Download App
66.66% MENGEJAR CINTA MAS-MAS / Chapter 72: MCMM 71

Chapter 72: MCMM 71

Happy Reading ❤

"Mbak Gladys, malam ini ada acara gala diner dengan owner Safeera Collection. Lalu besok pagi RUPS akan dimulai jam 8 pagi sampai jam 2an. Selesai RUPS, mbak Gladys ada jadwal diner dengan Country Manager HvS Collection cabang Singapura dan Thailand. Kemarin sebelum berangkat pak Ditho sudah wanti-wanti supaya mbak Gladys jangan sampai telat. Karena mereka orang-orang yang tepat waktu banget. Bahkan mereka nggak segan-segan membatalkan pertemuan kalau kita terlambat lebih dari 15 menit." Tatiana membacakan jadwal acara Gladys selama di Malaysia.

"Kak, nanti malam mau pakai dress yang mana?" Tanya Endah yang tetap memilih menjadi asisten pribadi Gladys walau dia sudah bekerja di butik. Endah memperlihatkan dua dress kepada Gladys.

"Mbak Tia, owner Safeera berhijab?"

"Iya mbak. Malah kalau nggak salah bercadar seperti mbak Wina."

"Ndah, ada nggak dress yang lebih tertutup dari itu?"

"Dress kak Gladys kan modelnya rata-rata begini. Terus gimana dong?"

"Mbak Gladys nanti mau panggil MUA atau mau dandan sendiri?" tanya Tatiana.

"Hmm... mbak Tia coba hubungi Henry Lau. Nanti habis cari baju, aku akan mampir ke salonnya. Koleksi butik kita ada baju-baju yang tertutup kan?"

"Sepertinya ada mbak. Jangan lupa sekalian baju untuk diner besok malam."

"Setelah dua acara penting itu ada acara apalagi mbak?"

"Lusa siang ada acara gathering bersama pegawai butik kita. Malamnya ada acara ramah tamah dengan pihak kedutaan. Setelah itu free. Apakah mbak Gladys mau langsung pulang atau mau jalan-jalan dulu?"

"Lihat nanti aja mbak. Kalau aku bosan ya aku pulang."

Tiba-tiba ponsel Gladys berbunyi. Ada notifikasi pesan masuk. Nabila. Hmm... ada apa ya? Sudah seminggu lebih ia tak bertemu dengan Nabila dan Aidan. Terakhir ia berkunjung ke rumah Pramudya adalah saat pria itu berulang tahun. Gladys mengetahui tanggal ulang tahunnya dari tante Nungki.

"Assalaamu'alaykum kak Gladys." Gladys langsung melakukan video call.

"Wa'alaykumussalaam dek Bila."

"Eh, jawabnya pake video call." Terlihat wajah ceria Nabila.

"Dek, kamu lagi dimana? Lagi liburan sama om Pram?"

"Bukan liburan kak, tapi antar ayah berobat. Tapi kata ayah sekalian liburan karena adek kan belum pernah ke sini."

"Ibu ikut?"

"Nggak. Adek perginya sama mas Aidan dan mas Banyu. Tuh lihat mas Aidan lagi nonton TV. Mas Banyu... hmm kayaknya mas Banyu tidur deh kak."

"Om Pram mana?"

"Ayah sudah di rumah sakit. Coba kakak bisa ikutan sama kita. Pasti seru deh. Jalan-jalan sama cowok nyebelin. Sampe hotel lebih milih nonton, main game atau tidur."

"Hotelnya bagus banget, dek."

"Iya kak. Kamarnya lebih gede daripada rumah kita. Ada 2 kamar yang gede-gede banget. Ada dapurnya juga. Sudah kayak apartemen yang biasa adek lihat di internet."

"Wah enak dong, dek. Ya kamu nikmatin aja."

"Adek tuh kepengen jalan-jalan. Bukan cuma stay di hotel."

"Kalian menginap dimana?" Nabila menyebut nama hotel tempat mereka menginap.

"Sumpah? Demi apa dek kalian menginap disitu?"

"Kenapa kak? Kakak nggak percaya ya?"

"Bukan nggak percaya. Kakak juga menginap disitu," ucap Gladys.

"Ah, yang benar kak?"

"Beneran dek. Kakak di lantai 25. Kalian di lantai 30 kan? Di penthouse ya?"

"Kok kakak tahu?"

"Ini salah satu hotel favorit kakak kalau sedang kunjungan kesini."

°Kakak ngapain kesini?"

"Ada urusan pekerjaan. Biasa, mewakili papi. Nanti malam aja kakak ada acara galadiner. Eh, kamu mau nggak ikut kak Gladys? Kakak mau cari baju buat acara nanti malam."

"Beneran kak?"

"Beneran lah. Ayo, kamu ikut saja sama kakak. Daripada kamu bosen di kamar melulu. Nanti kita lihat-lihat tempat yang instagramable."

"Hmm.. ayo deh. Nanti setelah jalan-jalan aku di drop di rumah sakit aja. Mau lihat ayah. Kasihan dia sendirian."

"Oke, kalau gitu setengah jam lagi kita ketemu di lobby."

"Oke kak."

Tak lama Nabila, Gladys dan Endah sudah berada di dalam mobil menuju butik yang ada di salah satu mall terbesar di KL. Nabila yang sengaja memilih duduk di samping supir tak henti-hentinya berseru kagum melihat keindahan kota itu.

"Kak Gladys sering liburan kesini ya?"

"Kak Gladys sering kesini karena pekerjaan. Dulu waktu kecil pernah beberapa kali kesini tapi kami lebih sering berlibur ke Eropa. Kumpul bersama keluarga besar opa."

"Eropa? Waaah... Nabila baru kali ini liburan. Alhamdulillah sekalinya liburan langsung ke Malaysia. Pasti liburan akan lebih menyenangkan kalau ayah sehat dan ibu bisa ikut."

"Dek Bila doain aja supaya ayah bisa sehat lagi ya."

"Iya kak. Bila selalu mendoakan supaya Allah menyembuhkan ayah. Oh iya kak, besok kita mau rayain ulang tahun ayah di rumah sakit. Hanya kita-kita saja. Kakak datang ya?"

"Nggak tau nih kak Gladys bisa datang atau nggak. Besok acara kakak padat banget. Ada meeting dan undangan makan malam. Lusa juga begitu." Nabila terlihat kecewa.

"Atau acaranya diundur saja sampai kak Gladys lowong?"

"Jangan dek. Lanjutkan saja acaranya. Nanti kakak pesankan makanan dan kue untuk diantar ke rumah sakit."

Beberapa jam kemudian mereka sudah duduk manis di sebuah salon. Nabila bersikeras ikut karena ia merasa bosan bila hanya duduk manis di hotel.

"Dek, kamu mau make over nggak?" tanya Gladys pada Nabila yang sedari tadi tak henti-hentinya mengagumi salon tersebut. Tapi disaat bersamaan Gladys bisa melihat Nabila memandang aneh pada pegawai salon yang sikapnya kewanita-wanitaan.

"Make over? Ih, kayak selebritis aja di make over. Nggak ah, kak. Lagipula Bila kan masih SMP, belum pantas dandan kayak gitu."

"Mau potong rambut nggak?" Nabila menggeleng dengan cepat.

"Kenapa?"

Nabila mendekat dan berbisik, "Yang motonging orang itu?"

"Memangnya kenapa?"

"Dia itu kan cowok mbak. Bukan mahram. Apalagi gayanya kayak gitu. Hiii... adek takut." Gladys tergelak mendengar jawaban Nabila. Ia lupa kalau Nabila berjilbab dan sangat menjaga auratnya

"Ya sudah, Bila nunggu di cafe saja sama Endah ya." Nabila mengangguk. Ia memang sudah akrab dengan Endah yang sering menemani Gladys.

Saat Nabila dan Endah sedang asyik ngobrol, tiba-tiba ada notifikasi pesan di ponsel Nabila. MAS BANYU. Ya ampun, aku lupa kirim pesan kalau aku pergi jalan-jalan.

Banyu >> Assalaamu'alaykum. Dek, kamu dimana?🤨😤

Nabila >> Wa'alaykumussalaam. Hehehe.. maaf lupa bilang. Adek lagi jalan-jalan.

Banyu >> Jalan-jalan? Sama siapa? 🤨😒. Kamu kan belum pernah kesini. Kalau kamu nyasar gimana?

Nabila >> Maaf.

Tak lama ada Banyu menghubungi Nabila dengan video call.

"Dek, kamu dimana? Kamu tau nggak kalau mas Banyu dan mas Aidan tuh panik nyariin kamu." Suara Banyu marah namun wajahnya terlihat cemas.

"Maaf. Adek lupa kirim pesan. Adek lagi jalan-jalan."

"Sama siapa? Kamu kan nggak kenal siapa-siapa di negara ini. Kamu jangan asal pergi sama orang lain. Kalau kamu diculik dan dijadiin TKW gimana? Atau kalau kamu diculik dan diambil organnya gimana?"

"Ih mas Banyu suka nakut-nakutin deh. Ya nggak mungkinlah adek berani pergi sendiri. Adek pergi sama kak Gladys."

"Apa? Kamu pergi sama siapa? Gladys? Ah, jangan bercanda dek. Kamu nggak nyuruh kak Gladys ikut menemani ayah berobat kan?"

"Ya nggaklah. Adek cukup tau diri untuk nggak selalu merepotkan kak Gladys."

"Lalu kenapa dia ada disini?"

"Iiiih.. memangnya kita doang yang boleh kesini. Bebas-bebas saja kan kak Gladys mau kemana dan ngapain aja. Sudah ah, nanti ketemu di rumah sakit aja ya. Adek mau abisin makanannya sebelum kak Gladys selesai. Assalaamu'alaykum." Nabila langsung memutus pembicaraan.

Sementara di hotel, Banyu terdiam tak tahu harus bereaksi seperti apa saat mendengar Gladys juga sedang berada di Malaysia. Sejak kejadian dia cafe hari itu, mereka benar-benar lost contact. Gladys tak pernah bisa dihubungi atau membalas pesan-pesannya. Seolah Gladys sudah memblokir nomornya. Ada rasa bersalah dan kehilangan. Tapi Banyu tahu tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia yang meminta gadis itu menjauh. Ia pula yang mengatakan gadis itu tak memiliki arti apapun baginya. Namun mengapa tetap ada rasa hampa di hatinya saat tak bisa menghubungi gadis itu. Sementara ia tau kedua adiknya bahkan sang ayah masih bertemu dengannya. Apakah aku salah telah memintanya pergi?

⭐⭐⭐⭐

"Dek, kamu darimana?" Aidan langsung bertanya saat melihat Nabila masuk ke dalam kamar rawat ayah mereka. Di tangannya terlihat beberapa tas yang entah apa isinya. "Kamu tadi pergi sama kak Gladys?"

"Iya. Habisnya mas Aidan dan mas Banyu nyebelin. Masa jauh-jauh ke Malaysia cuma buat tidur dan nonton TV. Kalau itu mah di rumah juga bisa."

"Kok kamu bisa barengan kak Gladys?"

"Ternyata kak Gladys itu menginap di hotel yang sama dengan kita Berarti yang tadi Nabila lihat pas kita di lobby itu memang dia. Mas Banyu nggak percaya sih."

"Nabila, sini ayah mau ngomong sama kamu." panggil Pramudya.

"Ada apa ayah? Pasti ayah mau marahin adek ya?"

"Nggak, ayah bukan mau marahin kamu. Ayah malah mau dengar cerita kamu, tadi kemana saja sama nak Adis?" Lalu Nabila pun dengan bersemangat menceritakan apa saja yang ia lakukan bersama Gladys dan Endah.

"Ini kak Gladys titip buah dan kue buat ayah. Tadi kak Gladys juga titip salam buat ayah. Kata kak Gladys, mohon maaf belum bisa menjenguk ayah. Soalnya malam ini kak Gladys ada acara gala... gala apa ya?"

"Galasin?" celetuk Aidan.

"Bukaaaan."

"Galapagos?"

"Bukaaan.. Iih mas Aidan jangan asal nebak deh."

"Galadiner." sahut Banyu yang dari tadi hanya diam saja melihat Nabila bercerita.

"Naaah iya itu.. Galadiner. Tadi adek ikut kak Gladys belanja dan ke salon."

"Yah, kak Gladys itu beruntung banget ya. Sejak kecil dia sering liburan keluar negeri. Bahkan dia sering ke Eropa. Adek liburan ke Ancol aja sudah senang banget. Gimana kak Gladys ya?"

"Kamu iri?" tanya Banyu.

"Nggak. Biasa aja, mas. Cuma senang aja membayangkan bisa sampai ke tempat-tempat yang cuma bisa dilihat di internet. Tapi Nabila bersyukur kok, apalagi hari ini bisa sampai disini. Coba ada ibu disini ya."

"Maafkan ayah yang baru sekarang bisa ajak kalian berlibur."

"Nggak apa-apa ayah. Nabila nggak pernah menyesal kok nggak pernah pergi liburan." Nabila memeluk ayahnya dengan sayang. "Yang penting buat adek, sekarang adek bisa ketemu ayah."

Maafin mas ya dek, bisik Banyu dalam hati sambil memandang kedua adik dan ayahnya. Maafin Banyu, karena begitu lama bersikap egois tanpa memikirkan kalian.

"Dek, besok kak Gladys nggak kesini?" tanya Aidan. "Mas kangen pengen ngobrol sama kak Gladys."

"Nggak bisa mas. Besok tuh ada meeting apa gitu. RSUP.. eh apa ya? Terus malamnya ada acara diner juga."

"RUPS," ucap Banyu.

"Nah, tuh dia. Besok ada RUPS. Kak Gladys mewakili papinya. Jadi kak Gladys pasti capek banget ya. Habis RUPS malamnya diner. Besok lusa juga jadwalnya padat. Ada kumpul-kumpul dengan pegawai butik disini dan malamnya bertemu pihak kedutaan kalau nggak salah. Tapi kak Gladys pasti juga senang ya."

"Senang gimana?"

"Iya, makan enak melulu. Oh iya baru ingat. Tadi kak Gladys beliin makanan buat kita."

Hati Banyu terasa hangat saat menyadari sikap Gladys yang benar-benar tulus menyayangi keluarganya. Walaupun dirinya dan Banyu tak lagi berhubungan, namun gadis itu tetap perhatian pada keluarganya. Ada rasa sesal dihatinya karena melihat Gladys menjauh, namun hingga saat ini perasaannya lebih kuat untuk Senja. Cinta pertamanya.

"Mas, keluarga kak Gladys orang penting ya?" tanya Nabila sambil menikmati makanan yang tadi dibelikan Gladys.

"Dek, makannya pelan-pelan. Nanti kamu tersedak lho." Aidan mengingatkan.

"Iya masku yang ganteng. Nggak tau nih, dari tadi bawaannya lapar melulu. Padahal tadi pas ikut kak Gladys sudah ngemil kue yang enak banget plus minum milkshake.

"Keluarga Hadinoto itu keluarga yang cukup terpandang baik di Indonesia maupun disini." Pramudya menjelaskan. "Pak Praditho salah seorang eksportir Batik terbesar di Asia Tenggara. Kegigihannya mempertahankan dan memperkenalkan batik ke mancanegara membuatnya diangkat menjadi Duta Batik negara kita."

Nabila mendengarkan penjelasan ayahnya sambil manggut-manggut. Ia semakin kagum kepada Gladys yang mau berteman dengannya yang berasal dari keluarga sederhana.

"Yaaa.. mas Banyu gagal jadi menantu orang ngetop deh," ledek Aidan.

⭐⭐⭐⭐

"Mas, ini makanan dan kuenya sudah datang." Nabila memberitahu Banyu. Saat itu mereka hendak berangkat ke rumah sakit untuk merayakan ulang tahun Pramudya.

"Lho, kapan kamu pesannya? Perasaan mas Banyu belum pesan. Rencananya nanti sekalian ke rumah sakit, mas mau mampir di resto kesukaan ayah. Kemarin om Agus sudah kasih tau."

"Bukan adek yang pesan. Itu kak Gladys yang pesankan."

"Gladys?" Banyu melihat makanan yang baru saja datang. Melihat wadahnya Banyu bisa tahu kalau itu berasal dari resto kesukaan ayahnya. Darimana ia bisa tahu resto kesukaan ayah? Bagaimana ia bisa tahu kalau mereka ingin merayakan ulang tahun ayahnya. Apakah kemarin Nabila memberitahunya tentang rencana ulang tahun Pramudya?

"Coba kak Gladys bisa hadir malam ini, acaranya pasti seru banget."

Banyu diam-diam mengirim pesan pada Gladys untuk mengucapkan terima kasih. Namun pesannya tak dibaca. Ah, dasar elo tuh g****k, maki dirinya sendiri. Bagaimana bisa wanita seperhatian Gladys elo sia-siakan. Dasar t***l.

Benar kata-kata bijak yang mengatakan kamu nggak pernah menyadari arti penting seseorang hingga akhirnya orang tersebut menghilang dari kehidupanmu.

⭐⭐⭐⭐


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C72
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login