"Wow ... cantik sekali," ucap Zoa terkagum begitu berada di belakang mansion Lucas. Apa pria itu memang menyukai bunga? Mansion yang ada di Morristown di belakangnya ada taman bunga dan di sini juga terdapat taman bunga. Bisa dikatakan di sini jauh lebih luas dari pada di Morristown. Lihat ... bahkan di sini banyak berbagai bunga yang belum pernah Zoa lihat, tapi jujur ... mereka lebih cantik dari pada bunga-bunga yang pernah Zoa lihat sebelumnya.
Zoa mendekati salah satu bunga yang baru saja mekar. Beberapa yang lain masih menguncup indah di sampingnya. Wah ... apa mereka menanam bunga dengan jarak yang di ukur? Lihat ... bunga-bunga itu tumbuh dengan sangat rapi. Ah Zoa semakin terpesona melihat kecantikan mereka.
"Siapa yang menanamnya? Apa ada pelayan khusus yang ditugaskan menanam mereka? Kalau iya, mereka sangat pandai menanam," gumamnya yang lagi-lagi terpukau dengan keindahan bunga-bunga cantik serta tertanam dengan rapi.
Dirasa cukup mengagumi bunga, Zoa mengambil duduk di kursi yang ada di tengah-tengah taman. Mungkin akan nyaman kalau ia membaca kitab dan menghirup wangi bau bunga di tengah bacaannya. Ah pasti sangat nyaman. Ia lantas mulai membuka halaman pertama Al-qur'annya. Benarkan pikirnya ... ia akan merasakan bau wangi dari bunga disekitarnya saat membaca kitab.
Sementara tak jauh dari keberadaan gadis berpakaian tertutup itu, seseorang tengah menatapnya dari jendela kamarnya. Ia tersenyum simpul mendapati gadis itu yang suka sekali membaca buku. Apa ia tak bosan melihat rentetan tulisan di atas kertas putih seperti itu?
Pria itu mengedikkan bahu sebelum akhirnya menutup gorden jendela kamar.
Zoa masih terus membaca kitabnya dengan khusyuk. Ia memang suka sekali membaca. Alangkah lebih baik jika ia lebih menyukai membaca Al-qur'annya dari pada bacaan buku lain bukan? Itu akan menambah pahala baginya. Bukan ... bukan maksudnya buku lain tak ada manfaatnya. Justru dengan adanya buku bacaan lain bisa menambah wawasan kita tentang sesuatu. Tapi jika untuk golongan umat islam sepertinya, Al-qur'an tetap yang terbaik dari buku apapun dan ada nilai pahala di dalamnya yang tak bisa di dapatkan dalam bacaan lain. Bukankah begitu?
Ia menoleh saat tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya.
"Hei kau masih sakit. Kenapa kau keluar?" tanyanya menatap pria dengan wajah dingin dan rahang yang selalu mengetat itu tiba-tiba duduk di sampingnya. Sementara pria itu hanya menatapnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Hei ... Zoa merasa diabaikan sekarang. Yang benar saja, ia menghawatirkan keadaan pria itu tapi malah di acuhkan? Menyebalkan.
Zoa masih terus menatap pria itu dalam diam setelah sebelumnya menutup kitabnya. Pria itu mengacuhkannya? Ia tak peduli. Yang ia pedulikan adalah kesehatannya bukan raut datar dan ucapan dinginnya yang selalu bisa membuat siapa saja takut padanya.
"Akan kuambilkan air minum dan obatmu. Kau belum benar-benar pulih," ujarnya lantas ingin beranjak. Namun tangannya dicekal hingga ia kembali duduk. Ia menatap penuh pria itu. Ada apa?
"Aku ingin mengatakan sesuatu tentang Iko," ucap pria itu yang juga menatap Zoa. Ia melirik sekilas tangannya yang masih mencekal lengan gadis muslim ini lantas segera melepaskan cekalannya. Tak mungkin ia bicara dengan tangan yang masih bertengger di lengan gadis itu, kan? Ia lalu mengalihkan pandangannya. Sementara Zoa hanya diam. Ia menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.
"Aku membunuhnya."
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^