Download App
98.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 148: Terpana

Chapter 148: Terpana

Ara sudah di perbolehkan pulang, tentunya masih di pantau terus keadaannya, Dokter pribadi keluarga Herlambang, Dokter Dav, selalu siap 24 jam jika di butuhkan.

"Sudah lebih nyaman tinggal di rumah?" Ara mengedarkan pandangannya dan tersenyum ketika kamarnya sudah berganti suasana, Ara memeluk Natan bahkan mengecup bibirnya,

"Sangat nyaman yank, terimakasih." Natan tersenyum melihat kebahagiaan di mata Ara menjadi kebanggaan tersendiri bagi Natan.

"Perutnya masih sakit?" Natan masih merasa cemas karena Ara sering kedapatan seperti menahan sakit." pipi Ara merona mendapatkan perhatian yang lebih dari Natan.

"Kadang yank," Natan mengecup kening Ara,

"Bergeraklah sesuai anjuran dokter, jangan berlebihan!" Natan mengingatkan, Ara mengangguk, "Sekarang istirahat! dua jam kedepan, karyawan kantor ada yang mau datang."

Natan membenarkan posisi tidur Ara dan menyelimutinya. Walaupun banyak yang membantu dan menjaga Baby Rey namun, ketika malam hari, dua jam sekali Ara tetap harus bangun walaupun sedang tertidur lelap untuk memberikan Asi, jadi di siang hari Natan selalu mengingatkan Ara untuk tidur siang.

"Kak A...." Mulut Lexa segera di bungkam Natan, ketika Lexa berteriak di depan pintu, Natan menempelkan jari telunjuk di bibirnya,

"Kakakmu baru saja istirahat, satu atau dua jam lagi baru bangun." Lexa sedikit kecewa tapi dia mengerti,

"Aku baru pulang study tour kak, kangen sama kak Ara," rengeknya.

"Sabar..." Jawab Natan lalu dengan pelan menutup pintu kamarnya, " baby Rey juga bobo?" Lexa masih penasaran karena hanya di kirim foto dan vidio saja sama Mama Raya.

"Iyah, makanya nanti yah." Natan menatap Lexa masih lengkap menggendong tas yang lumayan besar, "Kamu langsung kesini dengan pakaian seperti itu dan tas di punggungmu?"

Lexa nyengir, "Saking kangennya sama kak Ara, aku lupa taruh ini tas." Natan mengacak rambut Lexa,

"Cepat mandi!" perintah Natan,

"Siap kakak tampanku..." Lexa bergegas kekamarnya untuk membersihkan diri.

Andien melihat Natan yang kelelahan duduk di sofa membuatkaan coklat panas dan meletakannya di meja, "Diminum Nat!" Natan menoleh kearah Andien."Eh mami, makasih mam." Natan meraih cangkirnya lalu meminumnya.

"Kamu tidak istirahat? istirahatlah!" Mami Andien tidak tega melihatnya, "Sebentar lagi dari kantor mau berkunjung mam," Mami Andien menggelengkan kepalanya.

Dari dalam kamar terdengar baby Rey nangis, Natan tersenyum dan bangkit dari sofa setengah berlari menuju kamarnya, Natan mendekat dan mengecek semuanya, Natan tertawa dan sekaligus menggaruk kepalanya,

"Sayang papa pup ya?" Natan celingukan mencari peralatan yang sekiranya di perlukan untuk membersihkan dan mengganti popoknya dan akhirnya menyerah, Natan membawa baby Rey kehadapan maminya.

"Mam Rey pup tapi, Natan tidak tahu bagaimana membersihkannya." Mami Andien tersenyum dan mengambil peralatan yang di perlukan,

"Lihat peralatan yang mami siapkan! nanti kalau Ara atau yang lainnya tidak bisa menangani, kamu sebagai papanya yang harus menanganinya." Natan mengangguk lalu dengan teliti melihat apa yang di lakukan Mami Andien.

"Selesai..." Baby Rey tampak diam karena sudah nyaman kembali. "Nat rambut pirangmu menurun ke Rey dan matanya juga indah coklat, kulitnya putih seputih susu, terus hidungnya perpaduan kalian jadi sangat mancung, mami yakin di masa depan dia akan menjadi pria paling tampan." Natan tersenyum bahagia,

"Dia akan lebih susah lagi mam..." Andien menoleh kearah Natan, "Maksudmu?" Andien mengerutkan keningnya.

"Susah menghindar dari perempuan pengganggu..." Nadin tertawa, "Ya sepertimu... untung saja kamu bukan play boy." Jawabnya.

"Cuma Ara di hatiku mam, yang pertama juga terakhir." Natan meyakinkan mami Andien.

"Mami percaya padamu..." Mami Andien menjawab sambil menimang- nimang cucu pertamanya.

"Sebaiknya kamu mandi dan bangunin Ara juga, agar bersiap- siap." perintah Mami Andien. "Baik mam." Natan tidak membantah dan segera membersihkan diri, lalu membangunkan Ara dan membantunya mandi.

"Aku sudah bisa melakukannya sendiri Nat," Ara cemberut karena Natan memperlakukannya seperti baby.

"Kalau jahitan bekas operasinya sudah pulih baru aku ijinkan kamu mandi sendiri, kemarin juga kamu mampir saja menggosok bekas jahitanmu,"

Ara menundukan kepalanya kerena dia memang ceroboh. "Jadi menurutlah tanpa harus protes," suara Natan meninggi sangat menakutkan.

Natan melihat Ara yang tampak sedih menghentikan aktivitas nya yang sedang mengelap tubuh Ara lalu mencium bibirnya sekilas.

"Aku sangat mencintaimu, sangat... aku akan merasa bersalah kalau kamu terluka." Ara menatap dalam wajah Natan lalu memeluk Natan, "Aku tahu..." Jawabnya.

Ara memakai baju lalu Natan mengeringkan rambut Ara, Ara memoles wajahnya lalu keluar dari kamar ke ruang keluarga di papah Natan, "Masih sakit yank?" Natan bertanya karena Ara sebentar- sebentar berhenti menarik nafas, terlihat menahan sakit. Natan dengan perlahan mengangkat Ara,

"Yank, aku harus belajar bergerak, turunkan!" Ara memukul bahu Natan, "Tadi sudah yank, jangan bergerak nanti kita jatuh," Ara berakhir diam dan mengalungkan tangannya di leher Natan.

Ara di turunkan di sofa bed, "Luruskan kakinya yank!" Perintah Natan, Ara patuh.

"Good." Natan tersenyum, lalu pergi kedapur mengambil makan untuk Ara, "Makan dulu yank." Ara mengangguk menerima piring dari Natan lalu memakannya.

Sementara Mami Andien menaruh baby Rey di tempat tidur baby.

"Kak Ara..." Lexa muncul dari belakang, karena dia masuk lewat dapur, Lexa memeluk Ara dan mencium pipinya, "kak, terimakasih sudah melahirkan baby yang tampan..." Lexa tersenyum ceria, lalu menatap Rey yang mata coklatnya membulat, "Akh sempurna," Gumamnya.

"Hallo Aunty..." Ledek Natan, mata Lexa melotot ke arah Natan, "Aish kakak, iya kan Rey?" Lexa menatap Rey. "Kan memang Aunty." Ledek Natan lagi.

"Aku masih SMA kak, jangan Aunty dong, serasa tua banget." Raya yang mendengar juga yang lainnya tertawa.

Dari luar bell berbunyi Lexa segera membuka pintunya, "Silahkan masuk!" sejenak mata Lexa terpana menatap salah satu tamu Natan. Natan muncul dan semuanya memberi hormat, "Selamat pak Natan, atas kelahiran putranya," Natan tersenyum, "Terimakasih, Baby - nya ada di ruang keluarga, masuk saja."

Semuanya mengikuti langkah Natan dan tepana melihat putra atasannya, "Ya Tuhan tampannya," Seru Neni, matanya meleleh melihat baby setampan Rey.

"Bu Ara, bagaimana keadaannya?" Neni masih merasa bersalah karena waktu kejadian handphonenya terjatuh dan mati total karena tergilas motor juga.

"Baik Nen," Ara tersenyum, "Maaf waktu itu bu, saya..." Neni menatap Ara, "Saya sudah tau dari Robi." Neni menganggukan kepalanya,

Semua berakhir ngobrol dan tertawa,

"Trio ini hasil ngidam gado- gado bikinanmu, Apa ada yang mirip denganmu?" Tiba- tiba Natan bertanya kepada Trio yang ada di sampingnya, semua yang ada di ruangan tiba - tiba hening dan menatap Trio, Trio yang di pandang orang dari seluruh ruangan, mukanya memerah...

"Akh bapak bercanda ya, saya kan tidak membantu dalam proses pembuatan cuma membantu membuatkan makanannya." Dengan polosnya Trio menjawab dan yang lain tidak tahan untuk tidak tertawa termasuk Natan,

"Tunggu- tunggu..." Lexa yang tadi diam memandang Trio dan Rey dan berseru, "Ada yang mirip kak, lesung pipinya..." semuanya menatap Trio dan Rey secara bergantian dan menganggukan kepalanya tanda setuju, Trio merasa tidak enak mendengar pendapat Lexa.

Natan menatap Ara, Ara yang di tatap menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lihat mama kamu! kamu lupa mama juga punya lesung pipi." Jawab Ara santai. Natan nyengir mendapat jawaban dari Ara,

"Tapi mirip dia juga tidak apa- apa kak Ara, tampan juga..." Natan dan Ara melotot,

"Lexa..." Lexa segera menutup mulutnya dan tersenyum menatap Trio. Natan segera menutup mata Lexa yang mencuri- curi pandang ke arah Trio.

"Jaga matamu!" Lexa menatap Natan kesal.

"Pemandangannya indah kakak," dengan berani mengulurkan tangan kearah Trio, dengan senyum termanisnya. "Alexa..." Trio menatap Lexa terlihat gugup, lalu menyambut tangan Lexa "Trio Sadewa."

"Akh nama yang indah." Jawab Lexa.

"Ehem... ehem... Lexa...." Natan menatap Lexa tajam, tapi yang di tatap cuek, "Aku hanya melestarikan apa yang kak Natan lakukan dulu..." Jawabnya ringan, "Maksudmu?" Natan mengerutkan keningnya,

"Aku enam belas tahun sekarang, umur kakak waktu seumuranku ngapain?" Lexa balik nanya,"Pede kate sama Ara..." Jawab Natan polos,

"Tuh kakak ingat, aku juga sama..." Natan hampir tersendak teh yang diminumnya, begitupun dengan Trio wajah putih tampannya berubah merah, "Kamu naksir Trio?" tanya Natan,

"Rahasia..." Lexa berdiri dan pergi meninggalkan Natan dan tamu yang lainnya.

Suasana tampak canggung setelah kepergian Lexa, hingga akhirnya mereka pamit pulang.

****************

Selamat pagi...

Semoga senang dengan Up barunya

*sedikit cerita beberapa bulan lalu sempat mau di kunci tapi, tulisan saya masih berantakan jadi belum berani untuk menguncinya.

maaf sampai saat ini belum bisa bersih dari typo,

tetap kasih PS, bintang, ulasan dan chapter comments nya juga di tunggu!

yang sudah ngasih, terimakasih banyak😘😘

SElAMAT MEMBACA 😉


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C148
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login