Setelah mereka mengobrol untuk beberapa waktu, tiba-tiba saja ponsel Daniel bergetar dan lelaki itu pun segera membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
Rupanya, Aaron lah yang baru saja mengirimkan pesan singkat padanya.
"Kau tunggu disini dulu ya, sebentar saja, kok!" Daniel berkata sambil beranjak pergi, seolah takut jika Velina menghilang dari sudut pandangannya, maka gadis itu akan benar-benar menghilang dari hadapannya.
"Tentu, take your time," Velina menjawab ringan sambil menyeruput tehnya yang sudah tidak terasa panas.
Merasa penasaran dengan ruang peristirahatan Daniel yang sepenuhnya terlihat seperti sebuah apartemen yang mungil, Velina bangkit berdiri untuk melihat-lihat interior ruangan itu yang baginya terlihat kelam, minimalis, namun juga nyaman untuk ditinggali.
Nah loh... Kenapa Velina menangis ketika dia melihat figura foto itu yaaaa?
Cie cie cie... Babang Daniel bisaan aja nih, menjebak Velina dalam jeratan tali cintanya...
Uhuy!!!
Eike juga mau dong cyiiin ketemu cowo macam babang Daniel ini
(●´∀`●)
Jangan lupa voting novel ini ya teman2! Semakin banyak, semakin baik!!!
Love you,
( ˘ ³˘)❤