Download App
96.42% Maaf, saya hapus / Chapter 27: Melotot

Chapter 27: Melotot

Ulrica yang sudah mulai mengobati lukanya secara hati-hati, dikejutkan oleh obat yang ia gunakan karena direbut secara paksa oleh Nicholas.

Tentu saja Ulrica langsung memelototinya dan membentaknya karena Ulrica tidak suka dengan orang yang merebut barang seenaknya saja.

"Hei! Apakah kau ini memang suka sekali merebut barang orang lain? Itu namanya perampasan!" bentak Ulrica mengomeli Nicholas.

"Barang orang lain? Memangnya barang ini milikmu?" balas Nicholas membantahnya.

Memang barang itu bukan milik Ulrica, namun barang itu sedang digunakan untuk mengobati Ulrica.

Tentunya Ulrica tidak ingin mengalah karena perdebatan ini. Jadi Ulrica kembali membantah Nicholas.

"Tetapi pemiliknya sudah meminjamkannya padaku!" ujar Ulrica.

"Tetapi dia menyerahkannya padaku, bukan padamu," jawab Nicholas dengan santainya.

Ulrica menggerakkan giginya dan mengepalkan tangan kanannya karena sangat kesal dengan bantahan Nicholas.

Ditambah apa yang Nicholas katakan tidak bisa dibantah oleh Ulrica sehingga membuat Ulrica frustrasi.

Tiffany dan Claude saling bertatapan setelah mengamati kedua insan yang tak henti-hentinya berdebat.

Jadi, Claude pun berinisiatif untuk memisahkan mereka berdua dengan menggunakan caranya sendiri.

Claude langsung merebut obat yang dibawa oleh Nicholas. Mereka bertiga yang melihat tindakan itu langsung menatap Claude dengan bingung.

"Berhentilah bertengkar! Lebih baik aku yang melakukannya!" ujar Claude lalu meminta Nicholas bergeser.

Setelah itu, Claude pun mulai mengobati luka Ulrica. Godaan darah segar di hadapannya begitu besar tetapi ia bisa mengatasi semua itu dengan mudah.

Ulrica dan Tiffany memperhatikan Claude yang mahir mengobati luka. Sedangkan Nicholas agak kesal karena Ulrica diobati oleh temannya.

Entah kenapa Nicholas merasa sangat tidak terima ada pria lain yang baik pada Ulrica. Namun Nicholas berusaha menyadarkan dirinya.

'Heh, Nicholas! Apa yang kau pikirkan? Jangan coba-coba untuk jatuh cinta pada seorang manusia!' batin Nicholas yang menyadarkan dirinya.

Akhirnya luka Ulrica telah selesai diobati dan diperban degan baik. Ulrica pun berterima kasih pada Claude.

"Terima kasih dan maaf karena telah merepotkan dirimu. Terima kasih juga atas obatnya," ucap Ulrica dengan tulus.

"Benar! Untungnya rumahmu dekat dengan lokasi kejadian. Jika tidak, mungkin Ulrica sudah... aku tidak bisa membayangkannya! Intinya terima kasih banyak!" sambung Tiffany yang ikut berterima kasih untuk sahabatnya.

"Tidak perlu sungkan begitu, lagi pula sudah sewajibnya saling tolong menolong," jawab Claude lalu tersenyum.

Nicholas tiba-tiba kembali kesal karena melihat Claude yang menjadi akrab dengan Ulrica. Padahal Ulrica tidak seramah dan seakrab itu dengan dirinya.

'Gadis ini benar-benar membuatku jengkel!' gerutu Nicholas dalam hati.

Ulrica tidak ingin disebut tidak tahu diri namun ia pikir dirinya harus kembali ke rumah karena badannya juga sakit semua.

Jadi Ulrica berusaha untuk bangkit secara perlahan dengan bantuan Tiffany. Kemudian Ulrica kembali berterima kasih pada Claude.

"Anu, itu, terima kasih banyak atas pertolongannya! Aku pasti akan membalas kebaikanmu," ujar Ulrica lalu tersenyum.

"Benar, Tuan! Terima kasih banyak atas segalanya. Dan Nicholas, terima kasih karena bersedia membantu Ulrica yang terluka serta membantu kami melarikan diri dari penjahat itu! Kami juga berhutang Budi pada anda," sambung Tiffany yang berterima kasih pada Claude dan Nicholas.

"Sama-sama," jawab Nicholas yang langsung memberikan senyuman.

Nicholas pikir, Ulrica juga akan berterima kasih pada dirinya. Tetapi ternyata, Ulrica justru mengabaikan Nicholas.

"Hei! Apa kau tidak akan berterima kasih padaku?" tanya Nicholas yang heran.

"Tentu saja tidak! Memangnya kamu siapa? Hanya menolong secara tidak ikhlas saja bangga, heu," bantah Ulrica yang memang sudah dari sananya selalu membantah Nicholas.

Ulrica sendiri tidak mengerti kenapa dirinya sampai sebegitunya pada Nicholas. Namun Ulrica berharap jika dirinya tidak akan jatuh cinta pada sosok seperti Nicholas dan terutama adalah Nicholas sendiri.

"Kalau tahu akan jadi seperti ini, lebih baik aku tidak menolongmu, tadi!" ujar Nicholas dengan kesal.

Karena Ulrica tidak mau terus berdebat dengan Nicholas, akhirnya Ia memutuskan untuk segera pergi dari sana dengan Tiffany.

Ulrica dan Tiffany pun berpamitan pada Claude. Ulrica enggan berpamitan pada Nicholas Jadi ia langsung pergi begitu saja sementara Tiffany yang mewakilinya.

"Maafkan Ulrica, mungkin dia sedang tidak mood karena apa yang terjadi tadi. Sekali lagi terima kasih banyak karena telah menolong kami! Kebaikan kalian pasti akan kami balas suatu saat nanti. Kami permisi," ujar Tiffany panjang dan lebar kemudian berpamitan lalu pergi.

Setelah kepergian mereka berdua kini hanya tinggal Nicholas dan Claude di sana. Nicholas kembali mengomel tidak jelas.

"Aku sungguh tidak mengerti pada gadis itu! Kenapa dia begitu benci padaku padahal gadis lain malah berebut untuk dekat denganku! Bahkan dia enggan menjadi kekasihku!" gerutu Nicholas mengomel tidak jelas.

Claude langsung melotot setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Nicholas. Karena tidak mau disangka salah dengar, jadi Claude bertanya untuk memastikannya.

"Apa katamu, Nicholas? Kau pernah menyatakan cinta padanya?" tanya Claude.

Nicholas tidak sengaja keceplosan. Akhirnya ia mengatakan kejadian itu pada Claude. Tetapi Claude justru tertawa setelah mendengarnya.

"Hei! Siapa yang menyuruhmu tertawa?!" tegur Nicholas yang menjadi kesal karena tanggapan Claude yang tidak menyenangkan.

Claude masih tertawa terbahak-bahak dan itu membuat Nicholas menjadi tidak mood untuk berbicara. Akhirnya Nicholas diam sampai Claude berhenti tertawa.

"Kau benar-benar kocak! Jika Jack mendengar ini, dia pasti akan ikut tertawa juga!" ujar Claude.

Memang pantas Claude menertawakan Nicholas karena ini adalah pertama kalinya Nicholas meminta seseorang untuk menjadi kekasihnya.

Padahal saat di kerajaan banyak juga gadis yang menginginkan posisi sebagai permaisurinya. Tetapi Nicholas menolaknya.

Sedangkan di dunia manusia, Nicholas justru ditolak oleh seorang manusia yang derajatnya dianggap jauh lebih rendah dari kaum vampir.

Tiba-tiba saja ponsel Nicholas berdering dan saat Nicholas melihatnya itu adalah telepon dari ayahanndanya.

Nicholas sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh ayahandanya. Sebenarnya iya enggan mengangkat telepon itu tetapi ia sedang tidak mood untuk berdebat.

"Ada apa Ayahanda? Aku belum menemukan keberadaan Putri tersembunyi itu! Aku dan dan yang lainnya masih berusaha untuk mencari keberadaannya karena tidak bisa dideteksi," bujar Nicholas langsung menjelaskan pada sang ayahanda.

["Justru itu yang Ayahanda ingin bicarakan padamu! Ayahanda menemukan beberapa informasi mengenai Putri tersembunyi itu. Jadi sekarang juga kembalilah ke istana!"]

Nicholas menatap Claude untuk menanyakan pendapatnya dengan bahasa isyarat. Claude menggangguk tanda setuju dengan permintaan ayahanda Nicholas.

"Baiklah, Nicholas akan kembali sekarang!" jawab Nicholas lalu menutup teleponnya.

Sejujurnya Nicholas malas untuk kembali ke kerajaan. Tetapi ia juga penasaran dengan kekuatan besar yang dikandung oleh giok itu.

Alhasil Nicholas harus menghampiri Jack terlebih dahulu sebelum kembali ke kerajaan mereka.

"Kita ke rumah Jack dulu!" ajak Nicholas.

TBC...


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login