Milena membolak-balik buku panduan itu berkali-kali sejak senja berlalu. Ia nyaris frustasi. Waktu yang dimilikinya semakin sedikit dan di buku itu sama sekali tak ada mantra atau ramuan yang bisa menolongnya. Wajah Milena memucat. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Matanya menyapu ke seluruh penjuru ruangan. Ia bisa saja menggunakan sesuatu dari milik sang penyihir, tapi bersinggungan dengan benda kegelapan bukan ide yang baik saat ini. Ia harus melakukan sesuatu, namun otaknya serasa buntu. Amarah mulai menguasai dirinya, Milena berdiri dan membanting buku panduan P3K miliknya.
"Dasar tidak berguna!" umpatnya marah.
Sesaat, ia ingin mencabik-cabik saja lembaran buku itu. Tapi, akal sehatnya masih jalan. Tindakan gegabah jika ia merusak satu-satunya kemungkinan jawaban atas masalahnya saat ini. Ia memungut buku itu, memasukkannya ke dalam ransel.
"Setidaknya ini adalah satu-satunya hal yang bisa aku andalkan." katanya cemberut.
Matanya tiba-tiba tertuju pada meja yang ada di seberang. Dua buah kotak tadi masih ada di sana, entah mengapa Katrina sampai tak bisa menyentuhnya. Jika karena perjanjian yang mereka buat, apakah ada hubungan antara dirinya dan cermin kejujuran? Mungkinkah karena cermin itu adalah milik para bangsa peri, sehingga sumpah mereka ikut terjalin dengan cermin itu? Ekspresi wajah Milena terlihat aneh—Ia mengerutkan wajah dengan kening terangkat sebelah seraya mengelus dagu dengan tangan kanan. Masa bodoh, ah! Pikirnya. Ia tak akan menemukan jawaban apapun hanya dengan berasumsi tak jelas sendirian.
"Sebaiknya aku memeriksanya. Toh, aku kebal terhadap apapun sekarang. Besi bukan masalah besar saat ini." Ucapnya pada diri sendiri, ia menggantung ranselnya di pundak sebelah kanan, kemudian berjalan perlahan menuju kotak besi, rasa penasaran menggelayut di hatinya.
Ia berbalik sejenak memeriksa ke arah tangga, takut-takut Katrina kembali ke ruangan itu dengan tongkat mengerikannya. Ia menghela napas berat, jantungnya berdebar hebat sekali. Belum pernah ia merasakan sensasi seperti ini sebelumnya, takut, penasaran, was-was, gelisah, dan perasaan bersemangat yang meluap-luap di hatinya.
Milena mengamati setiap sisi dari kotak besi itu. Sangat kokoh dan begitu rapat. Mustahil ia bisa membukanya tanpa mantra seperti yang dilakukan oleh Katrina. Ia menendang kotak besi itu dengan perasaan dongkol. Tindakan bodoh, kakinya kini malah berdenyut hebat, kebal terhadap apapun memang iya, tapi tidak dengan sensasi denyut bertubi-tubi di ujung jempol kaki kanannya.
"Yeah... Hebat!" erang Milena kesal. Ia mengamati jempolnya yang kini tampak kemerah-merahan.
Matanya melirik ke arah buku mantra. Dengan kaki tertatih, ia berjalan menuju buku tersebut. Ekspresi tak suka terpampang di wajahnya. Pentagram yang dilihatnya sewaktu masuk kemarin, kini terlihat jelas. Ia mengenali pentagram itu. Ada banyak macam mengenai pentagram yang pernah ia baca di perpustakaan kerajaan. Dan pentagram satu ini, masuk dalam kategori buku-buku seksi terlarang. Pentagram yang tergambar di buku itu berbeda dengan pentagram lainnya, ada beberapa simbol aneh dan huruf rune kuno serta huruf peri yang tertera di sana. Ini jelas-jelas buku terlarang. Ceroboh sekali meletakkan buku seberbahaya itu di atas meja. Setahu Milena, siapapun dengan niat jahat, akan rela melakukan apapun untuk mendapatkan buku itu.
Terima kasih telah membaca!
Ayo berikan ulasan dan pilih rating 5 bintang untuk Milena!