Download App
1.35% Kisah Helena / Chapter 5: Flashback – Awal Mula pertemuan 1

Chapter 5: Flashback – Awal Mula pertemuan 1

Pagi hari disebuah balai kota, sudah banyak penduduk kota Aidon yang memadati tempat tersebut. Siapa yang menyangka kota kecil yang jauh dari pusat kota Aarez, akan kedatangan seorang tamu kehormatan. Ratu Revania sendiri yang akan datang berkunjung.

Dari pagi penduduk kota Aidon sudah sangat sibuk memadati jalan, berharap bisa mengambil gambar dari wajah cantik Ratu Revania yang tersohor. Para media dan pers juga sudah bersiap-siap, tidak akan melewatkan moment penting seperti ini.

Pintu balai kota yang tadinya tertutup, tiba-tiba terbuka. Seorang gadis berambut pirang, dengan pakaian kumuh baru saja dipaksa keluar oleh dua orang pria berbadan besar.

"Anda harusnya membayar mahal atas penemuan saya ini!" Teriak Helena, kedua kakinya melemparkan tendangan kearah pintu masuk. Dan kedua tangannya masih dipegang erat oleh pria yang berada disisi kanan dan kirinya.

"Uang itu seharusnya sudah cukup! Lagi pula penemuanmu masih sangat mentah! Aku harus menyempurnakan kembali mesin pembangkit listrik itu." Pria berbadan bungkuk dengan tubuh yang sedikit gempal, berada diambang pintu masuk. Kedua matanya yang lebar, dengan hidungnya yang runcing.

"Pantas kau dijuluki si-penyihir tua yang kejam!" Umpat Helena kesal dengan lantang. "Tuan Ron! KUMOHON!! Setidaknya beri sedikit tambahan." Lanjut Helena dan mulai memasang wajah memelasnya.

"Terima atau tidak? Terserah dengan kau gadis licik! Waktuku tidak banyak, sebentar lagi Ratu Revania akan datang!" Ucap Ron mendengus kesal.

***

Beberapa jam kemudian.

Mata biru itu menatap sinis pada pria tua yang memiliki tubuh bengkok, ada kesan tidak puas saat Revania menanyakan pertanyaan mudah, mengenai alat penemuan terbarunya. Mengenai pembangkit listrik dengan menggunakan kekuatan air, dan akan membantu pengairan pada ladang dan sawah untuk para petani di Negara Aarez.

Tubuh Ron yang sudah membungkuk pada dasarnya, semakin membungkuk. Karena dia semakin panik dan cemas, mengetahui sang Ratu tidak puas dengan jawabannya.

"Aku akan mengirim seseorang untuk mengecek kembali penemuanmu, dan pastikan kau sudah memiliki jawaban atas pertanyaanku." Ucap Revania tegas, kemudian berjalan melewati Ron dengan langkah wibawa.

Revania sudah masuk kedalam mobilnya, kilauan cahaya masih saja terlihat jelas. Para wartawan tampak kesal, karena sang Ratu keluar tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"Meghan, pastikan ada seseorang yang mengecek penemuannya." Ucap Revania memandang kearah sisi jendela, ketika mobil hitam panjang itu mulai berjalan perlahan.

"Baik, Yang Mulia Ratu." Jawab Meghan, yang merupakan asisten pribadi Ratu Aarez.

"Bagaimana bisa! Dia sudah membuat heboh pemberitaan dimana-mana, sampai terdengar hingga kerajaan... tapi ketika ada kendala pada mesin penemuannya sendiri? Kau lihat tadi! Bodoh sekali pria tua itu!" Umpan Ratu Revania kesal dan geram.

Dalam keadaan seperti itu, Meghan tidak akan berani untuk berkata apapun. Dia tahu persis karakter sang Ratu, yang sangat suka dengan hal yang detail dan sempurna.

"Dimana kita sekarang?" Tanya sang Ratu ketika melihat kerumunan pasar yang tidak jauh dari tempat mobil melaju.

"Ohh... tempat itu. Sebuah pasar kecil, tapi cukup ramai. Karena pasar itu satu-satunya, tempat aktifitas perekonomian di kota kecil ini." Jawab Meghan dengan pasti.

"Aku ingin kesana sebentar, dan melihat rakyatku dari dekat." Ucap Revania, seketika Meghan menatap tertegun dan heran dengan permintaan Revania yang sangat aneh.

***

Mau tidak mau Helena sudah menerima uang yang tidak pantas menurutnya, wajahnya masih saja ia tekuk dengan kesal. Tapi aroma roti yang mulai menyengat dengan pekat pada hidungnya. Membuat Helena melirik kearah penjual roti, seorang wanita baru saja meletakkan roti yang masih hangat, dan memajangnya pada sebuah etalase kaca.

"Nenek akan senang pastinya." Helena tersenyum lebar pada roti yang tampak lezat. "Aku bisa membeli sedikit, dan... Ah... masih bisa membeli obat untuk nenek." Ucap Helena sembari menghitung lembaran kertasnya.

Helena gadis periang, pekerja keras, dan muda. Seorang anak petani, yang hidup bersama dengan neneknya. Tanpa ada ayah dan ibu, yang sudah lama meninggalkannya saat ia masih sangat kecil. Gadis muda itu tidak bersekolah, ia hanya membantu nenek untuk bekerja disawah. Tidak lupa dengan bekerja di ladang jagung keluarga Weasley, yang masih menghasilkan dan dapat membantu keuangannya.

Helena sebenarnya gadis yang sangat pintar, sayangnya dia tidak terlau beruntung. Negara Aarez, adalah sebuah negara baru. Negara yang sudah lepas dan menyatakan mandiri dari Kerajaan Antarez. Negara Aarez mencoba untuk menjadi negara yang maju, sayang sekali Negara Aarez banyak mengorbankan rakyat kecilnya.

Salah satunya Helena, gadis itu hanya belajar dari apa yang ia lihat dan ia dengar. Sebuah telivisi usang yang ia temukan pada tempat pembuangan sampah, menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber pembelajarannya.

Listrik!

Satu kalimat tersebut merupakan masalah utama dari Negara Aarez, karena belum semua pelosok kota mendapatkan asupan listrik yang merata. Bahkan disaat dunia sudah sangat maju, masih banyak kota kecil dinegara Aarez, yang masih menggunakan lilin atau lampu buatan, untuk menerangi tempat tinggal mereka.

Memang hanya beberapa kota saja, tapi tetap saja kesenjangan sosial terjadi dan terlihat sangat jelas. Helena bahkan seringkali mengutuk sang Raja Aarez, yang berlaku tidak adil – menurutnya dan membatin didalam hati. Sisanya; puluhan kota lainnya, hidup dengan damai, makmur, dan sejahtera.

Celana hitam komprang, kemeja putih lusuh dan sebuah topi pet yang menutup semua rambut pirangnya. Begitulah penampilan Helena saat itu, jauh dari kesan sedeharna. Miskin, satu kata itu yang tepat menggambarkannya.

Bungkusan cokelat berisikan potongan roti yang lezat, sudah berada dalam dekapannya. Membayangkan wajah neneknya, yang akan sangat senang nanti. Tapi tidak lama pandangannya tertuju pada seorang wanita berambut pirang, wajahnya hampir tertutup dengan scarf merah, yang mengelilingi kepalanya.

Disamping wanita itu, seorang anak laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya. Terlihat sedang merapat pada wanita itu, sangat mencurigakan. Karena salah satu tangan anak laki-laki itu, mulai menyelinap masuk pada tas kecil yang berada disisi tubuh wanita tersebut.

"Jack? HEI JACK!" Teriak Helena tiba-tiba, karena ia mengenal temannya itu. Ia pun berlari kearah temannya tersebut, tanpa pikir panjang.

"SIAL!" Umpat Jack kesal, lalu tanpa membalas ataupun menunggu Helena mendekat. Pria itu segera membalikkan tubuhnya, dan berlari sekencang mungkin.

Sebenarnya bukan hanya Jack si penguntit yang terkejut, tapi wanita berambut pirang dan juga wanita disampingnya pun kaget. Mereka berdua sedang asik didepan sebuah toko kain, menyadari ada yang aneh dan mencurigakan. Segera saja ia memegangi tasnya dengan erat.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Meghan khawatir. "Ya... Aku baik-baik saja." Jawab Revania, dan pandangannya mengarah pada Helena yang sedang berlari kearah mereka berdua.

"Sial! Dia kabur! Apa anda baik-baik saja, Nyonya? Aku harap anak laki-laki itu tidak mengambil barang berharga apapun dari tas anda." Ucap Helena memegangi kedua lututnya, dengan napas tersengal.

"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Revania, dan ia sedang memperhatikan wajah Helena dengan seksama. Tertarik dengan mata biru Helena, yang sama dengan matanya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login