Renee mundur menjauhi Ivana yang ingin mendekatinya, dengan gugup ia menarik salah satu pajangan yang ada di atas meja dan mengarahkannya pada Ivana.
"Jangan mendekat!"
Ivana tidak sedikit pun terpengaruh dengan perkataan Renee, Leo yang berada tak jauh dari sana memutar kursi rodanya untuk kembali ke ruang makan.
"Renee, aku sudah mengatakan padamu, tanpa izin Tuan Leo, kau tidak akan bisa keluar dari sini."
Melihat kepergian Leo, Renee merasa marah. Tangannya ditangkap oleh Ivana dan ia hampir terseret ke depan, Renee menghentak kakinya dengan kuat di atas lantai dan mengarahkan pajangan itu ke wajah Ivana.
PRAK!
Ivana terdiam, pajangan itu adalah guci panjang yang terbuat dari keramik, begitu di arahkan Renee ke kepalanya, darah langsung mengalir di wajahnya.
Renee gemetar, ia menatap pajangan yang telah patah menjadi dua di tangannya dan melemparnya ke atas karpet, tanpa pikir panjang ia melepaskan diri dari Ivana dan berlari mencari pintu.
Ivana tidak mengatakan satu patah kata pun, darah yang menetes di wajahnya itu ia biarkan mengalir begitu saja dan matanya yang menatap Renee berubah, terlihat bersemangat.
"Tidak salah lagi, orang ini pasti telah dikirimkan oleh Ratu … benar bukan, Tuan Leo?" tanya Ivana pada Leo yang sudah tidak ada lagi di sekitarnya, wanita itu mengusap darah yang mengalir di wajahnya dan terkekeh.
Renee tidak memedulikan Ivana, ia berlari menuju pintu yang mengarah ke beranda, mengguncang kenopnya dengan keras, tapi pintu itu tertutup rapat, seakan-akan telah dikunci dari luar dan dalam.
"Seharusnya aku tahu kalau tidak ada yang beres di tempat ini!" Renee merasa cemas dengan pemikirannya sendiri, suara pintu yang ia guncang bergema.
"Kau tidak akan bisa membuka pintunya," bisik seseorang dari atas, Renee mendongak dan mendapati ada seseorang yang berdiri di lantai dua, tangannya memegang pegangan tangga dengan erat. "Kau tidak akan bisa keluar tanpa persetujuan Tuan Leo!"
Orang itu adalah Pelayan yang berdiri di samping Ivana ketika ia datang ke tempat ini, tidak hanya itu saja, satu persatu Pelayan yang selama ini besembunyi keluar dan menggumamkan hal yang sama.
"Diam!" teriak Renee ketakutan, bukannya menuruti ia malah semakin menjadi-jadi, ia berbalik dan menarik tirai yang menutupi jendela, terdengar jeritan halus dari atas.
BRET!
Cahaya matahari bersinar terik langsung menerobos, Renee bisa mendengar suara pekikan dari lantai atas dan suara langkah kaki yang gaduh menjauh, wanita itu tidak pikir panjang, ia mengambil pajangan dan melemparkannya ke kaca.
PRANG!
Kaca hancur berkeping-keping, membawa rasa hangat dari sinar matahari yang ada di luar, Renee mendengar langkah kaki mengetuk dari belakang, Ivana telah datang mengejarnya.
"Renee, jangan lakukan hal yang sia-sia."
"Aku tidak peduli, jangan halangi aku."
Renee membuat pecahan kaca di jendela semakin besar dengan pajangan kayu di atas meja, beberapa goresan mengenai tangannya dan darah menetes ke atas lantai. "Kau tidak bisa menghisap darahku, Vampir."
"Vampir?" tanya Ivana dengan senyuman miring, mata hitamnya itu berbinar-binar. "Apa kau pikir kami ini adalah Vampir? Lucu sekali, Renee … apa kau terlalu banyak membaca cerita dongeng?"
Renee tidak memedulikan apa pun yang Ivana katakana, begitu celah di kaca jendela bisa ia lewati, ia langsung melompat keluar dan berlari di halaman.
Halaman Mansion keluarga Emmanuel masih sama seperti yang Luna ingat beberapa hari yang lalu.
Matahari bersinar dengan sangat cerah di atas kepalanya, angin berdesir menggoyangkan rerumputan dan serangga beterbangan di sekitar mereka, ini adalah hal yang mungkin Renee rindukan selama ia terjebak di dalam Mansion keluarga Emmanuel
Di depan, Renee bisa melihat gerbang yang tinggi menjulang terbuat dari kawat besi dan beton.
Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, Renee langsung menoleh ke belakang.
"Dia tidak terbakar?"
Renee mengerutkan keningnya bingung, melihat Ivana yang mengejarnya, mata wanita itu berkilat-kilat, penuh ambisi untuk menyeretnya kembali ke dalam Mansion keluarga Emmanuel.
Renee berbalik, melihat gerbang yang tinggi menjulang di depannya, ia terus berlari sampai ia bisa mencapai gerbang itu, tapi entah kenapa saat ia berlari dan terus berlari, gerbang yang tinggi menjulang itu tidak pernah ia capai.
"Apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa ….."
"Percuma saja, Renee." Ivana tiba-tiba saja muncul di belakang Renee, tangannya menyentuh pundak wanita itu dan meremasnya dengan kuat. "Sudah aku bilang, kau tidak akan bisa keluar dari sini tanpa izin dari Tuan Leo."
Renee menahan napasnya, ia menarik dirinya dari tangan Ivana dan melihat gerbang yang jauh, lalu berbalik ke arah Mansion hitam yang berdiri dengan kokoh.
"Bagaimana mungkin, siapa sebenarnya kalian?"
Renee berusaha mundur, pikirannya sangat kalut sekarang, tidak hanya kaget tentang terbakarnya wanita kurus yang ia temui tadi, tapi ia juga bingung dengan semua keanehan yang terjadi di Mansion ini.
"Kalau kalian bukan Vampir, lalu kalian apa? Wanita itu terbakar karena sinar matahari, tirai itu … semua jendela diberi tirai untuk menahan sinar matahari, apalagi kalau bukan Vampir?!"
Renee berusaha menenangkan dirinya, tapi ia tidak bisa, ia merasa semua kewarasannya telah menguap seiring dengan panasnya sinar matahari di atas kepalanya.
"Aku manusia," kata Ivana sambil membungkukkan tubuhnya ke arah Renee yang tidak bisa berhenti gemetar. "Aku sekarang berdiri di bawah sinar matahari, kau tidak bisa melihatnya?"
Renee menyeret tubuhnya mundur dan melihat ke arah Mansion yang ada di belakangnya, tampak di jendela-jendela yang tertutup tirai itu telah terbuka dan para Pelayan yang berteriak padanya tadi berdiri di setiap jendela.
Renee merasakan keringat dingin mengalir semakin deras di tubuhnya, kaki dan tangannya menjadi dingin dan ia terengah-engah.
"Ayo kembali, masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan." Ivana mengulurkan tangannya pada Renee. "Bahkan jika kau menghabiskan siang dan malammu di sini, kau tidak akan bisa mencapai gerbang itu."
"Kenapa? Apa yang salah dengan Mansion ini? Bukannya aku waktu itu …."
Renee membulatkan matanya, seakan mendapatkan pencerahan tentang apa yang terjadi, ia terdiam.
Renee ingat dengan betul ketika pertama kali ia datan beberapa hari yang lalu, baik Ivana atau Pelayan yang lainnya, mereka hanya berdiri di halaman, tidak datang mendekat atau membuka gerbang.
Gerbang itu terbuka sendiri dan Hugo yang memimpinnya untuk berjalan masuk, lalu laki-laki itu berjalan menuju Ivana untuk berbicara, tidak lama ia keluar dengan selamat.
Bagaimana bisa …
"Benar sekali, Renee." Ivana tersenyum dan menarik tangan Renee agar wanita itu berdiri. "Masuk ke tempat ini mudah, tapi keluar dari tempat ini sangat sulit. Kau sekarang terjebak bersama kami."
Renee membeku, wajahnya pucat pasi dan kedua tangannya tidak bisa berhenti gemetar, matanya tanpa sadar bergulir ke salah satu jendela di lantai dasar, kamar Leo.
Renee bisa melihat kalau laki-laki itu tengah meminum teh dengan santai dan menatap balik dirinya dengan matanya yang hitam pekat.