Download App
3.6% Marrying Mr CEO / Chapter 15: 15 – Kebohongan Bodoh 

Chapter 15: 15 – Kebohongan Bodoh 

Ketika Rain tiba di kantornya, dilihatnya Jeanna sudah berganti pakaian dan duduk di kursi kerjanya di depan ruangan Rain. Gadis itu langsung berdiri ketika melihat Rain dan membungkuk dalam.

"Selamat pagi, Pak."

Rain tak menjawab, tapi ia masih di sana dan menatap Jeanna tajam.

Jeanna mendongak hati-hati dan terkejut ketika melihat Rain masih menatapnya, lalu kembali membungkuk. Namun, dia masih berani bertanya,

"Apa … perut Pak Rain baik-baik saja? Sepertinya semalam Pak Rain sangat mabuk."

"Dari mana kau tahu aku mabuk?" ketus Rain.

"Ke-kemarin saya sempat bertemu Pak Rain di klub malam tempat saya bekerja."

"Lalu?"

"Sa-saya … hanya bertemu sebentar dengan Pak Rain. Apa Pak Rain tidak ingat?" Jeanna mengangkat kepalanya, mempertemukan tatapan mereka.

"Jelaskan." Rain penasaran, kebohongan apa yang akan dikatakan gadis itu padanya.

"Sa-saya hanya melihat Pak Rain bersama seorang wanita dari klub itu," jawab Jeanna.

"Lalu?"

Jeanna mengerjap. "Pak Rain … sedang memeluk wanita itu ketika saya datang mengantarkan minuman ke ruangan Pak Rain semalam."

Rain menyilangkan lengan di dada. Usaha yang bagus.

"Ah, aku jadi ingat. Semalam, sepertinya aku memang sempat memeluk seorang wanita. Aku ingat bagaimana tubuh kami bertabrakan, lalu bagaimana tanganku menyentuh kulitnya …"

Jeanna seketika terbatuk-batuk di depannya. "Maaf, Pak."

"Wanita itu sepertinya menikmatinya. Dia bahkan langsung menciumku ketika aku menyelipkan tanganku di balik roknya, lalu …"

"Kapan saya mencium Pak Rain?!" jerit Jeanna panik.

Rain mengangkat alis. "Apa maksudmu? Apa kau adalah wanita yang kusentuh semalam?"

Jeanna melotot panik dan menggeleng. "Saya langsung pergi setelah mengantarkan minum ke ruangan Pak Rain. Pak Rain tidak ingat?"

Rain menggeleng. Satu-satunya yang ia ingat adalah tangan gadis itu yang menampar pipinya. Sialan!

"Oh, kemarin saya sempat melihat Pak Rain terlibat keributan di klub. Apa Pak Rain baik-baik saja?" tanya gadis itu.

Rain menahan kesal dalam hati. Memangnya gara-gara siapa …?

"Aku baik-baik saja," ketus Rain sembari melanjutkan langkah dan masuk ke ruangannya.

Rain menghentikan langkah di tengah ruangan ketika menyadari Jeanna mengikutinya. Rain berbalik dan menatap gadis itu tajam.

"Apa lagi sekarang?" sengit Rain.

Gadis itu mengangkat tab di tangannya. "Sa-saya hanya ingin menyampaikan jadwal Pak Rain untuk hari ini."

Ah, benar juga. Rain tetap memasang wajah datar ketika melanjutkan langkah dan duduk di kursinya. Jeanna mendekat dan dari seberang meja dia membacakan jadwal Rain untuk hari ini.

"Jadwal terakhir Pak Rain hari ini adalah meeting dengan salah satu klien nanti sore," Jeanan menutup laporannya.

"Kau tidak perlu menungguku nanti sore. Aku akan langsung pulang setelah meeting," Rain berkata.

"Baik, Pak," jawab Jeanna.

Rain lalu mengibaskan tangan, mengusir Jeanna.

Gadis itu dengan tanggap langsung berbalik dan pergi dari sana. Saat itulah, pandangan Rain disuguhi pemandangan bagian belakang tubuh Jeanna yang langsung membawa Rain pada kenangan semalam.

Sial.

Rain berusaha menyingkirkan pikiran gilanya dengan pergi ke ruang gantinya, mengecek di mana Jeanna meletakkan pakaiannya. Namun, ketika Rain masuk ke sana, ia mematung sesaat karena mencium aroma yang sama dengan Jeanna semalam. Aroma yang otomatis membawa Rain kembali pada kejadian semalam. Rain mendesis kesal.

Apa Jeanna sengaja menyemprotkan parfumnya di sini? Rain lantas keluar dari ruangan itu dan memanggil Jeanna lewat interkom. Gadis itu bergegas masuk.

"Kau!" tuding Rain.

Jeanna tampak panik. "Y-ya, Pak?"

Rain menarik napas gusar. "Kau sudah membuat dua kesalahan."

Jeanna tampak pucat. "Kesalahan apa, Pak?"

"Pertama, kau menghapus pesan yang sudah kau kirim padaku," sebut Rain. "Lain kali kau menghapus pesan yang kau kirim padaku, kau akan dipecat!"

Jeanna tampak shock. "Ma-maaf, Pak."

"Dan kedua," sebut Rain. "Berani-beraninya kau menyemprotkan parfumnya di ruang gantiku!"

Jeanna menggeleng panik. "Saya tidak melakukannya, Pak! Sungguh!"

"Bau parfummu masih tercium di dalam!" bentak Rain. "Mulai besok, kau dilarang memakai parfum banyak-banyak! Jangan mengotori hidungku dengan bau parfum murahanmu itu!"

Jeanna menunduk dalam ketika menjawab. "Baik, Pak."

"Pergi sana!" usir Rain.

Jeanna mengangguk kecil, lalu berbalik dan pergi. Rain menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Ia kembali masuk ke dalam ruangan itu dan mengambil parfumnya dari rak parfum dan menyemprotkannya banyak-banyak di ruangan itu.

Rain merasa lebih tenang setelah melakukannya. Ia sudah akan keluar, tapi tatapannya terhenti pada tumpukan pakaian Jeanna di sebelah sepatu Rain. Rain menatap tumpukan pakaian Jeanna di sana, lalu menatap sepatunya.

Kenapa gadis itu meletakkan pakaian mahal itu di sana? Rain sudah akan keluar dan kembali memarahi Jeanna, tapi kemudian ia menyadari, semua rak baju di sana sudah penuh dengan pakaian-pakaian Rain yang tergantung di sana.

Baiklah, kali ini Rain tidak akan menyalahkan Jeanna.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login