Download App
31.86% Just you / Chapter 29: Chaptet 6 [Part 3]

Chapter 29: Chaptet 6 [Part 3]

Chapter 6 [part 3]

Di malam hari, Julio dan Chelsea sedang makan malam. Namun, suasananya sangat tidak mengenakan, Chelsea benar-benar mengabaikan Julio, Julio hanya melihatnya makan sambil memikirkan bagaimana cara mendapatkan maaf darinya.

"Aku sudah selesai." ucap Chelsea, lalu pergi ke kamarnya begitu saja.

Julio yang melihat sikap Chelsea hanya bisa menghela nafas, ia pun menghabiskan makanannya lalu membereskannya. Sebelum kembali ke kamarnya, ia memeriksa kembali belanjaan yang sudah di belinya karena uang untuk belanja masih tersisa banyak, padahal ia sudah memperhitungkan semuanya.

Ia pun memeriksanya dan benar saja ada yang Julio lupa beli, yaitu telur. Julio pun kekamarnya dan mengambil jaket karena di luar sangat dingin. Saat di depan pintu, ia berfikir untuk menuliskan surat, tapi ia menyangka Chelsea mungkin sudah tidur dan tidak akan membaca pesannya, Julio pun langsung pergi keluar untuk membeli telur. Sementara itu, Chelsea sedikit merasa bersalah karena mengabaikan Kakaknya meskipun ia sebenarnya masih kesal kepada Julio, ia pun berniat untuk meminta maaf karena telah mengabaikannya. Ia keluar kamar dan mengetuj pintu kamar Julio, ia memanggil-manggil Julio, tapi tidak keluar, ia pun membuka kamarnya dan tidak menemukan Julio, ia pun bergegas turun. Namun, ia juga tidak menemukannya, ia mencari ke kamar mandi juga, tapi hasilnya tetap sama.

"Apa mungkin, Kak Julio pergi keluar ya? Ya sudah deh, aku tunggu saja." kata Chelsea lalu pergi menonton tv.

5 menit kemudian.

Chelsea terus mengganti siaran di televisi. Ia masih menunggu Julio pulang.10 menit kemudian, Chelsea mulai tidak tenang, ia mengabaikan tv yang menyala, Chelsea mulai berpikir kalau Julio marah kepadanya karena ia mengabaikannya. 20 menit kemudian, Chelsea tertidur di sofa dan saat itu juga Julio pulang membawa telur dan juga 2 buah roti eskrim. Ia melihat Chelsea yang sedang tertidur di sofa.

"Kenapa dia tidur di sofa?"

Julio pun menaruh roti eskrim dan telurnya di lemari pendingin lalu membawa Chelsea ke tidur. Karena Julio tidak tega membangunkan, ia pun menggendong Chelsea sampai ke kamarnya.

"Ya ampun, ternyata kamu berat juga." kata Julio yang sedang menaiki tangga.

Julio akhirnya sampai ke kamar Chelsea, Chelsea sama sekali tidak bangun ketika di gendong olehnya. Ia pun membawa Chelsea ke tempat tidurnya, sebelum ia pergi ke kamarnya, Julio menyempatkan untuk mencium kening adiknya itu lalu pergi ke kamar. Tanpa di sadari oleh Julio, Chelsea sebenarnya sudah bangun ketika ia di gendong oleh Julio, wajah Chelsea memerah ketika keningnya dicium oleh Kakaknya, karena sudah lama sekali Julio tidak mencium keningnya ketika sebelum tidur. Terakhir kali Julio melakukanya saat Chelsea kelas 6 SD, wajar jika Chelsea merasa malu.

"Uuuh… jika saja aku membuka mataku… pasti itu akan jadi sangat memalukan."

***

Keesikan harinya, di pagi hari secara kebetulan Julio dan Chelsea keluar dari kamar mereka secara bersamaan. Chelsea hanya memandang Kakaknya itu dan teringat ketika keningnya di cium oleh Julio. Julio juga sama, ia memandangi adiknya sambil berfikir apakah dia masih marah kepadanya? Chelsea pun mendekati Julio, ia tidak melupakan niatnya kemarin malam untuk meminta maaf kepada Julio.

"Kak… aku…"

Chelsea sedikit merasa gugup dan malu, ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ia merasakan seperti itu. Ia pun menarik nafas panjang lalu mengeluarkanya. Julio hanya berdiam diri, ia ingin berbicara tapi ia takut membuat Chelsea marah lagi.

"Aku… minta maaf soal sikap ku kemarin." ucap Chelsea sangat pelan.

Julio bisa mendengar perkataan Chelsea meskipun suaranya sangat pelan dan hampir tidak terdengar. setelah berbicara seperti itu, Chelsea diam, tidak berbicara lagi, ia hanya menunduk.

Julio memegang bahu Chelsea. Chelsea sedikit terkejut karena bahunya di pegang oleh Julio, ia pun langsung mengangkat wajahnya, ia bisa melihat Julio yang sedang tersenyum. Chelsea merasa sedikit senang kalau kakaknya masih bisa tersenyum kepadanya.

"Iya, tidak apa-apa. Ayo kebawah, ku buatkan sarapan."

Julio merangkul Chelsea lalu membawanya kebawah. Mereka sudah memutuskan dalam diri mereka untuk tidak mengingat hal kemarin lagi. Chelsea duduk di kursi sementara Julio berada di dapur sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Chelsea… kamu mau ku buatkan apa?" tanya Julio dari dapur.

"Umm… nasi goreng saja."

"Woke!"

Selagi Julio memasak, ia pergi duduk di sofa dan menonton TV. Tak lama, Julio memanggil Chelsea dan memintanya untuk mengambli telur di kulkas. Saat mengambil telur, ia melihat sesuatu yang terbungkus plastik. Tapi ia tidak peduli, ia mengambil telurnya dan memberikannya kepada Julio yang sedang memasak.

"Kak… ini." kata Chelsea yang memberikan 2 butir telur.

"Oh, terima kasih."

Karena ia merasa bosan menonton TV, ia akhirnya melihat Kakaknya yang tengah memasak.

"Sedang apa kamu disini?"

"Umm… cuma ingin melihat mu memasak saja, aku bosan bila hanya menunggu."

"Oh begitu."

Chelsea hanya menatap ke sekeliling dapur lalu memandang kakaknya yang tengah memasak. Ia pun tiba-tiba teringat benda yang terbungkus plastik di kulkas tadi yang ia lihat. Ia pun bertanya kepada Julio.

"Kak… aku tadi melihat sesuatu terbungkus plastik, itu apa?"

"Ah itu. Sandwich eskrim yang semalam aku beli sebagai permintaan maaf ku kemarin."

(Tl note: roti eskrim di ubah jadi sandwich eskrim)

Chelsea yang mendengar kata 'Sandwich eskrim' langsung memasang wajah gembira, ia pun langsung berlari ke Julio dan memeluknya dari belakang.

"Woaa… aku sedang memasak! Jangan tiba-tiba begitu."

"Hehehehehe… Terima kasih~" ucap Chelsea lalu berjalan dengan gembiranya menuju kulkas.

"Jangan coba-coba memakannya! Ini masih pagi!"

Semangat Chelsea pun langsung menurun, tapi larangan dari Kakaknya ia terima. Bagaimana pun memakan atau meminum sesuatu yang dingin di pagi hari bukanlah hal yang baik. Ia pun berjalan menuju meja makan dan menunggu Julio. Tak lama, Julio datang dengan dua buah piring yang diatasnya sudah ada nasi goreng buatan Kakaknya.

Mereka berdua langsung menyantapnya. Melihat Chelsea yang sangat lahap memakan sarapannya itu membuat Julio tersenyum tipis.

"Pelan-pelan, nanti tersedak loh." ucap Julio.

"Onyah kyak…"

"Telan dulu baru bicara."

Chelsea pun menelan makanan yang ada di dalam mulutnya, karena buru-buru akhirnya ia pun tersedak makanannya sendiri. Chelsea pun langsung mengambil gelas dan mengisi nya dengan air dan langsung meminumnya hingga habis. Julio hanya bisa tertawa kecil melihat Chelsea seperti itu.

"Tuh kan, sudah ku bilang pelan-pelan." ucap Julio.

"Iya maaf… oh iya kak, apa Kakak benar-benar yakin mau menanggung semua hukuman nya sendiri?"

"Haah… aku sudah bilang kan, aku tidak masalah dengan itu. Lagipula memang sudah tanggung jawab ku."

Raut wajah Chelsea tiba-tiba berubah menjadi murung, ia hanya mengaduk-ngaduk makanannya sementara Julio sudah hampir habis. Saat sarapan Julio sudah habis pun ia masih mengaduk-ngaduk makanannya, Julio pun berdiri dan mendekati adiknya itu. Ia mengelus kepalanya, Chelsea melirik ke atas dan melihat Kakaknya yang tengah tersenyum.

"Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkannya. Kamu fokus saja belajar, ya." ucap Julio

Meskipun di suruh untuk tidak memikirkannya, tapi tetap saja sulit bagi Chelsea untuk melakukannya. Ia hanya tersenyum lalu mengangguk. Chelsea pun langsung memakan sarapannya lagi sampai habis, Julio pun membawa piring kotor bekas mereka sarapan ke dapur dan mencucinya. Setelah Julio selesai mencuci, ia menyuruh Chelsea untuk membersihkan rumah, sementara ia akan menyuci pakaian mereka. Chelsea tidak mengucap satu kata pun, ia hanya mengangguk lalu mencari sapu.

Beberapa menit berlalu.

Chelsea sudah selesai menyapu dan kini Chelsea harus mengepel seluruh lantai di rumahnya. Ia mengepel mulai dari dapur dan menuju kamarnya dan Kakaknya. Sementara itu Julio masih berada di depan mesin cuci sedang menyuci pakian.

Beberapa jam kemudian.

Chelsea sudah selesai mengepel dan sekarang sedang melihat Kakaknya yang tengah menjemur pakaian, ia sebenarnya ingin membantu. Tapi, pasti ia akan dilarang seperti yang sudah-sudah.

"Permisi~"

Terdengar suara seseorang, Chelsea pun melihat siapa yang datang ke rumahnya. Ia melihat Latifa dan Luna membawa buah-buah'an.

"Ah kalian, ada apa kalian kemari?" tanya Chelsea.

"Kami ingin menjenguk Kakakmu, karena kemarin kami tidak sempat menjenguknya di rumah sakit." jawab Luna sambil tersenyum.

"Hoaaaamm…. Padahal bisa nanti siang saja. Kenapa harus pagi hari sih." keluh Latifa yang masih mengantuk.

"Makanya jangan di biasakan bangun jam 12 siang! Sekarang sudah jam 9 dan kamu masih mengantuk, luar biasa." kata Luna yang sedikit kesal dengan kebiasaan bangun siang Latifa.

Wajar saja bila Luna kesal, ia sudah terbiasa bangun pagi dan ia tidak bisa memaafkan bila ada seseorang terdekatnya bangun di siang hari. Kedisiplinan yang tinggi, itulah yang Luna punya.

"Berisik! Berisik! Aku masih mengantuk~" kata Latifa yang sudah tidak kuat untuk membuka matanya.

"Chelsea… siapa yang datang?" tanya Julio dari dalam

"Ah ini... teman-teman ku." jawab Chelsea.

Julio pun keluar dan menyapa mereka. Julio pun menyuruh mereka untuk masuk.

"Woah... bersih." kata Luna yang kagum melihat kebersihan rumah Julio dan Chelsea.

Chelsea hanya tertawa kecil dan memberitahu Luna kalau ia baru saja membersihkannya. Chelsea pun menyuruh Luna dan Latifa untuk duduk di sofa.

Julio pun datang "Apa kalian ingin minum sesuatu? Teh atau susu mungkin?" tanya Julio yang menawari mereka minum.

"Tidak-tidak! Tidak perlu repot-repot." kata Luna

"Jangan begitu, kami akan merasa tidak enak bila tidak memberi tamu minum."

"Umm... y-yasudah, teh saja."

"Kalau kamu?" tanya Julio ke latifa.

"A-Ah… sama."

"Oke."

Julio pun pergi ke dapur dan menyiapkan teh untuk mereka.

"Ternyata kakakmu baik juga ya." ucap Latifa.

"Yah begitulah."

"Beruntungnya kamu punya Kakak seperti itu. Jadi iri."

Mereka pun tertawa kecil. tak lama Julio pun datang membawa teh hangat dengan nampan, Julio duduk di sofa tunggal dan menanyakan tujuan Luna dan Latifa berkunjung ke rumah mereka. Luna memberikan bungkusan berisikan buah-buahan kepada Julio.

"Terima kasih, jadi merepotkan rasanya." kata Julio.

"Sama-sama… sebenarnya aku juga ingin bertanya sesuatu ke Kak Julio." kata Luna

"Mau tanya apa?"

"Aku dengar, Kak Julio mau menanggung hukuman soal masalah sebelumnya. Apa itu benar?" tanya Luna yang keliatan sangat serius.

"Yah itu benar."

"Kenapa!?"

"Chelsea, kamu bisa menjelaskan ke mereka kan?"

"Ah… umm, iya."

Chelsea pun menjelaskan alasan Kakaknya mengambil keputusan tersebut, Latifa dan Luna hanya diam mendengar penjelasan dari Chelsea. Mereka tidak bisa membantah alasannya itu, karena memang benar kalau Julio yang bertanggung jawab atas masalah kemarin.

"Jadi, kalian sudah mengerti kan?" tanya Julio.

Luna dan Latifa hanya mengangguk, Julio pun mempersilahkan untuk meminum tehnya sebelum dingin. Setelah meminum teh nya, mereka pamit untuk pulang. Tapi sebelum itu, Latifa menatap Chelsea dan Julio secara bergantian.

"Kamu kenapa?" tanya Chelsea.

"Tidak, hanya saja mata kalian benar-benar mirip, ternyata kalian benar-benar saudara kandung." jawab Latifa sambil tersenyum

Chelsea yang mendengar itu langsung terpancing emosi nya, sementara Julio hanya tersenyum.

"Hey! Apa yang membuatmu kalau kami bukan saudara kandung, hah!?"

"Yah, aku kira kalian bukan saudara kandung, pasti akan sangat hebat kalau kalian tisak memiliki hubungan darah, hihihi."

"Kau..!!"

Chelsea pun berdiri dan berniat menghajar Latifa, tapi..

"Chelsea…"

Mendengar namanya di panggil oleh Julio, ia jadi tidak bisa marah ke Latifa.

"Tapi Kak! Dia…"

"Ti-dak!"

"Uuuhhhh!"

Chelsea pun langsung duduk kembali dan memalingkan wajahnya, Chelsea tidak bisa membantah peraturan di rumahnya dimana dilarang memukul seseorang kalau sedang berada di dalam rumah.

Latifa dan Luna pun terkejut dengan amarah Chelsea yang bisa di tahan dengan mudahnya.

"Wo-woah hebat."

"Heee~. Kak Julio hebat ya bisa menahan amarah Chelsea dengan mudah. Setau kami, amarahnya tidak bisa di hentikan. Benarkan, Luna?"

"I-Iya."

"Uuuuuhhhh! Kalian!"

Latifa pun langsung berlari keluar, sementara Luna meminta maaf atas kelakuan Latifa yang tidak sopan, ia pun keluar diantar Julio sampai depan rumah lalu ia pun pamit.

Luna mencari Latifa yang lari entah kemana. Ia pun menemukan Latifa di dekat tiang listrik.

"Latifa, jangan seperti itu lagi, itu tidak sopan loh."

"Hehehee… maaf, maaf. Habisnya aku ingin sekali mengerjai Chelsea di depan Kakaknya."

"Dasar kamu ini."

"Tapi, aku sama sekali tidak menyangka kalau amarah Chelsea bisa di tahan semudah itu."

"Yah aku juga... tapi, dengan begitu kita juga bisa tau kalau mereka mempunyai hubungan yang kuat."

"Hubungan yang kuat ya.... ah! Mungkin mereka akan terlihat seperti sepasang kekasih bila sedang berjalan bersama."

"Ahahaha… tidak sekuat itu juga."

Sementara itu, Chelsea masih sedikit marah dan malu karena Latifa mengerjainya sebelumnya. Julio pun mendekati mendekati Chelsea sambil membawa sandwhich eskrim. Ia pun menempelkan ke wajahnya dan berhasil membuat Chelsea terkejut.

"Ah!" pekik Chelsea.

"Hayo, jangan melamun gitu." kata Julio.

"Aku tidak melamun."

"Jangan menyimpan dendam ke temanmu."

"Aku tidak menyinpan dendam!" kata Chelsea yang menaikan suaranya.

Julio hanya tersenyum dan mengelus kepalanya. Chelsea hanya mengembungkan pipinya, ia sepertinya benar-benar kesal dengan kelakuan Latifa sebelumnya.

"Sudah, jangan marah begitu. Ini makan." kata Julio sambil memberikan sandwich eskrim yang dingin itu.

Raut wajah Chelsea pun langsung berubah, ia terlihat sangat senang dan langsung memakannya. Julio juga ikut merasa senang ketika melihat senyuman kembali kepada Chelsea. Begitulah hari libur mereka berlangsung, mereka hanya menghabiskan waktu dirumah dan tidak berniat kemana-mana.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara seseorang dari luar. Julio pun keluar untuk melihat siapa yang datang, itu adalah tukang pos, ia mengirim surat dan surat itu berisi jangka waktu hukuman skors untuk Julio. Chelsea yang mengetahui itu langsung merasa khawatir.

"Ah, aku di hukum 3 minggu." ucap Julio.

Chelsea mendekat, ia menarik ujung baju Julio. Julio pun berbalik dan tersenyum kepadanya.

"Jangan khawatir, sudah kubilang ini urusan ku. Kamu hanya perlu belajar saja." kata Julio dengan lembutnya.

Entah kenapa perkataan Julio membuat Chelsea menangis, ia pun memeluk Julio dengan erat. Chelsea merasa sangat sedih, karena selama mereka bersekokah, untuk pertama kalinya salah satu dari mereka terkena hukuman yang cukup berat.

"Ah… sepertinya memang sulit, hidup tanpa terkena masalah."

To be continue

=====================


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login