"Siapa mereka?"
Akhirnya Lucas bertanya juga meski dengan nada dingin. Matanya masih saja melirik ke berbagai arah dimana pria-pria kekar itu berada.
"Mungkin orang suruhan ayah tiriku. Kumohon bawa aku pergi dari sini," ucapnya masih dengan tatapan memohon.
Tunggu, apa dia bilang? Mereka? Berarti sedari tadi bukan hanya satu orang yang mengikutinya? Pantas saja ketika ia menemukan tempat persembunyian pria itu sudah berada dekat dengannya. Padahal sudah sangat cepat ia melarikan diri, tapi pria berbaju serba hitam serta penutup kepala itu dengan mudah menemukannya. Ternyata mereka membagi lokasi untuk terus mengejarnya. Bodoh ... kenapa ia tak berpikir sejauh itu?
Lucas kembali melirik ke berbagai arah. Memastikan jumlah mereka yang terus menatap ke arahnya dengan tak sabar. Apa gadis ini begitu spesial? hingga mereka rela mengejar gadis lemah sepertinya dengan kaki. Dan kenapa juga tak langsung menembak atau melakukan hal apapun itu untuk segera melenyapkannya? Sepertinya mereka terbutakan oleh rupa yang dimiliki gadis ini. Ya … Lucas mengakui bahwa rupa yang dimiliki oleh gadis di depannya memang terpahat begitu sempurna dan tentu saja mempesona.
Oh astaga ... semua pria memang tak bisa mengendalikan mata mereka saat bertemu wanita cantik.
"Berlindunglah di belakangku. Tutup mata dan telingamu," perintah Lucas. Entahlah.. Kenapa juga ia harus repot-repot membantu gadis lemah sepertinya? Tak ada untungnya sama sekali. Yang ada malahan kerugian untuk dirinya. Bagaimana tidak? Ia membantu satu orang dan melawan banyak orang. Tapi itu ... ah sudahlah.
Gadis itu segera menuruti perkataan Lucas meski menahan sakit yang luar biasa dikedua telapak kakinya. Ia tak peduli. Yang terpenting sekarang bukanlah merasakan sakit pada tubuhnya tapi bagaimana ia menyelamatkan nyawanya.
Lucas tersenyum simpul melihat gadis itu yang mudah sekali diatur. Apa ia tak punya pikiran jika saja Lucas melakukan hal-hal di luar dugaan padanya? Kenapa sangat mudah sekali memercayai seseorang yang baru pertama kali bertemu. Astaga ... dia gadis bodoh!
Lucas kembali memfokuskan matanya pada keberadaan musuh gadis itu. Satu tangannya merogoh saku celana belakangnya. Mengambil pistol kesayangan yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Setelah itu ...
Dorr! Dorr! Dorr!
Dorr! Dorr! Dorr!
Suara tembakan terus saja terdengar ditelinganya meski sudah ia tutup serapat mungkin. Sepertinya pria dihadapannya ini sangat handal memainkan senjata api. Terlihat jelas dengan pantulan suara tembakan yang mengenai tepat sasaran. Bahkan dalam waktu beberapa menit ia sudah tak mendengar lagi suara tembakan tapi ia tetap memejamkan mata takut. Takut jikalau bukan pria ini yang mengalahkan mereka. Bisa jadi bukan? Dia hanya sendiri dan orang yang mengikutinya membawa banyak anak buah.
Sampai pada akhirnya ada seseorang yang sengaja meniup kedua matanya yang terpejam. Ia membuka sebelah matanya. Mencoba melihat keadaan.
"Ap-apa yang terjadi?" tanyanya yang kini melihat tak percaya dengan keadaan pria di depannya yang luar biasa baik-baik saja. Sedangkan di beberapa anak jalan terdapat mayat orang dengan satu lubang tepat di kening masing-masing dan darah yang mengalir. Apa benar hanya pria ini yang membunuh mereka? Tak ada yang membantunya, kah?
"Bukan apa-apa. Sekarang, pergilah ... mereka sudah kukirim ke neraka," ucap Lucas dingin lalu berbalik untuk segera pergi dari hadapan gadis yang kini menatap bingung ke arahnya.
Cukup. Ia tak mau berurusan lagi dengan gadis itu. Ia sudah membantu dengan membunuh semua pria-pria yang membuatnya ketakutan itu bahkan ini pertama kalinya ia membantu tanpa syarat seperti yang biasa ia lakukan terhadap semua orang. Anggap saja Lucas sedang berbaik hati pada gadis lemah sepertinya.
Lucas memakai helm-nya. Menyalakan mesin motor sebelum benar-benar pergi meninggalkan gadis itu seorang diri.
"Terimakasih," ucap gadis itu menaikkan suaranya satu oktaf agar Lucas bisa mendengar ucapannya karena jarak mereka yang sudah lumayan jauh.
Lucas tak menanggapi. Ia segera melajukan motornya. Benar-benar pergi meninggalkan gadis itu yang terus menatapnya dari tempat.
Gadis itu tersenyum dengan sorot mata yang terus menatap kepergian pria yang baru saja menolongnya bahkan ucapan terimakasih darinya tak mampu membayarkan apa yang telah pria itu lakukan. Ia benar-benar bersyukur dan terus menyunggingkan senyumnya sampai pada akhirnya ia merasakan logam panas berhasil mengoyak isi perutnya. Ia tetap berdiri dan terus menatap kepergian pria itu. Menahan sengatan yang luar biasa dari logam panas itu di dalam tubuhnya. Perlahan pandangannya mulai mengabur, tapi ia tetap memaksakan agar bisa melihat tubuh berpakaian serba hitam itu benar-benar meninggalkannya. Tidak ... keseimbangan tubuhnya mulai tak stabil sekarang.
Allah ... Tolong aku ...
Tubuhnya Ambruk di atas aspal sesaat setelah pandangan matanya benar-benar kabur. Pada akhirnya ia tetap kalah melawan mereka meski ada setitik bantuan dari pria asing yang tak sengaja melewati jalan sepi ini. Ia tetap akan dibawa orang-orang itu menghadap tuannya. Siapa lagi kalau bukan ayah tirinya?
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^