Download App
20.33% Lady Renee / Chapter 24: Serangan Tidak Terduga 1

Chapter 24: Serangan Tidak Terduga 1

Ivana menatap kepergian Duchess Celia dari balik jendela, matanya menjadi muram. Ia tidak pernah menyukai kehadiran siapa pun yang muncul di Mansion keluarga Emmanuel, ia mendengkus pelan lalu melangkah menuju pintu dan bertemu dengan Renee.

"Apa ada yang salah?" tanya Renee dengan tenang.

"Kau terlalu berani," kata Ivana dengan nada suara yang sarat akan ancaman. "Kau tidak tahu seperti apa risiko yang harus kau hadapi."

"Ya, aku tidak tahu." Renee melangkah maju dan bahunya sengaja menabrak Ivana hingga wanita itu tergeser. "Karena aku tidak tahu makanya aku tidak takut."

Ivana tidak bisa membalas perkataan Renee, ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Renee berjalan masuk ke dalam dengan langkah lebar, dalam hatinya ia bersorak untuk dirinya sendiri, merasa keren, padahal apa yang ia ucapkan itu adalah kata-kata dari drama yang pernah ia pentaskan di panggung teater.

***

Beberapa hari berlalu dengan cepat dan keadaan Mansion keluarga Emmanuel terkesan lebih damai daripada beberapa hari sebelumnya, tidak ada monster yang datang, tidak ada Pelayan yang terbakar karena berusaha kabur dari Mansion dan tidak ada kunjungan dari Duchess Celia lagi.

Walau setiap kali ia berlalu lalang, seseorang akan menatapnya, Renee berusaha tidak memedulikan Ivana yang seakan-akan ia adalah seekor hama yang harus dibasmi dari waktu ke waktu, selama Ivana tidak melakukan apa pun padanya, maka ia tidak akan membalasnya.

Hari ini agak dingin, Renee tidak membuka jendelanya, hanya tirai yang menutupi kaca ia geser sedikit, ia bisa melihat kalau langit mendung dan sedikit demi sedikit angin mulai bertiup diikuti dengan gerimis.

Renee kembali menutup tirai, berjalan menuju ruang kerja dan melihat Leo yang sibuk membaca buku dengan kertas yang berserakan di atas meja, laki-laki itu tidak menyapa dan tidak akan mungkin menyapanya.

Renee mendekat dan melihat cangkir di sisinya telah kosong.

"Aku akan membuat teh yang baru, apa kau menginginkan sesuatu untuk di makan?" tanya Renee tanpa basa-basi, tangannya bergerak mengambil nampan.

"Tidak."

Leo melambaikan tangannya kemudian kembali membaca.

Renee keluar dengan nampan berisi cangkir kosong, menuju dapur dan menyalakan kompor.

Seharusnya menjadi seorang pelayan yang melayani orang cacat adalah hal yang berat, tapi Leo … dia bahkan tidak membiarkan Renee untuk menyentuh kakinya.

Itu wajar karena Leo tidak benar-benar cacat.

Renee menghela napas panjang, membayangkan laki-laki pemarah itu ia rawat, mungkin dirinya akan mendapat tatapan tajam sepanjang waktu. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, ia mengambil cangkir baru dan serbuk teh di lemari, menatanya di atas nampan.

GRATAK ….

Renee mengerutkan kening, tapi ia mencoba mengabaikan semua keanehan di rumah ini dan mencoba untuk terbiasa, tangannya bergerak memasukkan dua sendok gula ke dalam cangkir.

GREK …. TAK … TAK ….

Suara papan yang bergeser di langit-langit terdengar, Renee mengambil sendok dan melihat ke sekitar.

Di dapur yang luas ini hanya dirinya, tidak ada Pelayan atau Ivana. Cahaya lentera masih menyala di setiap sudut dapur, teko di atas kompor mulai mengeluarkan suara mendesis dan tutupnya yang di atas mulai bergetar.

GREK … GREK ….

Renee langsung mendongak ke atas.

Suara itu bukan lagi suara kayu yang digeser, tapi suara seseorang yang seakan-akan sedang menggarut papan kayu dengan kuku-kuku yang panjang.

"Siapa di sana?!" tanya Renee dengan tegas, menekan ketakutan yang ada di hatinya.

Seharusnya tidak ada monster di dalam Mansion ini.

Suara patahan papan kayu terdengar, tidak hanya sekali, tapi berkali-kali seakan-akan ada dinding yang tengah ditabrak seseorang. Renee mematikan kompor dan menatap ke sekitar dengan awas.

Tidak salah lagi, itu pasti monster.

BRAKH!

Sesuatu melompat ke atas meja, Renee langsung berguling menghindar, cangkir yang sudah berisi serbuk teh dan gula jatuh ke atas lantai, untungnya air panas masih aman di atas kompor.

Sosok hitam terlihat muncul di depan Renee, bentuknya lebih kecil daripada yang Renee lihat di hutan sebelumnya, ada tetesan air yang menetes ke lantai, Renee mendongak.

Ia pikir atapnya akan berlubang seperti kedatangan monster itu di ruang kerja Leo, tapi tidak. Atapnya masih baik-baik saja, patahan kayu itu berasal dari tempat lain di dinding.

"Kau berasal dari rumah ini."

Monster mendengus dan mengangkat tangannya.

"Sialan." Renee mengambil nampan dan menghantamkannya balik ke tangan sang monster, ia melompat menjauh. "Sepertinya aku tidak akan bisa hidup dengan tenang di sini."

Seperti yang ia harapkan, tidak ada satu orang pun di Mansion, sunyi dan sepi. Seakan semua orang telah menghilang, Renee langsung berlari menuju ruang kerja.

Ivana tidak pernah muncul sejak ia bangun, mungkinkah ia yang melakukannya?

"Leo!"

Leo mengangkat wajahnya dari buku yang ia baca, terlihat bingung. "Ada ap …."

Renee langsung menutup pintu, suara langkah yang kasar datang mendekat, menghentak dengan suara yang keras.

"Bagaimana bisa mereka ada di dalam Mansion?!"

Leo menutup bukunya dan menatap pintu yang bergetar, ia menghela npas panjang.

"Hal ini tidak biasanya terjadi."

Lukisan yang ada di dinding bergetar karena hantaman sang monster di luar, Leo tetap duduk di kursinya, tidak berminat untuk mengatasi atau mengusir. Berusaha untuk tetap tenang dan mungkin juga ia berharap menunggu Ivana datang dengan busur panahnya seperti yang lalu.

"Apa maksudmu? Apa kau tidak tahu ada monster di Mansionmu sendiri?!" Renee masih memegang nampan, ia terengah-engah.

Leo diam selama beberapa saat.

"Tampaknya karena kau, mereka tidak percaya lagi dengan keadaanku dan mengujinya."

"Hah?!" Renee membulatkan matanya, tidak mengerti. Leo tersenyum tipis dan menyingkirkan selimut tebal yang selalu menutupi kakinya. "Aku tidak mengerti, apa yang harus kita lakukan sekarang?!"

Leo menarik napas, tepat saat pintu terbuka lebar, laki-laki itu bangkit dan mengayunkan pedang yang ia sembunyikan dari bawah meja.

ZRATSS!

"Argh!"

Satu lengan panjang milik sang monster terpotong dan jatuh ke atas lantai, Renee membulatkan matanya penuh kengerian. "Tuan! Tuan! Kenapa kau melakukan ini padaku!"

Monster itu berteriak, seakan-akan ia tengah mengeluarkan semua keluhan yang ia miliki.

Suara langkah berderap datang dari dari luar, menghentak-hentak dengan keras di atas lantai.

Di depan pintu tidak hanya ada satu monster saja, tapi ada tiga dan terus berdatangan dari segala penjuru Mansion.

Yang lebih mengejutkan lagi, beberapa dari mereka terlihat masih mengenakan pakaian pelayan di tubuhnya.

"Leo!"

"Merunduk!"

Leo menarik Renee dari tempatnya, kaca jendela yang ada di belakang Renee pecah, monster lain masuk dan ingin menjangkau Renee.

Renee memegang lengan Leo dengan erat, dari jendela yang pecah itu angin bertiup membawa air hujan masuk.

Leo menggerakkan pedangnya, sambil menarik tangan Renee menerjang para monster, beberapa lengan terpotong diikuti dengan lengkingan nyaring memekik telinga.

"Kita harus pergi."

Leo menendang monster yang ingin menyentuhnya, ia menerobos pintu. Renee dengan cepat mengambil pedang pemberian Ratu yang masih terpajang di dinding dan membukanya.

SRAT!

Anak panah tiba-tiba saja menancap di atas lantai dekat kaki Renee, wanita itu langsung menyipitkan matanya.

"Leo itu …."

Leo yang sibuk menghalau para monster yang ingin mendekatinya mendengkus. "Ivana, dia Ivana."

Tampak di belakang para monster Ivana memegang busur panah dan tersenyum miring, matanya berkilat-kilat di bawah cahaya lentera yang mulai bergoyang-goyang.

"Kalian pikir bisa pergi ke mana?"


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C24
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login