Tapi, itu tidak membuat Riuu menghentikan apa yang akan ia perbuat.
Tangannya terus mengarah pada rekan satu tim Sean, dan kini senapan itu sudah tepat di kepala pria yang mengejek Riuu tersebut.
Apa yang dilakukan Riuu cukup membuat Sean terkejut. Dengan cepat, ia berusaha untuk mencegah jemari tangan Riuu yang ingin menarik pelatuk senapan itu ke arah rekan satu timnya.
Hingga kemudian....
DORRRR!!!
Terdengar bunyi tembakan yang memekakkan telinga, disertai teriakan terkejut semua orang yang ada di situ.
Sean yang tadinya mengira dirinya tidak bisa menghentikan jemari tangan Riuu yang menarik pelatuk senapan miliknya ke arah rekan satu timnya terkejut ketika di depannya, ia yang akan melihat mayat satu timnya dengan kepala bocor tertembak ternyata yang dilihatnya justru sesuatu yang sangat mengejutkan dirinya.
Di sana. Di sebuah sasaran tembak dengan jarak yang diukur untuk seorang sniper utama berlatih, tembakan yang dilepaskan Riuu justru mengenai sasaran tersebut, padahal dia dan timnya belum sampai ke tahap itu untuk berlatih.
Tapi, mengapa pria bernama Riuu yang ia sendiri tahu seseorang yang tidak punya pengalaman dalam hal tembak menembak justru mengenai sasaran utama seorang sniper?
Sementara itu, rekan satu timnya yang tadi dikhawatirkan akan tertembak terlihat tersungkur di tanah sembari menutup dua daun telinganya.
Sean lekas membantu pria itu untuk bangkit, dan ia melihat rekannya itu sangat pucat sekali.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Sean pada rekannya tersebut.
"Dia, dia benar-benar ingin membunuhku!" kata pria itu sembari mundur dengan wajah yang pucat.
"Seseorang bisa saja membunuh jika situasi yang memaksa dia melakukan itu, jadi hati-hati dengan ucapanmu!"
Rekan satu tim Sean mengangguk berkali-kali, ketika mendengar Sean mengucapkan kalimat tersebut.
Dan kali ini Sean menatap ke arah Riuu yang sesaat tadi disaksikannya seperti berubah bukan Riuu yang ia kenal.
Tatapan mata pria itu berubah sadis seperti seseorang yang sedang berubah menjadi pribadi yang lain.
Perlahan ia menghampiri pemuda itu dengan sikap waspada.
"Kau nyaris membunuh rekan satu timku, kau tahu apa yang tadi kau lakukan sangat berbahaya?"
"Beritahu rekanmu, mulut dan lidahnya itu lebih mampu membunuh orang lain jika tidak dijaga!" sahut Riuu dengan nada suaranya yang dingin.
"Ya, aku tahu. Tapi, kau hebat. Kau bisa mengenai sasaran yang kami saja belum bisa mengenai sasaran di sana, karena kami belum sampai ke tahap itu. Kenapa kau tidak mengatakan, kau punya kemampuan yang luar biasa?"
"Aku tidak mau menyombongkan diri!" kata Riuu dengan nada suara yang masih datar.
"Kau bisa menyombongkan diri, jika memang itu kemampuan dirimu sendiri. Sekedar memberikan penghargaan pada dirimu sendiri, tidak ada salahnya."
"Tidak. Itu bukan tujuan utamaku untuk berlatih di sini."
"Baiklah, sebentar lagi pengawas pasti akan datang untuk memberikan dirimu pujian. Selamat. Dan sekarang, aku percaya kau punya kemampuan, jadi, bergabunglah dengan timku, meski niat kita berbeda untuk menjadi siapa, tapi tujuan kita sama, sama-sama ingin menjadi penembak yang handal!"
Mendengar apa yang diucapkan oleh Sean, Riuu seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pemuda itu beralih menatap Sean ingin mendengar lagi apa yang diucapkan oleh pria dingin tersebut.
Sementara Sean sendiri, diam-diam ingin kembali melihat kemampuan hebat Riuu, karena ia masih penasaran benarkah Riuu memiliki kemampuan hebat itu?
Kenapa rasanya ia seperti tertipu? Setahunya, Riuu tidak punya skill apapun dalam dunia tembak menembak.
Tapi, apa yang ia lakukan tadi adalah sebuah penegasan, bahwa pemuda itu tidak bisa dianggap remeh.
Itu sebabnya, Sean ingin Riuu bergabung dalam timnya. Sekedar ingin membuktikan bahwa Riuu juga benar-benar punya keahlian hebat tadi atau tidak.
"Kau juga hebat. Kau bisa mengalihkan sasaran yang ingin aku ledakan, tahukah kau? Jika tadi kau tidak mengalihkan ujung senapanku, maka kepala rekanmu tadi sudah bocor karena tembakanku. Tidak ada yang bisa melakukan itu setahuku, tapi kau bisa, kau memang pria berwajah dingin yang punya banyak misteri!"
Riuu ikut memuji keterampilan Sean yang bisa gesit bergerak. Sean menatap telapak tangannya sendiri.
Mana ia tahu jika ia bisa melakukan hal seperti tadi. Ia hanya berusaha mencegah, dan saat itu ia seperti merasakan ada sesuatu yang panas menjalar ke semua jari yang sedang menyentuh ujung senapan yang dipegang Riuu.
Rasanya panas. Seperti ingin membakar jemarinya. Tapi hanya sebentar, karena setelahnya, ia sudah merasakan hawa panas itu tidak lagi membakar jemari tangannya!
***
"Tian! Bagaimana? Kau mendapatkan kabar Aries?" tanya Pak Ronald ketika Tian baru saja masuk ke dalam ruangannya.
Tian membungkuk hormat pada pria tersebut sebelum menjawab pertanyaannya.
"Saya, belum mendapatkan kabar dari Aries, Pak!" katanya dengan nada suara seperti merasa bersalah.
"Ke mana anak itu. Suka sekali membuat repot orang tua! Dia tidak sadarkah? Ibunya sedang mengadakan kampanye, dia justru suka sekali berbuat hal yang tidak-tidak, menyebalkan sekali!"
Pak Ronald mengomel. Hingga kemudian, sebuah ketukan terdengar di pintu ruang tersebut, dan tidak berapa lama pintu terbuka.
Seorang gadis cantik berambut pirang masuk ke dalam ruangan itu mengenakan topi berwarna coklat hingga senada dengan pakaiannya yang juga mengenakan warna yang sama.
Penampilan wanita itu terkesan sangat berani, hingga membuat Pak Ronald geleng-geleng kepala.
"Ara, kau ini seperti wanita pemberani saja, tapi aslinya kau tidak seberani itu. Buktinya, untuk beberapa adegan, kau selalu memakai stuntman, tidak berani melakukan adegan berbahaya itu sendiri, kenapa seperti itu? Membuat pengakuan kalau kau benar-benar wanita yang kuat?"
Ara Qiora Aquarius. Seorang artis berbakat yang memiliki wajah cantik dan tubuh yang semampai.
Karena kelebihannya itu, Ara kerap mendapat perlakuan kurang enak diberbagai kalangan produser film. Rata-rata para pria berumur itu selalu ingin mengajaknya untuk jadi wanita pemuas nafsu, ketika mereka terlibat kerja sama di sebuah film yang mereka kerjakan.
Hal itu membuat Ara jadi seorang wanita yang selalu diliputi perasaan takut. Takut melangkah meniti karirnya yang sekarang berada di puncak popularitas!
Tapi, untuk berhenti, ia juga tidak punya keberanian. Darimana ia akan mendapatkan uang untuk ia berikan pada ayah dan ibunya yang selalu berpikiran bahwa Ara harus mengganti uang biaya perawatan mereka pada gadis itu selama ini?
Terjun ke industri entertainment, bukan sebuah pilihan untuk Ara dari hati kecilnya. Sebenarnya, ia lebih suka menjadi seorang wanita biasa saja, bekerja di sebuah toko atau perusahaan, bukan menjadi seorang artis.
Tapi, tentu saja menjadi seorang artis lebih gampang menghasilkan uang bagi kedua orang tua angkatnya. Itu sebabnya, keinginan Ara untuk menjadi wanita biasa tidak direalisasikan oleh kedua orangtuanya.
Ara tersiksa dengan kehidupannya yang sekarang. Tapi, ia harus kuat karena jika tidak makin banyak pria hidung belang bertopeng seorang produser, yang akan mempermainkan dirinya.
"Mulai sekarang, aku tidak akan memakai jasa stuntman untuk semua adegan berbahaya yang diberikan padaku. Aku yang akan memerankannya sendiri, tidak perlu pakai stuntman!"
Note: kekuatan seseorang akan muncul ketika ia terus menerus direndahkan.
(Bagaimana reaksi Pak Ronald mendengar ucapan Ara?)