"Kau tak mengenal tuan?" Harry bertanya balik. Sementara Erix dan Mike hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka.
"Bukankah namanya Lucas Vantouxer seperti yang kalian bilang padaku kemarin?" tanya Zoa masih dengan tatapan bingung melihat ketiganya. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Zoa jadi kurang paham arah pembicaraan mereka. Ia hanya ingin meminjam ponsel, tapi kenapa Harry membicarakan Lucas?
Sontak, Erix dan Mike menahan tawa yang ingin sekali meledak mendengar jawaban polos Zoa. Sementara Harry geleng-geleng kepala. Sepolos itu gadis yang dibawa tuannya ke mansion pribadi? Atau memang ia benar-benar tak mengenal tuan Agung tersukses di negrinya? Jika benar, minim sekali pengetahuannya. Bahkan orang-orang di luar negara mereka mengenal siapa tuannya hanya dengan mendengar namanya. Tapi gadis ini? Ia berada satu negara dan sekarang satu atap dengan tuannya. Bahkan mereka sudah berkali-kali bertemu dan ya? Masih tidak mengetahui siapa tuannya? Astaga ... polos atau memang tidak mau tahu?
"Jika kujelaskan pasti akan sangat panjang, Nona. Jadi intinya jangan memberitahu siapapun kalau kau berada di sini dan jangan bicara apapun tentang tuan pada orang lain. Itu akan berbahaya untukmu, ah bukan ... bukan hanya kau, tapi juga kami dalam bahaya. Banyak orang yang mengincar kematian tuan di luar sana. Jika kau keceplosan sedikit saja, mereka akan mengorek semua tentangmu, kami dan tuan saat itu juga. Aku tak bisa menjamin keselamatanmu jika itu terjadi."
Zoa mengerjap-ngerjapkan matanya mendengar penuturan Harry. Ia tau Lucas orang penting tapi apa benar sepenting itu dirinya hingga banyak yang mengincar kematiannya? Lalu seperti apa pula ia selalu waspada dengan orang-orang disekitarnya? Aish ... Zoa tak bisa membayangkannya. Pantas saja ia selalu dikawal banyak bodyguard. Ternyata ia memang sepenting itu. Dan Zoa ... kenapa ia baru tau?
"You understand, Nona?" tanya Harry yang masih melihat raut bingung Zoa.
Sepersekian detik Zoa akhirnya mengangguk pelan menanggapi ucapan Harry. Sebenarnya ia kurang paham, tapi yasudahlah ... ia tak boleh membicarakan tentang Lucas pada orang lain. Itu tak masalah. Ia lantas berdiri dari duduknya berniat kembali ke kamarnya. Memang yang ia inginkan hanya ingin meminjam ponsel, tapi itu tak berhasil jadi lebih baik kembali ke kamar.
"Kau mau kemana, Nona?" tanya Erix dengan tatapan tak rela melihat Zoa akan meninggalkan mereka.
"Aku akan kembali ke kamar. Tenang saja, aku tak akan kabur atau memberitahu orang lain tentang tuan kalian. Bukankah kita harus saling menjaga rahasia kita masing-masing? Aku akan menjaga rahasia kalian juga," ujarnya lalu tersenyum tipis.
Erix sontak memegang dada kirinya dengan gerakan pelan. "Ya tuhan ... kau tak hanya cantik diwajah saja tapi juga baik hati. Izinkan aku melamarmu, Nona!"
Cetak!
"Awwhh!!" ringis Erix seraya memegangi keningnya yang berdenyut sebab jitakan tiba-tiba yang ia terima. Ia melirik ke arah Mike. Pria itu sungguh luar biasa jika disuruh menganiaya Erix.
"Hentikan drama bodohmu, Erix. Kau sangat menjijikkan."
Erix mendengus. "Bilang saja kau iri padaku, Mike. Kau selama ini tak pernah punya kekasih. Oh aku tau … apa kau seorang gay?" tanyanya dengan mata menggoda.
Cetak!
"Astaga ... kau gila? Ini sakit asal kau tau," keluh Erix menaikkan suaranya satu oktaf. Mike memang kurang ajar!
Mike tak menggubris. Ia segera berdiri dan menghampiri Zoa yang masih Setia berada di sini melihat pertengkaran kecil dirinya dengan Erix si bodoh bermata buaya.
"Mari pergi Nona. Kau akan gila jika terus bersama mereka,"ujar Mike memandang Erix dan Harry dengan tatapan mengejek lalu berjalan menuntun Zoa agar mengikuti langkahnya.
"Kau lebih gila!" pekik Erix dan Harry bersamaan yang sadar dengan ucapan Mike. Sedangkan Mike pura-pura tak mendengarnya, ia terus berjalan dengan Zoa di sampingnya.
"Pria itu memang kurang ajar. Bisa-bisanya mengataiku gila. Apa ia tak punya kaca? Astaga," ujar Harry yang melihat kepergian Mike dengan Zoa. Ia lantas mengalihkan pandangannya ke TV. Melihat lagi berita kematian Eille Grove yang menjadi perbincangan hangat publik. Ah … ia merasa bersalah sekarang. Seandainya saja …
"Tak ada yang bisa melawan, Tuan Mike Portnoy," sahut Erix kemudian. Ia masih mengelus dahinya yang menjadi korban tangan nakal Mike. Mungkin sekarang dahinya berwarna merah agak kebiruan. Mike memang rajanya penganiayaan.
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^