di sekolah
"van, lo yakin mau ikut turnamen ML nanti?"tanya sean.
"hm, enak kenapa sih lo gak yakin sama odatte gue".
"yaiyalah loe itu cuma bisa nyusain jhonson gue doang tau gak"cibir sean.
vanya memutar kedua bola matanya malas, iya memang sering main dengan sembarang karna menurut nya iya hanya mrncari kesenangan saat memainkan permainan tersebut tapi itu tak membuat nya selalu kalah, iya juga sering main dengan serius walau hanya sesekali saja.
"vanya!!"panggil seseorang dari arah belakang.
sontak vanya dan sean pun ikut menoleh ke arah suara tersebut.
"kak iqbal!!" sahut vanya.
iqbal tersenyum menghampiri vanya "kamu ada waktu kan sore ini?"tanya iqbal.
"em__"
"enggak"potong sean.
vanya melototkan matanya ke arah sean pertanda bahwa laki laki itu tak harus mengucapkan hal yang aneh lagi.
"vanya sibuk sore ini sama gue"jelas sean.
"bener van?"tanya iqbal.
"hm iya maaf ya kak, nanti besok aja yah"ucap vanya tak enak.
jika tidak ingin berlatih untuk pertandingan ML nya bersama sean, maka iya memilih jmuntuk jalan saja bersama iqbal dari pada harus bersama sean.
"yaudah deh"sahut iqbal.
"udah kan ngobrol nya, yuk ke kelas "ajak sean.
vanya mengangguk lalu menoleh ke arah iqbal "duluan ya kak"ucap nya.
"iya"sahut iqbal.
"gue pasti bisa dapetin lo van"gumam iqbal.
"ish lo harus nya gak usah ngomong kaya gitu"kesal vanya.
"kaya gitu gimana, gue ngomong fakta nya kok"sahut sean.
"iya gue tau, tapi lo bisa gak soh lembut dikit kalo ngomong, nanti kalo kak iqbal gak suka gimana".
"biarin ".sahut sean enteng.
"ish, nantangin kak iqbal sama aja bunuh diri tau".
"gue gak takut sama siapapun selain allah sama hanzo soal nya hanzo serem"kekeh sean.
vanya menghela nafasnya panjang, sahabat nya itu memang sangat susah kalo di ajak serius seperti ini pasti ada saja alasan nya untuk menjawab.
tak terasa bel terakhir pun berbunyi, seluruh murid di kelas mulai berkeluaran untuk mereka pulang menuju rumah nya masing masing, tak terkecuali vanya dan sean, dua sahabat itu langsung bersigap menuju parkiran.
ting!!
suara notifikasi handphone dari vanya.
vanya membuka whatsapp nya.
iqbal :van, kamu aku anter pulang ya
me :em bentar ya aku ijin sama sean dulu.
"em,, sean"panggil vanya.
sean yang sudah menaiki motor nya pun menoleh"apa, naik ayo cepet".
"itu,, kak iqbal mau anter gue pulang"ucap vanya tak enak.
"terus lo mau pulang sama dia".
"hm iya gak papa kan?"tanya vanya.
"kalo gue kenapa kenapa lo juga gak akan peduli"setelah mengucapkan itu, sean langsung menancapkan gas nya meninggalkan vanya yang masih berdiri menatap kepergian nya dengan bersalah.
tak lama setelah itu sean datang dengan motor sport nya.
"yuk naik"ajak nya.
vanya mengangguk, kali ini yang di rasakan nya bukanlah senang karna bisa pulang dengan seorang iqbal, tapi perasaan bersalah kepada sean, walau iya bisa saja nanti dengan mudah meminta maaf dan tak menutup kemungkinan laki laki itu tidak memaafkan nya, tapi tetap saja iya merasa sangat tak enak.
— New chapter is coming soon — Write a review