Download App
90% KEMBALI PADAMU / Chapter 135: Handoko & Norien

Chapter 135: Handoko & Norien

"Van, aku mau bicara denganmu sebentar, bisakah keruang kerja Natan sekarang?" Jovan mengangguk dan mengikuti Herlambang, setelah keduanya masuk, pintu Herlambang kunci.

Jovan mengerutkan keningnya, "Adakah yang serius mas?" Herlambang mengangguk, lalu menyodorkan bukti- bukti ditangannya kepada Jovan, Jovan membuka selembar demi selembar dan terkejut, "Handoko? apa yang terjadi..." keduanya beradu pandang, "Aku saja hampir tidak percaya, tapi kejadian itu benar adanya tanpa aku sadari aku sering berebut tander sama dia tapi di selalu kalah pada akhirnya, aku pikir aku bermain bersih dan semua sesuai kemampuan baik aku, Raya atau Natan, Handoko sepertinya tidak suka. Terakhir kejadian Natan belum lama ini hingga membuat Ara dan Natan terpisah sementara."

"Terus denganku?" seperti yang kamu baca, itu buktinya keluargamu hancur dan yang mendapatkan tander adalah orang kedua terbaik setelah kamu, dan stelah di telusuri kejadian itu berulang dan selalu begitu, hanya keluargaku yang utuh sampai sekarang.

Jovan mengepalkan tangannya, kejadian itu membuat dia dan istrinya koma lumayan lama dan membuat Ara hidup sebatang kara.

"Dia hendak menjadikan Natan menantunya tapi, Natan sudah menikah terlebih dahulu tanpa sepengetahuan mereka, hingga membuat anak perempuannya marah." Herlambang menarik napas panjang dan menatap Jovan kembali, "Apa kamu akan membuka kasusnya kembali?" Jovan segera mengangguk, "Karena semua berkaitan maka ini tidak bisa di biarkan." Jovan terlihat serius. "Aku akan cari bukti lebih banyak dan kalian harap berhati- hati." Jovan mengangguk lalu keduanya keluar dari ruang kerja Natan.

Sore hari, Ara dan Natan baru kembali keduanya terlihat bahagia, melihat mami Andien dan mama Raya yang terlihat cemas di teras membuat Ara dan Natan mengerutkan keningnya.

"Mami dan mama kenapa?" Semuanya memandang kearah suara, "Kenapa suara mobil kalian tidak terdengar? kami menunggu kalian sejak tadi," Natan menarik napas panjang, "Bagaimana mau terdengar mam, orang mobilnya parkir di ujung." Natan menunjuk mobilnya paling ujung di pinggir jalan,

Raya melihatnya dan tersenyum, "Tadi papa Fano keluar, parkirnya langsung di sini, itu punya papi Jovan, Anggara sama Very." Raya baru sadar dan menggaruk kepalanya melihat mobil begitu banyak memenuhi halaman rumah Natan, lalu pandangannya kembali kepada Ara, "Bagaimana pemeriksaannya?"

"Baik mam, tapi harus pake tongkat dulu baru setelah itu belajar jalan tanpa apapun." Raya menatap kasihan kepada Ara lalu pandangannya melotot kepada Natan,

"Lihat nih! hasil dari kamu mengabaikan Ara." Natan menunduk, "Iya mam aku tau aku salah." Ara memeluk pinggang Natan, "Sudahlah mam Natan tidak salah, Natan tidak sengaja, lagian Ara sudah sembuh." Ara membela Natan.

Natan berjongkok di depan Ara meremas tangannya dan menciumnya. "Kamu terlalu mencintai Natan Ra," Raya menatap Ara, Ara tersenyum "Benar mam, seperti mama mencintai papa." Raya menjadi tertawa setelah di balikkan ke dirinya sendiri. "Betul juga kamu Ra, ya sudah istirahat sekarang," Ara mengangguk, tapi sebelum masuk Ara menatap maminya, "Mami enggak pulang mam, Norien kasihan." Mami Andien mendekat dan mencium kening Ara,

"Kamu selalu memikirkan yang lain," Ara menggenggam tangan Andien, "Dia juga keluarga kita, jangan mentang - mentang Mami sudah menemukanku, Mami mengabaikannya." Andien mengangguk, "Andai dia tidak meracunimu waktu itu, perasaan Mami terhadapnya akan tetap sama tapi sekarang mau tidak mau itu semua memberi jarak." Andien terlihat sedih, "Aku mengerti perasaan Mami, ya sudah aku sama Natan masuk dulu." Andien menatapnya sambil tersenyum, "oke sayang."

Sampai kamar, Ara mandi di bantu Natan. Natan memperlakukan Ara dengan penuh cinta, "Sudah cantik yank, Sekarang giliran aku mandi. Tunggu di sini yah!" Ara mengangguk duduk di sofa sambil menonton Televisi.

Natan kembali lagi setelah memakai kaos pendek dan celana training panjang, "Mau keluar apa di sini saja?" Natan setengah berjongkok mengangkat kaki Ara agar tidak menggantung dan membenarkan posisi duduk Ara, agar kakinya tidak menekuk juga.

"Disini saja yank," Natan melihat Ara kelelahan. "Aku buatkan coklat panas yach!" Ara mengangguk, "Sama kentang goreng juga yah." Ara menatap Natan dengan manja. "Baiklah, kamu tunggu sebentar."

Natan berlalu dari kamar menuju kedapur mengambil kentang siap goreng lalu menggorengnya, Mami Andien masuk kedapur karena mendengar dapur berisik, "Bikin apa Nat?" Natan berbalik, "Goreng kentang Mam, Mami mau biar skalian."

"Tidak usah Nat, Mami masih kenyang, Mami hanya cek siapa yang ribut di dapur." Natan nyengir mengingat tadi Natan menyetel apinya kebesaran dan langsung memasukan kentang yang keluar dari prizer langsung banyak jadi membuat suara gaduh,

Natan mengangkat kentang yang sudah berwarna kecoklatan dan mengeringkanya dari minyak yang menempel sebelum di taruh di piring, lalu Natan menyeduh dua gelas coklat panas. Setelah jadi, Natan menaruh kentang di piring dan di bawanya kekamar menggunakan nampan.

"Kakak boleh gabung enggak?" Lexa kepalanya muncul dari balik pintu, Ara tersenyum lalu menggerakan tangannya agar Lexa masuk, Lexa dengan gembira masuk dan duduk di sebelah Ara,

"Kakinya bagaimana kak?" Lexa walaupun masih anak- anak namun sangat peduli dengan keluarganya, "Baik sayang sebentar lagi juga normal." Lexa melirik kentang goreng dan menatap Ara, "Udah tinggal makan aja kalau mau," Lexa tersenyum lalu mulai memakannya, Natan melotot kesal,

"Pengganggu..." Gerutu Natan, Lexa menjulurkan lidahnya dan terus mengunyah sambil ikut menonton sampai selesai film.

"Kak, kapan punya dede baby seperti di film itu," Lexa menunjuk film yang baru selesai mereka tonton. Natan dan Ara saling pandang, "Nanti nunggu si kembar besar." Jawab Natan, namun terlihat jelas di mata Ara, Natan terlihat menginginkannya.

"Kedepan yuk kak, main sama si kembar." Lexa mengalihkan pembicaraannya. Ara bangkit hendak berjalan, namun di tahan Natan." Natan bangun dan menggendongnya lalu meletakan di kursi roda, Ara cemberut, "Aku mau pakai tongkat." Natan menggelengkan kepalanya tidak setuju, lalu berjongkok di hadapan Ara, "Nanti kalau si kembar lari menabrakmu bagaimana? aku takut jatuh." Ara terdiam dan berfikir sebentar lalu diam pasrah, dan keluar kamar di dorong Lexa, sementara Natan membawa nampan yang berisi piring dan gelas kotor.

Di ruang keluarga, si kembar sedang menggoyangkan badannya karena mendengarkan lagu cicak- cicak di dinding. sedang yang melihatnya tertawa karena melihat keduanya sangat imut ketika bergoyang, di saat penyanyinya bilang "hap, lalu di tangkap." tanpa di duga Disa menggigit pipi Deniz dan bilang hap... Deniz menjerit terkejut, Fano dan Raya mengambil si kembar sambil tertawa, "Kalian ini ada- ada saja,"

ketika Deniz melihat Natan, Deniz berhenti menangis, lalu meronta- ronta minta di turunkan dari gendongan Fano, Deniz berjalan sempoyongan kearah Natan, Natan segera menggendongnya,

"Ka...." Panggilnya, Natan menciumnya beberapa kali membuat Deniz tertawa lebar,

"Mama sama semua mau pulang Nat, besok repot mau kekantor dan Lexa sekolah," Natan cemberut, "Tinggal buka pintu belakang sudah sampai kerumah mama." Raya nyengir mendengar protes Natan, "Ya sudah mama sama semuanya mau pindah kamar kalo gitu, besok kamu sarapan di rumah yah, tinggal buka pintu belakang bukan?" Raya membalikkan kata- kata Natan, "Ya sudah terserah kalian kalau gitu," Jawab Natan.

Mami dan papi Jovan juga pamit karena Norien baru pulang dari Rumah sakit sehabis pengobatan.

"Kak Anggara tidak ikut mami?" Ara mengerutkan keningnya melihat Anggara cuek walaupun mendengar Norien dari Rumah Sakit padahal biasanya Anggara orang pertama yang merasa cemas dengan keadaan Norien. Anggara hanya menggeleng dan berlalu kekamarnya.

Di rumah tersisa Natan, Ara, Anggara dan Very.

"Nat, kamu tidak curiga sama kak Gara?" Natan duduk di sisi tempat tidur sambil mengecek beberapa pekerjaannya di laptop, "Aku yakin Gara tau sesuatu." Nada Natan datar, "Sepertinya..." Ara memeluk Natan dan bersikap manja, "Kita tunggu saja!" Ara mengangguk, "Pekerjaanmu tidak bisa untuk besok Nat?" Natan menggelengkan kepalanya sambil terus mengetik," Minggu depan skripsi yank jadi, pekerjaan tidak boleh menumpuk, Salsa juga mau cuti." Ara mengelus tangan Natan dan merasa kasihan.

"Aku dua minggu lagi Nat baru nyusun, semoga tahun ini kita sudah menyandang gelar Sarjana." Natan tersenyum, itu artinya kemungkinan besar Ara bersedia untuk mengandung buah cinta mereka.

Ara menunggu Natan hingga tertidur di pangkuan Natan, Natan mengusap pipi Ara dan menyelimutinya dan menyelesaikan pekerjaannya lalu membetulkan tidur Ara,

"Tok...tok...tok" pintu di ketuk dari luar, Natan turun dari tempat tidur perlahan dan membuka pintunya, terlihat Anggara yang berada di depan kamar,

"Ada apa kak?" Anggara menengok kedalam dan melihat Ara tertidur lalu memberi isyarat agar Natan keluar kamar, "Bicara di ruang kerjaku saja kak." Anggara mengangguk, setelah keduanya duduk, Anggara menyodorkan rekaman CCTV kepada Natan dan beberapa kali seorang laki- laki masuk kerumah Anggara dan berbicara dengan Norien walaupun tidak mendengar apa yang di bicarakan tetapi terlihat mencurigakan.

"Setiap orang ini masuk rumah, penjaga sedang lengah, dan CCTV di semua ruangan pada saat jam tersebut tidak berfungsi, mereka tidak tahu CCTV aku pasang ganda di di beberapa sudut tanpa mereka ketahui, Aku sudah membersihkan semua pengawal di rumah, dan menggantinya dengan yang baru dan benar- benar orangku," Natan menatap Anggara, "Aku tidak menyangka." Anggara mengacak- ngacak rambutnya, "Aku saja yang mengenal Norien sejak kecil hampir gila memikirkan ini." Bagaimana tidak, Norien yang selalu ada dalam pelukannya dan gadis yang lembut berubah menjadi orang asing di mata Anggara.

"Yang anehnya pria itu berhubungan dengan Handoko dengan kata lain Anak dari istri pertamanya." Natan terkejut mendengar Handoko, "Handoko adalah teman Kakek kak, coba kita tanya kakek sekarang sebelum terlambat dan timbul masalah baru," Natan dan Anggara masuk ke rumah Raya melalui pintu belakang sedang Very menjaga Ara sambil menonton Televisi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C135
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login