ini. Hana selalu bisa melawan Rey. Hana sendiri sempat berpikir bahwa Rey selama ini hanya pura-pura mengalah kepadanya saja.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C19
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login