Aarun membuka matanya dengan pelan setelah ia merasa ada yang berat di bagian pahanya, ia terus memperbaiki duduknya karena merasa keram dan mulai tidak nyaman.
Mata mengantuknya melihat apa yang sedari tadi berat di pahanya ternyata itu adalah kepala Ian, dia ingin protes tapi tidak bisa karena masih sangat mengantuk.
Ian juga terlalu tidur dengan pulas, ia sangat nyaman tidur di pangkuan Aarun.
"Bangunlah," lemah Aarun mencoba menyingkirkan kepala Ian.
Aarun menghela napasnya karena seluruh badannya sakit tapi Ian dengan enaknya tidur di sana.
"Ck.. bangunlah Ian," ujarnya dengan suara parau.
"Ck.. kenapa sih!" protesnya karena masih nyaman di sana.
"Kau bilang kenapa? Itu pahaku bukan bantal!" Ian langsung bangun setelah menyadari jika ia ternyata tidur di pangkuan Aarun, ia memegangi kepalanya yang agak pusing yang mungkin di akibatkan karena kekurangan tidur.
"Ah sial," desahnya.