Tubuh Bara membeku mendengar penuturan Kinanti. Berbalik, ia mendekati Kinanti yang tengah duduk di tepi ranjang. Bara menggeram kesal dan merasa dihina. Bara emosi dan amarahnya meledak-ledak. Tanpa sadar pria itu menarik Kinanti dari ranjang lalu menyandarkan tubuh wanita itu di dinding. Mata Bara memerah karena marah. Tak terima dengan ucapan wanita itu. Jahat sekali perempuan itu mengatakannya gay. Jelas ini penghinaan yang sangat menyakitkan untuknya. Tega sekali perempuan itu mengatakan omong kosong padanya.
"Kamu jangan mempermainkan aku Kinan," pekik Bara mencekik Kinanti.
Hai para readers setia JTPS. Maafkan satu bulan belakangan ini aku jarang update. Aku mau bercerita sedikit. Bulan Desember dan Januari ini adalah tahun terberat buat aku. Pada tanggal 7 Desember 2020 kemarin aku harus dilarikan ke rumah dan aku di diagnosa terkena syaraf terjepit. Aku harus dirawat di rumah sakit bahkan aku sempat tidak bisa jalan beberapa saat.
Mama aku langsung drop mengetahui aku sakit parah, beliau juga jatuh sakit. Tiba-tiba aku keluar dari rumah sakit Mama mengalami stroke tubuh sebelah kanan. Beliau tidak bisa berjalan. Mama sendiri mengidap penyakit diabetes. Aku sendiri tidak bisa merawat mama, disamping setelah keluar rumah sakit masuk kerja dan tidak angkat beban berat. Mama kondisi enggak bisa jalan sehingga kalo mau mandi dan pipis harus dipapah ke kamar mandi. Beliau sendiri tidak mau pipis dan buang air besar di popok.
Terpaksa dengan kondisi sakit juga, punya dua anak bayi membuat aku harus merelakan mama dirawat kakakku yang paling besar. Mama pindah dari rumah pertengahan Desember lalu. Kondisi mama dari hari ke hari makin drop. Telapak kaki sebelah kiri beliau infeksi karena tersandung. Kakinya kebas dan tak merasakan apa-apa ketika tersandung. Alhasil telapak kaki beliau sebelah kiri membusuk dan dirawat di rumah sakit.
Mama sempat dirawat di ICU beberapa hari setelah luka infeksinya dibersihkan dokter. Keadaan diperparah dengan sikap mama yang enggak mau berobat dan minum obat. Pengobatan beliau karena paksaan dari kami anak-anaknya. Memang sikap mama sudah pertanda. Tanggal 8 Januari 2021 kemarin mama akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Aku sudah kehilangan mama dan tak akan pernah lagi bertemu beliau..Hikss......
Rindu yang paling menyesakkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada......
Desember dan Januari ini adalah ujian terberat buat aku dan keluarga. Mama sakit dengan kondisi tidak bisa jalan, infeksi kaki dan stroke setengah badan. Makanya aku stress bahkan ASIku berhenti keluar. Bayiku terpaksa minum sufor.
Para pembaca sekali lagi mohon pengertiannya jika sebulan belakangan ini aku jarang up. Pikiran aku belum fokus buat menulis. Aku sedang melewati masa-masa tersulit dalam hidup aku. Harus belajar hidup tanpa mama. Aku harus kuat demi kedua anakku.
Semoga kalian semua selalu diberikan kesehatan dan kemudahan rejeki dari Tuhan....
With Love
Vivi