Download App
80.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 121: Iri

Chapter 121: Iri

Mami Andien membuka makanan yang di bawanya,

"Mami buat sup Ayam, kamu harus mencobanya." Ara mengangguk dan memakannya bersama Natan.

Setelah Dokter memeriksa keadaan Ara mereka mencabut selang infus dan memperbolehkan pulang.

Ara di gandeng Natan masuk ke mobilnya dan mobil melaju mengikuti mobil Anggara,

"Nat ini jalan pulang kerumah mama Raya." Natan juga mengerutkan keningnya dan mobil berbelok ke rumah persis di samping rumah Raya.

"Mam, sejak kapan mami punya rumah di sini?"

"Satu minggu yang lalu, Kakakmu yang membelinya."

"..." Ara menatap Natan dan tersenyum merasa lucu.

"Ayo masuk!" Ara dan Natan masuk, Ara terpaku melihat semua, perpaduan tiga warna navi, biru dan putih tapi pencampuran dan letaknya pas,

"Ini rumah kalian, hadiah pernikahan kalian."

"Ini berlebihan Mam, kita sudah punya Apartemen itupun jarang di tinggali."

"Kalau kalian sudah punya keturunan, tidak baik tinggal di Apartemen." Natan meremas tangan Ara, memberikan kode agar tidak membuat mami Ara kecewa.

"Baiklah mam, terimakasih..." Akhirnya itu yang keluar dari mulut Ara. Raut wajah Mami Andien berseri, lalu mengantar Ara kekamarnya. Kamar yang di desain indah tembus ke taman dan kolam renang, di pinggir kolam juga di buat tempat tidur yang ditutupi kain putih tapi tembus pandang hampir mirip kelambu.

"Mam kamarnya sangat indah."

"Tentu saja untuk princess Mami." Mami Andien memeluk Ara.

"Kalian istirahat dulu, nanti waktu makan siang Mami panggil." Mami Andien mengecup kening Ara dan meninggalkannya, Ara dan Natan saling pandang dan merapatkan tubuhnya satu sama lain dan seterusnya saling memuaskan satu sama lain lalu tertidur karena kelelahan.

***

"Bu Susi, Mami sama kak Gara kemana sudah 2 hari tidak pulang? aku kesepian." Norien duduk tidak tenang, tidak biasanya dia diabaikan oleh kedua orang itu, membuatnya kesal.

"Ada kepentingan di luar mba, Sepertinya pulang besok."

"Kalau papih?"

"Ada urusan juga." Norien mengerutkan Alisnya.

Karena bosan Norien mengambil tas terus pergi ke Mall di temani 1 pengawal.

Norien berjalan - jalan tanpa tujuan. Sa'at berjalan Norien tidak sengaja melihat Ara dan Anggara sekilas terlihat mesra, dan kagetnya lagi mami Andien juga ada di situ, terpancar rasa cinta di matanya dan baru kali ini Norien melihatnya, mereka sedang memilih sepatu dan Anggara berjongkok mengenakannya tanpa ragu, mama Andien sebentar- sebentar memeluk Ara. setelah membeli sepatu mereka ke tempat makan dan lagi- lagi baik Anggara maupun Mama Andien sesekali menyuapi Ara, ada rasa iri di hatinya, air matanya tak terasa jatuh perlahan dadanya sesak dan tubuhnya lemas, segera pengawalnya membawanya pulang.

"Kak sebelum pulang, boleh aku kerumah kakak, semuanya aku beli 2 jadi aku serahkan sebagian untuk Norien." Anggara mengangguk.

"Kapanmun tanpa harus meminta izin kamu boleh kerumah kakak." Ara tersenyum bahagia dan memeluk Anggara.

"Makasih kak." Anggara mencium kening Ara, di pojokan meja Ayu dan beberapa temanya terkejut mendapati Ara bersama Anggara Dosennya.

"Aku semakin yakin mereka ada hubungan Special." kata Ayu,

"Beruntungnya Ara... Aku patah hati," Mika melihat iri kearah Ara.

"Kamu tuh banyak kurangnya Ka... sedang Ara mempesona," celetuk teman laki- lakinya yang duduk tak jauh dari Mika.

"Akh... kamu membuatku kalah sebelum bertanding." Semuanya tertawa,

terlihat Ara sudah selesai makannya bahkan Anggara mengelap bibir Ara dengan lembut membuat teman- teman Ara yang jomblo terutama sahabatnya mau pingsan melihatnya. Anggara membawa barang bawaan lumayan banyak sedang Ara bergandengan tangan dengan mama Andien.

"Ya Tuhan barang - barang sebanyak itu, Pak Anggara juga rela membawanya sosweet banget." Mika menatapnya ingin.

"Jika Ara menyuruhku, aku juga tidak akan menolaknya." jawab teman laki -lakinya lagi.

"..." Ara di mata semua orang memang mempesona dan istimewa.

Sementara Anggara memasukan barang belanjaan Ara kebagasi dan pulang menuju rumahnya, sesampai rumah Anggara melihat Ara tampak lelah.

"Aku bawa Ara kekamarku ya Mam," Mami Andien mengangguk.

Bu Susi yang menyaksikan itu terkejut karena ada wanita yang di perbolehkan istirahat di kamar Anggara, bahkan Norien saja Anggara tidak mengizinkannya.

"Wanita istimewa." gumam Bu Susi.

Anggara menggandeng Ara masuk kekamarnya, kamar yang sangat rapih seperti kamar Natan dulu waktu pertama Ara memasukinya.

"Ma'af membuatmu lelah." Ara mengusap pipi Anggara,

"Tidak Apa- apa kak, Aku senang bersama kalian, mungkin ini efek aku bolak balik ke Rumah Sakit saja." Anggara memeluknya,

Saat itu Bu Susi datang dan menundukan kepalanya, membawa Ara teh hangat.

"Makasih Bu, mulai saat ini posisinya Ara sama dengan Norien ya Bu, kapanpun Ara ke sini perlakuan dengan baik!"

"Kakak, jangan berlebihan." Ara tersenyum manja,

"Kakak tidak berlebihan." Anggara meremas tangan Ara. Bu Susi pamit dan mengulum senyum, ini interaksi paling indah selama dia bekerja bersama Anggara.

bip...bip... bip... Handphone Ara bunyi, Ara tersenyum menatap layar Handphonenya,

"Sayank kangen... pekerjaanku banyak." Suara dari sebrang begitu manja di telinga Ara.

"Aku kesitu ya, tunggu aku bye..." Ara menutup telponnya. Lalu menatap Anggara.

"Kak, Ara mau kekantor Natan. Dia butuh Ara." Anggara mengangguk.

"Kalau begitu, pamit sama Mami!"

"Oke kak." Ara berjalan menemui Mami Andien yang kebetulan baru menyelesaikan masak di dapur.

"Mam Ara pulang." Mama Andien nampak kurang setuju.

"Mami lupa ada yang terabaikan?" Mami Andien tau yang di maksud Ara,

"Baiklah, Mami masukin kotak makan kalau gitu," Mami Andien memasukan makanan ke dalam kotak makan,

"Selesai, salam buat Natan." Ara mengangguk.

"Gara... Antar Ara pulang!" Anggara langsung muncul di antara keduanya.

"Oh iya barang Norien aku kasih dulu padanya." Anggara menuju bagasi dan tidak lama membawa barang belanjaan yang di minta Ara, Ara segera mengetuk kamar Norien,

"Bolehkah aku masuk..." Suara lembut Ara siapapun tidak bisa menolaknya termasuk Norien yang tadinya sedang kesal,

"Masuk aja kak..." Ara mendorong pintu dan tersenyum kepada Norien, melihat muka Norien agak pucat, wajah Ara menjadi berubah cemas dan segera mendekat.

"Apa ada yang sakit? katakan!" Norien sedikit terkejut mendapat perlakuan Ara dan menggeleng.

"Ingat kalau ada yang sakit cepat katakan pada kakakmu," Norien mengangguk.

"Ini aku bawakan baju, tas, sandal dan sepatu juga lainnya untukmu aku beli 2 semua jadi kita kembaran, kakakmu tau ukuran sepatu dan bajumu jadi pasti pas." Mendengar itu hati Norien senang bukan main, menyesal telah memikirkan hal yang tidak- tidak pada Anggara, Mami dan Ara.

"Makasih kak." Norien terlihat bahagia,

"Sama- sama, aku pamit pulang. pinjam kakakmu lagi ya untuk mengantarku." Norien tersenyum dan mengangguk.

"Hati- hati kak." Ara melambaikan tanganmu dan menutup kembali pintu kamar Norien, sedang Norien sibuk melihat barang belanjaan yang di berikan Ara dan semuanya pas selera dia.

Ara duduk di samping Anggara, Anggara mengemudikan mobil menuju kantor Natan.

"Kamu sama Natan kenal di mana?." Anggara membuka pembicaraannya karena ingin tahu lebih jauh tentang Ara bahkan segalanya.

"Sejak SMA kak, Natan teman sekelas Ara."

"Kalian akrab?" Ara menggelengkan kepalanya.

"Dia sering minta bantuanku untuk tukar tempat duduk saat jam pelajaran tertentu karena gurunya selalu menggoda Natan, terus aku bekerja di Restoran Natan tanpa aku tahu itu Restaurannya dia selalu menyembunyikan jati dirinya agar aku nyaman dengannya dan dulu aku juga pernah menolong sahabatku untuk membersihkan Apartemen dan ternyata itu Apartemen Natan, dan yang membuat kami semakin dekat itu karena dia makan ikan lele dan masuk Rumah Sakit."

"Berarti dia tulus mencintaimu,"

"Iya kak, Natan memang tulus, keluarganya juga baik."

"Sudah sampai..." Anggara membawakan tas belanjaan Ara sementara Ara membawa kotak makannya, di sepanjang jalan menuju ruangan Natan semua mata tertuju padanya, karena karyawan Natan baru pertama kali melihat Ara dengan pria asing dan tampan.

Ara mengetuk pintu ruangan lalu mendorongnya, di dalam terlihat Lilian dan Aris, Ara hanya tersenyum kepada mereka.

"Nat, aku kembaliin Ara." Anggara mengedipkan matanya lalu tersenyum dan memberikan tas belanjaan ke tangan Ara,

"Kakak pergi dulu ya." Suaranya lembut kepada Ara dan mengacak - ngacak rambut Ara lalu pergi melambaikan tangannya kepada Natan. Natan cemberut menatap Ara tidak senang, Ara tersenyum mendekat dan mencium pipi Natan lalu masuk keruang Istirahat Natan.

"Sainganmu berat Nat, ganteng, maskulin, kalau tidur dengannya pasti... akh..." Wajah Lilian memerah.

Plak.... buku tulis melayang ke muka Lilian, membuat lamunan mesumnya hilang, dan melotot kearah Natan yang mukanya makin suram.

"Sakit tau Nat..." Lilian memegang keningnya tapi tetap tersenyum menatap pintu keluar, Aris tertawa terbahak- bahak melihat Wajah Natan dan Lilian, yang satu jelas cemburu dan yang satu memikirkan hal yang tidak- tidak.

"Li... pulang yuk, sebelum kamu di lempar bom sama Natan." Lilian dan Aris segera pamit karena melihat gelagat Natan sudah tidak beres takut kena imbasnya.

Setelah kedua temannya keluar, Natan segera masuk ke ruang istirahat dan mendapati Ara telah mandi dan memakai mini dress dengan dada sedikit terbuka. Melihat Natan datang, Ara langsung mendekat dan memeluknya berjinjit lalu melumat bibir Natan, Natan yang marah mulai melembut dan mendorong tubuh Ara ke sofa, aroma wine masih tercium dari mulut Natan, Ara jadi merasa bersalah karena Ara tahu Natan belum terbiasa jauh dengannya,

"Aku kesepian Ra." Raut wajahnya tampak sedih,

"Aku hanya mendekatkan diri dengan Mami sayank, setelah ini tidak lagi aku akan sekali- kali saja mengunjunginya." Natan mengangguk dan mulai meneruskan aktivitasnya, Ara tidak menolak dan membantu melepas baju Natan juga, hingga keduanya saling menyatu dan menuntaskan kerinduannya.

Ara bangun dan mengelap tubuh Natan dengan handuk hangat dan memakaikan baju kembali.

"Selesaikan pekerjaanmu! Aku menyiapkan makan malam kita aku bawa makanan banyak dari rumah kak Gara." Natan mengangguk patuh dan akan segera menyelesaikan pekerjaannya, saat keluar dari ruang istirahat Robi sudah menunggu sambil mondar- mandir, ketika melihat Natan dia menarik napas panjang.

"Meeting 10 menit lagi Bos." Natan menepuk keningnya, hanya emosinya yang berhubungan dengan Ara membuat Natan lupa segalanya, Natan segera mengenakan jas dan mengambil dasi dari lemari,

"Ra, aku meeting dulu..." Natan sekilas mengecup kening Ara, dan keluar bersama Robi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C121
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login