Download App
44.06% Lady Renee / Chapter 52: Wanita dalam Mimpi 2  

Chapter 52: Wanita dalam Mimpi 2  

"Aku pikir, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Renee balas menggenggam tangan sang leluhur, ia sedikit terkejut karena ternyata ia bisa menggenggam balik tangan yang hangat itu. "Aku berjiwa suci, aku mampu dan bisa mengatasi semua ini."

Wanita yang diselimuti cahaya jingga itu tersenyum, sepertinya ia sudah menduga kalau Renee akan mengatakan hal semacam itu, kemudian ia menjentikkan jarinya.

CLING!

Cahaya jingga meledak dengan kilau yang menyilaukan, membuat keadaan di sekitar Renee menjadi terang benderang, dinding-dinding yang ditumbuhi oleh lumut itu mulai menghilang, langjt-langit berisi lukisan tenggelam.

Wanita itu masih tersenyum, ia menggerakkan jarinya untuk menekan dahi Renee, mendorong ke belakanh dengan keras.

Renee merasakan perasaan hangat di sana, pandangannya tiba-tiba saja meredup, ia mengedipkan matanya berkali-kali dan melihat seorang wanita memegang tombak yang berlumuran darah, tak jauh darinya ada seseorang berjubah hitam dengan kedua tangan terentang, di sisi kanan dan kirinya ada monster.

Renee melihat ke sekitar, ada bangunan dari batu yang sederhana disertai dengan cerobong asap, jendelanya tidak ada kaca, hanya tiang-tiang penyangga sederhana.

Ini adalah masa lalu leluhurnya.

Wanita memegang tombak itu terlihat beradu argumen dengan seseorang yang mengenakan jubah, mereka terlihat tidak dalam suasana hati yang baik. Tak jauh dari sana ada seorang laki-laki yang berdiri seperti patung, matanya kosong, seperti boneka yang biasanya dipajang di toko baju.

Renee berusaha untuk tetap tenang, tapi suasana di sini semakin lama semakin menyesakkan dan tidak nyaman. Seseorang yang mengenakan jubah itu tiba-tiba saja berteriak dan para monster di sekelilingnya dengan cepat bergerak, mereka menyerang wanita yang memegang tombak.

Tidak lama, pandangan Renee perlahan-lahan menjadi buram.

"Ah!" Renee tersentak, ia terbatuk dengan keras dan merasakan sesuatu menariknya ke bawah, bagian pinggangnya seakan tenggelam dalam sesuatu yang lunak dan dingin, ada aroma tanah yang amat kuat bercampur aroma air hujan.

Renee menarik napasnya dalam-dalam, berusaha mengangkat tangannya yang lengket.

SRASH!

Tangannya tertarik, ada cipratan air yang terkena di wajahnya, Renee membuka matanya lebar-lebar.

"Apa-apaan ini?!"

Tubuhnya ternyata setengah tenggelam di dalam lumpur berwarna hitam dengan tali yang mengikat di pinggangnya ke bawah, di kanan kiri Renee adalah pepohonan dengan akar yang mencuat keluar, di bawahnya ada tengkorak-tengkorak yang tersangkut, beberapa ranting pohon patah terlihat tenggelam.

"Di mana … di mana … ini?"

Renee meraba-raba dirinya dengan panik, dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu menghela napas lega saat menyadari kalau anggota tubuhnya masih lengkap.

Renee bertanya-tanya ... mengapa Ivana tidak membunuhnya, justru membuangnya kemari? Tapi setelah melihat tali tambang yang mengikat pinggangnya, ia mendengkus.

Sepertinya Ivana beniat untuk menyiksanya pelan-pelan, ia ingin Renee tenggelam dengan putus asa di dalam lumpur.

KRAK!

Renee langsung menoleh dengan terkejut, tak jauh darinya, di atas akar yang menggantung, ada seorang gadis kecil dengan rambut acak-acakan mengulurkan sebuah ranting kecil untuk menyodoknya, matanya berwarna merah dan air liurnya menetes-netes.

Gadis kecil itu bukan manusia, ia adalah monster.

"Bagaimana bisa … ini ... terlalu jahat." Renee merasakan sakit di hatinya, ia tidak pernah menyangka kalau ada monster anak-anak di kota ini.

Gadis kecil itu sangat kurus dengan kulit yang menghitam, pakaiannya sudah kumal dan tidak memakai sepatu, di pinggangnya ada tas dari rotan berisi buah beri yang sudah mengering.

Mungkinkah ia berubah menjadi monster ketika ia sedang bermain?

Renee merasakan dadanya berdenyut, ia mengusap wajahnya yang penuh lumpur, menatap ranting yang diulurkan gadis kecil itu, ia tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis.

Ranting kecil ini terlalu rapuh.

Gadis kecil itu sepertinya tidak berniat menyerangnya seperti monster lain, atau mungkin karena ia masih anak-anak, ia tidak memiliki nafsu untuk menyerang orang lain, sebaliknya ia mengulurkan ranting seakan berniat untuk menyelamatkan Renee dari dalam lumpur.

Renee mengulurkan tangannya menyentuh ranting dan persis seperti dugaannya, ranting itu patah.

TAK!

Gadis kecil itu tersentak, ia jatuh terduduk dengan bingung.

"Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu."

Renee berusaha bangkit, tapi lumpur terlalu lembek dan berair, ia tidak bisa menemukan pijakan dan kakinya semakin tenggelam.

Gadis kecil itu menunjuk salah satu tengkorak yang tersangkut di atas akar yang mencuat.

Renee mendengkus pelan, apakah gadis kecil ini menyuruhnya untuk menginjak tengkorak?

Wanita itu mengusap wajahnya lagi yang terciprat lumpur, merasa gadis kecil itu tidak banyak membantunya, ia menggerakkan tangan, cahaya jingga muncul dan menyebar di atas lumpur, membuat lumpurnya mengeras dan berubah menjad tanah gembur.

Gadis kecil itu tertegun dengan mata merah, Renee tidak punya waktu untuk meladeni, ia menarik dirinya keluar dengan susah payah. Begitu ia berhasil keluar, cahaya jingga kembali berpendar dan tanah yang gembur itu kembali berubah menjadi lumpur pekat.

Renee yang susah payah menyeret dirinya keluar itu terengah-engah, memotong tali di pinggangnya dan melihat tubuhnya, ia hampir menjadi manusia lumpur.

"Lihat? Aku bisa keluar dan aku tidak menyakitimu." Renee menghela napas, merasa lucu pada dirinya sendiri karena ia telah menghibur seorang monster.

Gadis kecil itu mengedipkan matanya, seakan-akan ia penasaran. Ia berdiri dengan tubuhnya yang kurus dan miring ke kanan itu, mencoba mengamati Renee.

Seandainya ia adalah manusia, ia mungkin akan menjadi gadis paling lucu yang pernah Renee lihat, sayang sekali ia adalah monster. Wanita itu mengulurkan tangan menyentuh bahu sang gadis, cahaya jingga bersinar dan erangan rendah mulai keluar.

"Tidak, maaf."

Gadis ini tidak menyerangnya, ia tidak bisa menyakitinya dengan cahaya jingga seperti Ivana dan monster lain.

Renee tidak tega.

"Maaf, tapi bisakah kau pergi? Jangan membuatku melakukan hal yang tidak ingin aku lakukan."

Renee melambaikan tangan, berharap gadis kecil itu menjauhinya. Ia melihat ke sekeliling, dari balik pepohonan ia melihat siluet hitam yang melesat ke arahnya.

BRAKH!

Rene langsung menangkap tubuh gadis kecil itu dan melompat ke samping, rupanya Ivana tidak membuangnya begitu saja di dalam lumpur, tapi masih membiarkan beberapa monster berkeliaran di dekatnya.

Monster-monster itu memiliki kaki yang panjang dan tubuhnya lebih ramping, sepertinya mereka sengaja ditempatkan Ivana di tempat ini untuk menjaganya keluar dari dalam lumpur.

"Grah!" Para monster mulai berdatangan.

"Kau tahu di mana jalan keluar?" tanya Renee sembari menggendong gadis itu, ia menggerakkan tangannya dan cahaya jingga pecah mengenai kepala sang monster.

Gadis kecil itu diam digendongan Renee, tidak mengerti.

Renee menggigit bibirnya, merasa bingung pada dirinya sendiri dan berulang kali merapalkan dalam hati kalau yang dipegangnya ini adalah monster.

"Aku tahu kau bisa bicara! Jawab!" Renee menggerakkan cahaya jingga ke sekitar, para monster yang ingin menyerangnya mengerang, tapi mereka tidak ada niatan untuk mundur.

"GRAH!"

Renee menghindari pohon yang tiba-tiba saja tumbang karena ditabrak oleh salah satu monster, gadis kecil yang ada digendongannya itu terguncang.

"Jalan keluar …."

Gadis kecil itu menunjuk ke belakang, ke arah lumpur yang tadi telah menenggelamkan Renee, wanita itu menoleh dan wajahnya menjadi pucat.

"Itu … tidak mungkin, kan?!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C52
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login