Aku masih memblokir nomer ibu Rania. Aku tidak bisa dihubungi oleh ibu Rania. Aku yakin ibu Rania menghubungi aku hanya untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja bukan karena dia masih mencintai aku. Ara adalah lelaki yang bisa melakukan observasi bahwa ibu Rania ketika sedang bersedih kehilangan suami, maka dia akan lama sekali untuk pulih dan terus akan mencintai suaminya yang telah tiada. Dalam kesendirian ibu Rania, maka aku tidak ingin menjadi pahlawan. Aku akan menjauhi ibu Rania karena hidupku sedang morat-marit tidak menentu. Aku belum bisa menabung untuk biaya pernikahan dan biaya tersebut tentu saja tidak kecil. Aku hidup di kota kecil yang jauh sekali dari lokasi ibu Rania. Aku tidak akan mungkin meninggalkan kota ini karena disinilah kedua orang tuaku. Aku sudah menyelesaikan studiku. Aku ingin berkiprah di kota kecil ini. Ara ingin sekali sukses tanpa adanya bantuan dari Ibu Rania. Ara ingin jika suatu saat Ara sudah mapan maka akan mudah untuk datang melamar. Siapa yang akan dilamar? Belum perlu diketahui. Namun Ara ingin memastikan bahwa ibu Rania layak mendapatkan lelaki yang baik , yang sholatnya dijaga. Sedangkan Ara, siapakah Ara ini ? Ara hanya seorang lelaki yang merasa cerdas, merasa tampan namun sering lupa sholat. Ara menyadari bahwa dia belum layak untuk datang melamar ibu Rania walaupun kerinduan selalu datang. Ara setiap malam, tidak pernah lupa untuk berdoa agar mendapatkan jodoh yaitu Rania. Ara ingin membangun komitmen dengan Rania namun Ara masih ingin menutup komunikasi dengan ibu Rania. Ara ingin menguji apakah seorang Rania akan tetap mencari Ara ketika Ara memutuskan atau memblokir nya. Sudah 4 kali Ara membuat blokir dan pasti akhirnya ibu Ranialah yang akan terus berjuang mencari Ara dan berusaha untuk membuka hati Ara. Ara masih seperti anak kecil yang selalu ingin dimanja oleh seorang wanita yang penyayang. Ara bisa merasakan bahwa Rania adalah home untuk diri nya.