Jantung Daniel berdebar dengan sangat keras melihat gadis pujaannya. Ia seketika merasa sangat gembira. Sebuah senyuman semakin berkembang di wajahnya.
"Nana" panggilnya, sambil tersenyum. "Apa kabar?" Tanyanya.
"Hai Daniel! Aku tak menyangka kita bisa ketemu disini!" sapanya sambil balik tersenyum pada lelaki itu.
"Iya, aku juga tak tahu kalau kamu mau kesini" sahutnya lagi, sambil tak henti-hentinya tersenyum.
"So… Nana! What's up?" Tanya Mickey, sambil berdiri dari kursinya.
Ia berjalan mendekati Velina, dan mereka melakukan salam jari, satu tangan diatas lalu di bawah, bertepuk tangan, dan kemudian menarik tangan mereka bergaya seperti seorang rapper.
Velina tertawa, "rupanya kamu masih ingat!"
Mickey hanya mengangkat kedua bahunya, lalu menepuk-nepuk bahunya seolah menepis debu, bergaya 'swag'.
Sementara itu, Daniel tak henti-hentinya memandangi gadis itu.
"Kalian masih sibuk?" Tanya Velina langsung.
"Tidak juga, kami hanya mengobrol, kok!" Jawab Mickey sambil memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya.
"Apa kamu ada perlu dengan Mickey?" Daniel berharap jawabannya adalah 'tidak', namun, kedatangan Velina kesini pasti memang mencari Mickey, bukan dirinya.
Velina mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tentu saja, jawabannya itu membuat hatinya berdarah.
"Baiklah, aku akan menunggu di luar!" Jawabnya, sambil menyembunyikan kekecewaannya.
"Thank you bro!" Jawab Mickey sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.
Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Velina.
"So?" Tanyanya, to the point.
Velina mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Itu merupakan sebuah kotak kecil. Dia lalu meletakkannya di atas meja, dan mendorongnya ke arah Mickey.
Mickey segera membuka kotak itu. Masih ada bau terbakar yang tersisa disana.
Isi di dalam kotak itu adalah sebuah chip silinder yang panjangnya setengah ukuran jari kelingking orang dewasa dan tipis.
"Aku tidak tahu. Aku menemukannya di dalam tubuh seseorang yang berniat untuk mencelakai keluarga kami" Velina berhenti sejenak sambil menatap Mickey dalam-dalam.
"Yang jelas, ini bukan buatan kami. Aku tidak tahu apakah ini buatan salah satu kompetitor kami di Vanesia atau dari luar negeri" Lanjutnya lagi.
"Apa Marino mengetahui hal ini?" Tanya Mickey, sambil mengambil benda itu, dengan sumpit yang selalu ia simpan di laci mejanya.
Ia lalu mengendus-endus chip itu dan menelitinya dengan mata telanjang.
Velina menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kamu tidak memberitahunya?" Tanya Mickey lagi.
Menurutnya, hal ini tidak masuk akal. Marino adalah anak laki-laki tertua keluarga Marcello. Bukankah ia seharusnya yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarga besarnya?.
"Well, ada hal lain yang harus ia kerjakan. Lagipula, aku menyukai pekerjaanku," Jawab Velina sambil tersenyum.
"Apa menurutmu kamu bisa membantuku?" Tanyanya, sambil melipat kedua tanganya di depan dada.
"Well, lets see…" Ia masih mengamati chip itu dengan seksama.
"Chip itu tiba-tiba terbakar ketika kami tengah menelitinya. Aku yakin itu bukan konslet. Tapi seseorang mengendalikannya dari jauh."
"Uh, itu ngeri sekali!" Mickey tiba-tiba membayangkan bila chip itu meledak ketika sedang berada di dalam tubuh seseorang.
Bisa dibayangkan, jika chip-chip itu ditanamkan dalam tubuh seseorang, maka orang itu harus melakukan apapun yang diperintahkan agar dirinya tidak diledakkan.
khususnya jika chip tersebut ditanamkan pada para pasukan, agar mereka mudah dilacak dan dikendalikan seperti pasukan boneka.
"Orang itu merupakan seorang polisi elit. Aku rasa ia hanyalah umpan. Ia bunuh diri tak lama setelah dirinya ditangkap. Lalu aku menemukan ini. Sepertinya seseorang diluar sana bukannya mencoba untuk melukai kami, namun ia ingin kami mengetahui keberadaannya." Velina menganalisa situasinya.
"Hmm… Orang ini jelas-jelas tahu keluarga Marcello sangat kuat, namun ia tanpa takut mengancam kalian seperti ini…" Mickey mengerutkan keningnya, sambil mengelus-elus dagunya setelah meletakkan chip itu kembali ke dalam kotaknya.
Dari luar, Mickey memang terlihat seperti seorang lelaki yang sangat ramah dan ceplas-ceplos. Bisa dibilang ia sangat cerewet bila dibandingkan dengan Marino ataupun Daniel.
Namun, dibalik penampilan dan kelakuannya yang sering kekanak-kanakan, ia adalah seorang lelaki jenius.
Bersama dengan Marino, mereka berdua membangun My Tech, sebuah perusahaan start up di bidang permainan digital. Hanya dalam satu tahun, perusahaan mereka telah menjadi salah satu perusahaan unicorn digital terbesar di Vanesia.
Mereka membangun beberapa jenis permainan strategis, tetapi, yang tak diketahui publik adalah, mereka juga menciptakan dan menjual permainan digital yang diciptakan khusus untuk militer.
"Na, kamu mau mencoba mainan baruku?" Tanya Mickey, sambil menyodorkan sebuah kacamata transparan padanya.
Bagian belakangnya menyatu dengan sebuah karet elastis. Kacamata itu tampak ringan, namun kacanya terbuat dari bahan khusus anti peluru.
Velina menerima kacamata itu.
"Kenapa kamu tidak membuat versi lensa kontak? Bukannya itu lebih nyaman?" Tanya Velina.
"Aku sudah membuatnya, namun, lebih berisiko. Belum lagi jika penggunanya bermata minus atau silinder, sungguh merepotkan membuat lensa kontak"
"Hmm… Masuk akal juga!" Sahut Velina sambil memakai kacamata itu.
"Eh! Pakai ini juga!" Mickey menyerahkan empat buah gelang.
Masing-masing gelang akan dikenakan di kedua tangan dan kaki.
Fungsi gelang-gelang itu adalah untuk membaca gerakan si pemakai agar mendapatkan pengalaman permainan yang maksimal.
"Tentu! Ayo! Kita main! Ajak Daniel juga ya!" Dia segera mengenakan gelang-gelang itu, dan menyalakan kacamatanya.
Seketika, di hadapannya, muncul beberapa gambar digital. Seolah-olah dia berada di sebuah dunia baru.
"Waaah! Ini sih keren banget!" Dia benar-benar terpesona oleh dunia digital di hadapannya.
Bab terbaru untuk minggu ini!
Spesial shout out untuk @Ode_Ray ! terima kasih untuk dukungannya!
Happy reading semuanya! jangan lupa kasih komentar, batu kuasa (power stone) dan review ya!
semakin banyak review positif, semakin banyak juga bab yang akan dikeluarkan tiap minggunya!
Happy happy
(☆^ー^☆)