Download App
33.89% Lady Renee / Chapter 40: Jiwa Suci 1

Chapter 40: Jiwa Suci 1

Renee tidak tahu kalau ia sedang diperhatikan oleh Bella dan Leo dari kejauhan, yang ada di dalam pikirannya sekarang hanya kemarahan dan keinginan untuk mengalahkan Ivana.

Ia bahkan tidak tahu kalau cahaya-cahaya jingga yang semakin berpendar di sekitarnya, Ivana terus menerus berteriak seakan mulutnya itu tidak bisa menutup sedikit pun, perlahan tapi pasti, ia sudah kehilangan bentuk dan sifat manusianya.

"Argh!"

Ivana melihat ular yang selama ini menemaninya ditebas menjadi dua oleh Renee, wanita itu menggertakkan giginya dan berlari kencang.

Renee mengayunkan pedang pendek untuk menghalau kaki Ivana yang ingin menginjak, ia melihat titik-titik kecil cahaya jingga bertebaran di dekatnya, seperti sebuah hamparan debu di udara yang menyala-nyala.

SRET!

Ivana ingin menjangkau Renee lagi, tapi Renee dengan cepat memutar tubuhnya dan mereka berdua bertabrakan.

"Mereka … apa Renee akan baik-baik saja?!"

Bella mengepalkan kedua tangannya, antara bersemangat dan takjub, meski cahaya itu tidak sekuat yang pernah ia tahu dengar dari orang-orang terdahulu, tapi ia semakin memupuk tinggi harapannya pada Renee. Di sisi lain, ia memiliki ketakutan, bagaimana pun Ivana sangat kuat dan tubuhnya dua kali lebih besar dari Renee yang seorang manusia biasa, ia takut kalau ada anggota tubuh Renee yang akan terluka.

Cahaya jingga tiba-tiba saja pecah, Bella merasakan tubuhnya terdorong ke belakang, Leo dengan cepat menahannya.

Entah apa yang terjadi, Ivana yang tadinya tidak berhenti menyerang Renee kini terhempas menghantam dinding beberapa meter jauhnya dari Renee, wanita itu mengerang kesakitan dengan suara parau.

"Kurang ajar … aku akan ... mengingatmu … sampai aku mati."

Renee terengah-engah memegangi bahunya dengan erat, ada luka menganga di sana dan rasa sakitnya tidak bisa ia bendung lagi, matanya menatap Ivana.

BRAKH!

Dinding tiba-tiba saja runtuh, menimpa Ivana hingga tertimbun sepenuhnya.

Bella terhenyak, para monster yang berkeliaran di sekitar mulai gelisah, mereka bergerak menggali timbunan dinding dan menyeret Ivana untuk menjauh dengan gerakan yang amat cepat, seakan tengah dikomando oleh seseorang untuk pergi secepat mungkin dengan Ivana.

"Mau kemana kau?!" Renee tidak bisa membiarkan wanita itu pergi begitu saja, ia ingin berlari menyusul, tapi rasa sakit di bahunya semakin kuat.

"Ah ...."

"Renee!"

Bella melepaskan diri dan Leo dan melompat mendekat, ia langsung menopang tubuh Renee yang hampir terhuyung.

Leo melirik ke arah perginya Ivana bersama para monster, mereka menghilang dalam kegelapan, bahkan langkah kaki mereka yang menapak ke lantai itu pun tidak terdengar lagi suaranya. Seakan mereka telah menghilang ditelan bumi dalam hitungan detik.

Renee menjatuhkan dirinya di atas lantai, pedang pendek yang berlumuran darah Ivana itu tergeletak di dekat kakinya, Bella membantu merapikan rambutnya dan mengikat seadanya.

"Kau … luar biasa." Bella mengatakan itu dengan suara gemetar, "Kau bisa mengalahkan Ivana."

Renee berusaha menstabilkan napasnya, ia tidak menganggap apa yang ia lakukan tadi adalah sebuah kemenangan, Ivana melarikan diri bersama para monster dan ada kemungkinan ia akan kembali untuk menyerang.

Leo berdiri di depan Ivana, ia tidak mengatakan apa pun, matanya menatap bahu yang ditutupi oleh tangan Renee dengan erat.

"Ah, aku akan membantumu membalut luka." Bella mengikuti arah pandang Leo dan baru saja tersadar akan kesakitan Renee. "Seharusnya aku bertanya keadaanmu dulu."

"Tidak, aku baik-baik saja." Renee melambaikan tangannya yang sedari tadi menutupi bahunya, masih ada noda darah yang membekas di sana. "Setelah ditahan, rasanya sebenarnya tidak terlalu sakit."

Bella mengulurkan tangannya, memeriksa luka Renee, kemudian ia mengerutkan kening.

Renee merasakan tangan Bella mengusap bahunya dengan pelan, ia menunduk dan tertegun.

Tidak ada luka di sana.

"Apa ini?" Renee mengusap bahunya, Dylan datang dengan lentera di tangannya, keadaannya tidak jauh berbeda dari Leo dan ia langsung menghela napas lega.

Cahaya lentera menyinari sekitar, Renee melihat warna hitam di bahunya, tempat yang tadi ia rasakan sakit, tidak ada bekas luka apa pun, kulitnya baik-baik saja.

Bella tiba-tiba saja memeluk Renee dengan erat, Leo dan Dylan saling pandang, mereka memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

"Kau benar-benar pilihan Dewa." Bella bergumam dan melepaskan pelukannya, matanya memerah dan senyuman di wajahnya semakin melebar. "Kau orang yang berjiwa suci, kau penolong kami!"

Bella hampir bersujud di depannya kalau tidak segera Renee tahan, wanita itu memandang Leo dan Dylan.

"Apa yang kau katakan?" Renee tidak mengerti dengan perkataan Bella, ia merapikan bajunya yang terkoyak di sana sini. "Siapa yang berjiwa suci?"

"Kau adalah orang berjiwa suci!" Bella mengulangi perkataannya, ia memegang bahu Renee dengan kuat. "Cahaya jingga yang muncul di sekitarmu tadi hanya bisa dikendalikan oleh orang-orang yang berjiwa suci."

Renee terdiam, ia sepertinya mencerna apa yang tengah dikatakan oleh Bella. Leo menyadari kebingungan Renee dan meraih salah satu tirai yang tergeletak di lantai, menutupi tubuh Renee.

"Cahaya jingga?" Renee menatap pedang pendek yang ada di dekat kakinya, ia pikir cahaya itu berasal dari pedang pendek pemberian sang Ratu. "Aku tidak mengerti … apa yang kau maksud …Bella."

Renee tidak pernah mendengar apa pun tentang orang berjiwa suci, dalam benaknya orang-orang berjiwa suci adalah orang yang mengabdikan diri sepenuhnya pada para Dewa.

Dirinya tentu saja sangat jauh dari hal itu.

Keantusiasan Bella ternyata menular pada Dylan dan Leo, mereka menatap Renee dengan penuh harap, seperti melihat bintang jatuh yang baru saja turun dari atas langit.

"Tunggu, kalian pasti salah paham." Renee melambaikan tangannya, ada beberapa hal yang tidak bisa ia jelaskan dan ia sendiri pun bingung dengan keadaannya. "Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan …."

BRUK!

Renee bisa melihat kalau Leo dan Dylan berlutut secara bersamaan, Bella menggenggam erat lagi tangannya dan mata wanita itu memerah, menahan air mata.

"Hanya kau yang bisa menolong kami saat ini, Renee." Bella tersenyum lebar dan pipinya itu memerah. "Kau bisa mengembalikan kota Dorthive seperti semula. "

Renee melebarkan matanya, ia tidak pernah tahu kalau akhir dari malam ini adalah sebuah permintaan yang tidak masuk akal, ia sepertinya perlu menenangkan diri dulu selama beberapa saat.

***

Seseorang melihat semua pertarungan Renee dan Ivana dari lantai atas dengan mata menyipit penuh kebencian, ia menggigit bibirnya dengan kuat hingga meneteskan darah di dagunya, sebelah tangannya meremas pegangan tangga hingga tangga itu menghitam dan mulai rapuh.

"Jiwa suci katanya … lelucon apa yang dibawa Ratu bodoh itu kemari?" gerutunya dengan suara tertahan, kukunya yang panjang itu patah saking kuatnya ia mengepalkan tangannya. "Jelas-jelas aku sudah membunuh mereka semua di masa lalu."

Matanya menatap Renee dengan lekat, ada sebuah skenario rumit yang muncul di benaknya, sepertinya ia perlu mewaspadai orang-orang yang berpotensi merusak apa yang selama ini ia bangun dengan susah payah.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C40
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login