Download App
41.52% Lady Renee / Chapter 49: Kamu Milikku, Kamu Cintaku 2

Chapter 49: Kamu Milikku, Kamu Cintaku 2

Bella terhenyak, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan membuat ia tidak bisa bernapas dengan benar, dadanya terasa dihimpit oleh sesuatu yang berat.

Ia tahu kalau Leo pasti akan berusaha menyelamatkannya, seperti yang sudah-sudah. Tapi ia tidak bisa memaafkan Leo, ia tidak bisa menghapus kebencian meski ia berada di sekitar Leo seharian penuh.

Bella tahu ini tidak adil bagi Leo, tapi laki-laki itu tidak pernah mengatakan apa pun, dalam keadaan seperti ini, seharusnya Leo tidak usah memedulikannya.

Karena yang paling diincar sekarang bukan dirinya, tapi Leo sendiri. Laki-laki itu seharusnya melarikan diri, mencari Renee dan ada di sekitar wanita itu untuk perlindungan diri, atau paling tidak ia bisa bernapas dengan tenang dengan jauh dari sinu.

Tapi laki-laki itu membiarkan Renee pergi dan menghadapi kesulitan seperti ini, kalau Bella pikir-pikir, ia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Leo.

Seperti labirin yang selalu menunjukkan jalan buntu.

Pandangan Bella menjadi kabur, ia tidak tahu apakah yang sekarang ia lihat adalah Leo atau bukan, tidak ada titik-titik cahaya jingga dari Renee yang membuatnya berharap bisa bebas dalam situasi seperti ini.

Semuanya menjadi sangat gelap dan hening, ia tidak bisa mendengar suara Leo atau erangan para monster, rasanya seperti dirinya berada di ruang hampa.

"Khek!" Bella berusaha bernapas tapi semuanya terlalu sesak, tangan dan kakinya mulai lemas.

"Lepaskan dia!" Suara Leo bergema dari kejauhan, begitu Bella mengedipkan matanya, ia terhempas ke lantai dan telinganya berdengung dengan keras.

Bella linglung, ia bereaksi lambat dengan sekitarnya, tidak melihat cahaya selama beberapa saat hingga ia melihat dua titik hitam yang saling beradu di atasnya, terus beradu dan saling mendorong satu sama lain.

Leo … kenapa harus berusaha sekeras ini? Kenapa ia tidak lari saja menyelamatkan dirinya?

Bella tidak bisa berpikir jernih, kepalanya penuh dengan pertanyaan dan tidak ada satu pun yang bisa terjawab.

Hingga suara benturan keras sesuatu yang menabrak dinding membuat pandangan Bella menjadi sedikit lebih baik, ia melihat Leo dalam keadaan yang lebih buruk daripada yang ia lihat tadi.

"Leo … Leo …."

Laki-laki itu duduk dalam posisi yang salah, sepertinya ada tulang rusuk yang patah, mulutnya meneteskan darah dan matanya terbelalak, napasnya tertengah-engah karena belitan ekor ular di lehernya yang semakin kuat, lebih buruk lagi, pedang yang biasanya ia pegang, kini menancap di pahanya.

Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa mereka berdua dekat dengan kematian.

Bella menggigil, jangankan untuk mendekati Leo, membuat tubuhnya duduk saja sekarang rasanya tidak sanggup.

"Cintaku? Kau sangat bersemangat padaku rupanya." Sosok itu tertawa, tubuhnya terlihat berputar, seakan menari dalam kegembiraan yang aneh.

DONG!

DONG!

DONG!

Entah siapa yang mengayunkan lonceng di atas sana, bunyi dentangan bergema dengan nyaring, wajah Leo semakin pucat , hampir menyamai batu marmer yang menempel di atas lantai dan laki-laki itu perlahan-lahan roboh.

Leo tidak bisa bertahan lagi, kesadarannya telah memudar.

"A … a … " Bella berusaha mengucapkan sesuatu, tapi lehernya terlalu sakit, bahkan untuk menggerakkan lidah pun rasanya seperti menggerakkan duri yang tersangkut, ia menggerakkan tangannya dan di detik berikutnya, langsung diinjak.

"Akh!"

Tangannya seperti dihantam batu karang yang keras dan runcing, Bella tidak tahu apakah setelah ini ia bisa menggerakkan tangannya atau tidak.

"Jangan kemana-mana ... aku bilang aku akan membereskanmu dulu."

Sosok itu membungkukkan tubuhnya ke arah Bella, ada nada riang yang mengerikan dari suaranya. "Sayang sekali, cintaku ini tidak sabaran."

Bella menatap sosok hitam yang ada di depannya, rasa benci yang selama ini ia rasakan pada Leo sepertinya tidak seburuk rasa bencinya pada sosok ini.

"Awalnya aku pikir aku ingin mengubahmu menjadi monster seperti yang lain, tapi … aku pikir itu terlalu bagus." Sosok itu masih menginjak tangan Bella, lalu ia berjongkok.

Bella mengatupkan bibirnya rapat-rapat, rambutnya ditarik dan ia dipaksa mendongak.

"Aku bertanya-tanya kenapa cintaku harus mempertahankan seorang Pelayan sepertimu di sisinya." Sosok itu mengulurkan tangannya memyentuh pipi Bella, meremas dengan kukunya yang panjang. "Aku hampir berpikir cintaku menyukaimu."

Bella tidak dapat menjawab, napasnya berhembus dengan cepat, menanggung kemarahan sekaligus kebencian.

Leo tidak menyukainya, ia tahu. Tapi ia juga tidak mengerti mengapa Leo tidak menunjukkan sedikit pun rasa tidak suka dan terkesan mempertahankan dirinya yang selalu mengumpat dan tidak berhenti memaki Leo dari waktu ke waktu.

"Tapi ternyata, kau juga salah satu orang yang membuat cintaku jauh dariku, kalian semua bersekongkol! Sialan!"

Bella menutup matanya, di saat seperti ini ia tidak bisa melakukan apa pun selain pasrah. Ia tahu semenjak semua orang berubah menjadi monster di kota Dorthive, ia tidak akan bisa mendapatkah kehidupan yang damai, termasuk dirinya yang bisa berakhir kapan saja.

Lagipula dia bisa apa?

Ia hanya seorang Pelayan, bahkan Leo yang seorang Marquis yang sudah berpengalaman di perbatasan kerajaan untuk menghadapi para pemberontak pun, tidak berdaya menghadapi sosok yang ada di depan mereka ini.

Hanya satu orang, tapi mampu menghancurkan semua orang di kota Dorthive dan mengubah semua kota ini menjadi layaknya Neraka. Hal seperti ini bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh orang biasa seperti dirinya, bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh Leo atah Dylan.

Renee mungkin bisa, ia mungkin bisa menyelamatkan mereka. Tapi melihat seperti apa Renee yang tidak tahu menahu tentang orang yang berjiwa suci, membuat Bella sadar. Renee yang sekarang masih belum bisa menyelamatkannya.

Renee masih perlu waktu, tapi kapan?

"Uh …" Bella menggertakkan gigi dengan tenaga terakhir ia miliki, matanya terpejam dengan erat.

Mungkin bukan sekarang, mungkin bukan hari ini, mungkin juga bukan minggu ini. Mungkin nanti, Bella tidak tahu dan ia tidak mau banyak berpikir. Mempertahankan kewarasannya adalah satu hal yang ia syukuri dan sekarang mungkin akan berakhir.

Semuanya akan berakhir.

Bella membuka matanya, melihat Leo yang tidak lagi bergerak dan ekor ular yang melilit lehernya mulai mengendur, wanita itu mengulas senyuman tipis.

Sosok hitam yang ada di dekatnya ini tidak berhenti berteriak dengan suara serak, mengeluarkan semua kemarahannya pada Bella, tidak jarang ia menggunakan tangannya untuk menampar dan memukul.

"Aku muak denganmu." Sosok itu akhirnya mengucapkan ultimatum terakhir, ia menendang Bella dengan kakinya. "Aku akan membuatmu berhenti ada di sekitar cintaku!"

Bella tidak melawan, ia menyipitkan matanya dan menatap ular-ular yang tadinya diam sekarang mulai mendekat dan melilit tubuhnya dari segala penjuru, rasa dingin yang menusuk mulai menyergap ke tubuhnya.

Sosok itu berbalik menjauhi dirinya, ia melangkah mendekati Leo dan menggumamkan beberapa kata dengan suara lembut, mengabaikan Bella yang semakin lama semakin terbungkus dan ia semakin tenggelam.

Sudah berakhir.

Di sini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C49
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login