Matahari kini sudah berganti dengan bulan yang tengah memancarkan sinarnya, memantulkan bayangan di air laut. Gadis itu tengah memandangi Mangata (bayangan bulan di permukaan air yang membentuk seperti jalan) yang begitu indahnya memanjakan mata. Terpadu dengan angin yang berhembus begitu kencang melewatinya, membuat rambutnya berantakan dan berterbangan menutupi wajah cantiknya. Rasa lega dalam hatinya karena di suguhkan pemandangan yang begitu indahnya. Ini adalah kali ke dua baginya sehingga ia tidak ingin melewatkan kesempatan yang begitu berharga.
Hari ini adalah hari pertama baginya merasakan suasana bangku SMA. SMA Moon Light. Namun bukan berarti hal itu menjadi penyemangat bagi gadis cantik berambut panjang itu untuk merasa gembira.
Aileen seharusnya datang bersekolah kemarin, namun ia berpura-pura sakit. Ya, tentu saja karena ia ingin menambah libur sehari agar tidak bertemu dengan para Vampir menjijikkan di sekelilingnya.
Sebenarnya Aileen juga seorang Vampir, namun ia sangat membenci bangsa Vampir. Menurutnya Vampir adalah makhluk menjijikkan. Karena Aileen berbeda dari Vampir biasanya dan keluarga angkatnya saat ini yang peminum darah hewan.
Jika vampir saat ini meminum darah hewan. Namun berbeda dengan Aileen yang melakukan transfusi darah kedalam tubuhnya sebagai energi. Padahal bagi Vampir itu tidak enak sama sekali, bagaikan kenyang tanpa memakan apapun. Hal itu juga berdampak negatif baginya, terkadang ia mendadak pingsan, suka ngelantur bahkan terkadang menjadi pelupa. Jadi bisa dikatakan, ini seperti penyakit bagi vampir.
Beberapa menit berlalu. Seketika kebahagiaan di hatinya memudar, ia baru tersadar jika ia sudah terlalu lama berdiri di tebing pantai.
"Tidak, aku lupa harus sekolah." dengan cepat ia berlari meninggalkan pantai tanpa menunda waktu lagi.
1 jam berlalu dan sudah menunjukkan pukul 10 malam. Akhirnya ia tiba di halaman sekolah itu. Dengan terengah-engah ia sampai dan mencoba mengatur napasnya. Menatap gedung sekolah pasrah.
"Huh! pada akhirnya di sinilah tempatku." Aileen menghela nafas kasar.
Disana pintu gerbang masih terbuka lebar, bahkan tidak ada satpam untuk berjaga, sehingga tidak ada hukuman bagi siswa yang terlambat. Sesuai salah satu aturan Moon Light, tidak masalah terlambat asalkan mengikuti pelajaran dan dengan beberapa alasan yang bisa di toleransi. Namun yang kini membuatnya takut adalah ia belum menemukan alasan yang tepat.
Kembali ia melangkahkan kakinya memasuki halaman sekolah itu dengan rasa jijik, mencoba menjaga jarak dari siswa-siswi yang berlari melewatinya yang sama terlambat dengannya.
Sekitar 270 nama siswa-siswi dan pembagian kelas terpajang rapi di mading. Memang hanya sedikit murid di sekolah Moon Light ini karena hanya khusus Vampir saja yang bersekolah di sini. Dan tentunya gedung ini berada jauh dari pemukiman warga. Tepatnya gedung ini berada di tengah-tengah hutan. Tak ada satu pun manusia yang mengetahui letak sekolah ini. Listrik? Entah bagaimana sekolah Vampir itu mendapatkannya, mungkin itu adalah listrik rakitan yang dibuat khusus.
****
Avan tengah sibuk menunggu Eunwoo di kelas yang tak kunjung tampak batang hidungnya sedikit pun, sedangkan bell sudah berbunyi sedari tadi.
"Ck! Di mana dia." decak Avan kesal.
Tak lama, Eunwoo berjalan memasuki pintu kelas mengenakan pakain tebal hitam sebagai luaran menutup sempurna sweaternya. Memang di sekolah ini tidak ada seragam tertentu dari sekolah, semua murid bebas tanpa aturan seragam.
Saat itu juga semua mata murid di kelas tertuju padanya, terutama siswi dengan wajah merona terkejut menyadari ketampanannya.
"Wah... Bukannya dia orang spesial yang dikatakan Avan kemarin. Aku baru menyadarinya, dia ternyata begitu tampan." bisik beberapa siswi yang terkagum tidak lepas dari pandangannya.
Avan tersenyum tipis. Melihat Eunwoo berjalan menghampirinya. Ia menujukkan bangku kosong di sebelahnya yang sudah ia siapkan. Namun anehnya, dua bangku itu terlihat berbeda dari yang lain. Bangku yang nyaman dengan busa tebal di tempat duduknya dan berbeda warna dari seluruh bangku. Gold dan silver adalah warna yang menghiasi dua bangku tersebut. Dan posisi yang berada di depan, pas di tengah-tengah siswa.
Eunwoo menatap bingung pada bangku tersebut, "(Apa maksudnya menyiapkan ini? Bahkan ini baru hari kedua pertemanan kami.)"
"(... benar, ini juga menguntungkan bagiku, dengan begini tidak ada yang berani mendekatiku, bukan? Dan identitasku semakin aman.)" kata Eunwoo dalam hati. Kemudian duduk dan tersenyum penuh arti.
****
Terengah-engah Aileen berlari mencari kelasnya. Detik berikutnya ia tiba di dekat kelasnya dengan napas yang masih tak beraturan, "Akhirnya! Kelasku, Huh! Sekarang aku harus memikirkan alasan karena terlambat."