"Tiffany! Menyingkirlah dulu dan cari bantuan! Aku yang akan menghadapi mereka! Cepat!" suruh Ulrica.
Tiffany bingung harus melakukan apa. Di satu sisi ia khawatir pada keselamatan Ulrica. Tetapi di sisi lain ia tidak bisa membantu Ulrica berkelahi.
Tiffany takut jika Ulrica akan terluka kalau ia tinggalkan. Tetapi jika ia tetap di sana, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
'Kenapa Tiffany masih berdiam diri di sana? Apakah dia tidak mendengar apa yang aku katakan?' batin Ulrica yang pikirannya berkecamuk.
Ulrica terus berkelahi melawan ketiga penjahat itu. Ia memang bisa mengatasinya tetapi karena tenaganya sudah berkurang untuk berlari tadi, Ulrica khawatir jika dia tidak akan sanggup mengalahkannya juga.
Ulrica berusaha untuk membuat ketika penjahat itu terkapar. Dan setelah usahanya berhasil ia pun berteriak pada Tiffany.
"Cepatlah, Tiffany! Kita tidak punya banyak waktu lagi!" teriak Ulrica.
Karena teriakan Ulrica yang terakhir, akhirnya Tiffany bersedia berlari keluar dari gang itu untuk meminta bantuan.
"Sial! Meski dia perempuan dan masih bersekolah namun tenaganya begitu kuat!"
"Benar! Bela dirinya juga sangat jago!"
"Kenapa malah memuji perempuan itu?! Apakah kalian tidak malu sebagai pria jika kalah dari seorang anak perempuan? Salah satu dari kalian kejar si gendut itu! Yang lain bantu aku atasi anak ini!" suruh si pria yang memegang batu tadi memberikan instruksi pada dua anak buahnya.
"Baik!"
Akhirnya salah satu dari mereka bertiga bergegas untuk mengejar Tiffany. Tiffany pun langsung mempercepat laju larinya dan akhirnya ia tiba di luar gang itu.
Nafas Tiffany terengah-engah karena tubuhnya yang gendut membuat dirinya tidak bisa lari dengan mudah dan cepat.
Tiffany pun mencoba untuk melihat apakah ada orang yang bisa membantu dirinya. Sebelumnya memang sulit bagi Tiffany untuk berinteraksi dengan orang lain.
Namun karena sekarang sahabatnya membutuhkan pertolongan jadi mau tidak mau ia harus memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu pada orang lain.
"Ayolah Tuhan, tolong kami! Kami membutuhkan bantuan!" gumam Tiffany yang sudah sangat panik.
Doa Tiffany dijawab oleh Tuhan. Tiffany melihat seorang pria yang berjalan sendirian menuju ke tempatnya. Karena Tiffany ingin segera menolong Ulrica, ia bergegas menghampiri pria itu.
Setibanya di hadapan si pria dan berhenti, ternyata dia adalah Nicholas teman baru di kelas mereka. Tiffany agak gugup namun ia harus melakukannya.
"Ayo, Tiffany! Kamu pasti bisa!" gumam Tiffany menyemangati diri.
Nicholas agak bingung karena teman satu kelasnya berlari menghampiri dirinya. Belum sempat Nicholas bertanya, Tiffany langsung membuka mulutnya kalah melihat penjahat yang sudah nampak mengejar dirinya.
"Tolong aku dan Ulrica! Dia ada di gang sana dikepung dua penjahat! Dan yang satunya yang mengejarku itu! Kalau kita terlambat, Ulrica bisa gawat! Aku mohon," pinta Tiffany dengan sangat memelas.
Nicholas teringat akan kejadian di mana Ulrica menolak dirinya saat meminta tolong untuk menjadi kekasih pura-puranya.
Sejujurnya Nicholas kesal namun karena ia memiliki ketertarikan pada Ulrica, jadi Nicholas bersedia membantu mereka.
Nicholas langsung berjalan menghampiri penjahat itu dengan tatapan yang tajam dan seperti ingin membunuh.
Penjahat yang mengejar Tiffany tadi mentalnya langsung ciut saat melihat Nicholas. Tetapi iya berusaha untuk tetap berani dan meremehkan Nicholas.
"Halah, hanya bocah ingusan! Bisa apa dia?" ujar penjahat itu meremehkannya.
Saat sudah begitu dekat Nicholas mengepalkan tangan kanannya dan langsung memberinya pukulan yang sangat menyakitkan di bagian perut penjahat itu.
Pukulan Nicholas mengenai tepat pada ulu hati pria itu sampai membuatnya terbatuk-batuk hingga akhirnya pingsan. Tiffany sampai melongo karena kehebatan Nicholas.
"Wah, dia menghajarnya hanya dengan satu pukulan saja!" gumam Tiffany yang terkagum-kagum.
Nicholas pun berjalan menuju ke gang di mana Ulrica berkelahi di sana. Setibanya di gang itu, Nicholas begitu marah karena melihat Ulrica yang pingsan dan hendak dimangsa.
"Kalian..." Nicholas mengepalkan kedua tangannya.
Mata Nicholas langsung berubah menjadi merah dan dengan kecepatan kilat ia langsung menghampiri kedua pria itu.
Dengan sekejap mata, Nicholas langsung menghisap darah kedua pria itu sampai habis sehingga tubuhnya tinggal tulang belulang saja.
Dengan kekuatannya, Nicholas berhasil memusnahkan tubuh kedua penjahat itu sehingga tidak ada barang bukti yang tersisa jika Nicholas yang menghabisinya.
"Rasakan itu!" ujar Nicholas yang telah selesai menanganinya.
Nicholas juga senang karena akhirnya ia bisa melampiaskan rasa haus dan amarahnya karena ia tak kunjung menemukan putri serigala yang hilang itu.
Untungnya Tiffany tidak melihat kejadian itu dan baru datang setelah Nicholas sudah membereskan mereka.
"Ulrica!" Tiffany berlari menghampiri Ulrica yang terkapar.
Nicholas pun ikut berjongkok di samping Tiffany dan memeriksa keadaan Ulrica. Tetapi sayangnya Ulrica sudah tak sadarkan diri dan diperkirakan Ulrica pingsan karena kehilangan tenaga.
"Ayo, kita bawa Ulrica ke rumah sakit!" ajak Tiffany yang memohon pada Nicholas.
Nicholas tentunya tak bisa pergi ke rumah sakit yang mana di sana banyak terdapat darah manusia. Sebenarnya Nicholas sudah berusaha untuk menjadi vegetarian.
Namun jika amarahnya sudah tertahan dan ia kehabisan kesabaran untuk menahan diri dari darah manusia, ia tidak akan tahan untuk tidak menghisap semua darah manusia yang ada.
Di samping itu, Nicholas juga baru menjadi vegetarian selama ia mendiami dunia manusia yang mana baru beberapa bulan saja.
Oleh karena itu ia masih lemah dalam pertahanannya. Jadi Nicholas memutuskan untuk tidak membawa Ulrica ke rumah sakit.
Nicholas mengangkat tubuh Ulrica. "Aku akan membawanya ke kediaman temanku yang rumahnya tak jauh dari sini."
Tiffany bingung harus bagaimana karena menurutnya lebih baik jika Ulrica dibawa ke rumah sakit saja.
Namun karena Nicholas berkata seperti itu, Tiffany terpaksa untuk setuju dan ia baru akan mengajak Nicholas ke rumah sakit lagi jika Ulrica belum juga siuman.
"Baiklah," jawab Tiffany lirih.
Mereka bertiga pun bergegas menuju ke rumah teman Nicholas. Rupanya kediaman rumah teman Nicholas memang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat kejadian.
Nicholas langsung masuk tanpa permisi karena ia sudah terbiasa berkunjung ke sana dan sudah mendapatkan akses bebas masuk.
Namun Tiffany agak tidak enak karena merasa tindakan Nicholas tidak sopan. Tetapi Tiffany tidak berani mengingatkannya dan memilih untuk diam.
'Aku tidak menyangka jika pria tampan ternyata suka masuk ke rumah orang tanpa permisi,' batin Tiffany yang menyayangkan hal itu.
Nicholas pun langsung membaringkan tubuh Ulrica di atas sofa itu. Kemudian Nicholas memanggil temannya agar keluar.
"Hei! Keluarlah! Sekalian bawa kotak P3K untuk mengobati seseorang!" teriak Nicholas memberi perintah.
Tiffany semakin melongo dengan perbuatan Nicholas. Selain menerobos masuk bahkan Nicholas juga memerintahkan pemilik rumah.
'Astaga! Kenapa dia begitu semena-mena?' batin Tiffany yang kembali dibuat tak mengerti.
TBC...