"Hutang cerita" Yuri semakin mendekat dengan wajah Nana seraya melanjutkan perkataanya, "sekarang katakan padaku dengan jujur, apa yang kamu dan Lion lakukan di Jerman? dan kenapa harus berangkat mendadak?"
Nana terdiam, dia teringat kalau Lion merahasiakan tentang tujuannya ke Jerman, Nana juga berfikir kalau Lion sudah melakukan hal yang benar.
"Mmmmm rahasia hahah haha.. " jawab Nana sambil tertawa
Yuri cemberut dan merasa jengkel dengan jawaban Nana. "Ihhh my Nana, kenapa kamu gitu sekarang sama aku, atau jangan-jangan kamu dan Lion sudah.. "
"Ihhhh apaan sih, jangan mikir macam-macam ya, sekali lagi aku tegaskan kalau aku dan Lion tidak ada hubungan"Jelas Nana.
"Kemarin sebelum vidio dan foto di hapus, aku melihat dengan jelas wajah wanita yang Lion perkenalkan sebagai calon istri, itu apa maksudnya jika kalian tidak ada hubungan?" tanya Yuri menyelidiki.
"Ahhh.. itu tidak ada arti apa-apa, Lion hanya mencoba menolongku" jawab Nana seraya menggaruk-garuk lehernya.
Yuri berusaha mempercayai apa yang Nana katakan, setelah itu dia menatap Nana penuh arti.
"My Nana sebenarnya aku senang kamu bisa bersama Lion, tapi aku khawatir jika kakek Kim tau atau mungkin sudah tau, dia akan menentang keras hubungan kalian, karena aku pernah mendengar kalau dia sudah menyiapkan calon buat Lion, aku khawatir kakek Kim bisa saja melukaimu karena dia terkenal otoriter dan kejam" Jelas Yuri.
Mendengar penjelasan itu, ekspresi Nana berubah rumit, dia tidak menyangka kalau penghalang antara dia dan Lion tidak hanya keyakinan dan status sosial saja, tapi ternyata ada yang lebih buruk dari itu.
"Sudahlah Yuri jangan di fikirkan, anggap saja ucapan Lion yang kemarin hanya angin lalu, yang jelas aku dan Lion tidak akan pernah mungkin ada hubungan selain hanya sebatas teman" sahut Nana dengan nada sedih.
"Baiklah, aku anggap itu hanya angin lalu, oh iya sekarang ayo kita keluar semuanya sudah menunggu di meja makan !" Ajak Yuri. Setelah itu dia menarik Nana dari tempat tidur dan langsung keluar tanpa memperdulikan penampilan Nana yang acak-acakan sehabis bangun tidur.
Ketika sampai di ruang makan, Nana terkejut melihat Lion duduk di sebelah Zera.
"Ya ampun..kenapa dia ada di sana ?" batin Nana sambil menutup wajahnya.
"Kak Nana ayo duduk di dekat Zera! " mendengar panggilan Zera Nana menurunkan tangannya seraya merapikan baju dan rambutnya.
"Khem... "
Yuri merasa geli melihat Nana yang salah tingkah, dia tersenyum sambil bergegas ke kursinya, Yuri duduk tepat di samping Ny Tresia.
"Kak Nana, Ayo makan nanti Zera habisin loh he hee.. " Suara celoteh Zera memecah kediaman Nana yang masih berdiri menatap Lion yang terlihat menikmati makanannya tanpa melihat Nana.
"Iya hee" Jawab Nana sambil duduk di dekat Zera.
Zera adalah adik Lion yang menurut Nana paling mirip dengan Ny Tresia, karena sedari makan tadi, Zera yang paling banyak bicara dengan Ny Tresia.
Zera itu lucu dan juga senang bercanda, selain itu dia sangat supel, tidak seperti Qiano adiknya yang lebih mirip dengan Lion, alhasil, sepanjang makan malam ini, Zera dan Ny Tresia yang paling banyak mengisi kekosongan.
Sementara Nana dan Lion hanya akan bicara atau menimpali beberapa dari pertanyaan yang di lontarkan pada mereka.
Sedari tadi Nana merasakan hawa tidak nyaman, bukan karena Zera atau Ny Tresia, tapi tatapan Lion yang sesekali mencuri pandang padanya, Nana jadi berfikir apakah Lion benar-benar anak Ny Tresia dan tuan Kim? secara Lion tidak mirip dengan salah satu dari mereka.
Setelah makan malam itu Nana kembali ke kamarnya dan tidak memperdulikan Lion lagi, namun gara-gara Lion malam ini dia kesulitan tidur, bahkan rasa kantuknya mulai hilang.
Nana meraih gelas yang ada di atas meja sebelah tempat tidurnya.
"Yaaa kosong, padahal tadi masih banyak, mungkin efek tidak bisa tidur jadi air di gelas habis saja aku tidak sadar." batin Nana.
Nana paling malas sebenarnya kalau sudah naik kasur harus turun lagi, tapi dia tidak punya pilihan karena terlanjur haus. Tenggorokannya kering minta diisi. Akhirnya dengan setengah hati, Nana menuruni kasurnya dan beranjak menuju dapur.
Ketika akan ke dapur Nana merasa kesal karena lampu dapur di matikan.
"Ya ampun lampu di matikan, tapi sudah terlanjur di dapur, ya sudahlah aku lanjut aja lagi pula tidak terlalu gelap" Gumam Nana sambil melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Nana memutuskan untuk terus melangkah, dengan mengandalkan cahaya bulan yang menerobos masuk. Selesai menuang air, Nana meminumnya dengan cepat. Lalu kembali mengisi air ke dalam gelas dan membawanya pergi dari dapur, dalam perjalanan kembali ke kamarnya dia tidak sengaja menubruk sesuatu di depannya.
Nana mendongak, berusaha melihat apa yang dia tubruk itu. Nana jadi menyesal punya tubuh yang mungil dan pendek. Apa-apa harus mendongak dulu baru jelas.
Jantung Nana berpacu cepat saat menyadari siapa yang dia tubruk tadi.
"Lion !" Nana tercengang.
Mata Lion menyipit tajam menatap Nana. Dan manik hitamnya terlihat berkilau saat terkena sedikit pantulan cahaya bulan yang pas menyinari maniknya, kedua tangan Lion di masukkan ke saku mantel hitam yang dia gunakan.
Nana menelan ludah dalam-dalam, bahkan gelas yang dia pegang saja bergetar karena saking gemetarnya.
Sesaat kemudian Nana berdehem agak keras supaya Lion tidak memarahinya.
"Khemm.. Lion, apa yang kamu lakukan di sini? " akhirnya suara Nana bisa keluar dengan lancar walau agak serak karena ketakutan.