Download App
1.72% Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 16: Berhati-hatilah Sedikit

Chapter 16: Berhati-hatilah Sedikit

Editor: Wave Literature

Setelah makan, mandi dan bersih-bersih, Zhu Haimei kemudian berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur. Ia mulai menghitung uangnya dan menghela nafas saat mengetahui bahwa hasil dari kerja kerasnya selama beberapa hari ini hanya tersisa 20 yuan. Ini sama halnya dengan ia menghasilkan uang sebanyak 3-4 yuan dalam sehari dari berjualan selama beberapa hari ini. Mencari uang benar-benar sulit. Eh, tetapi sepertinya ia sudah sedikit kurus. Lemak di perutnya sudah berkurang banyak. 

Zhu Haimei lalu melompat turun dari tempat tidur untuk mengambil cermin dan melihat pantulan dirinya di cermin. Kenapa semakin dilihat, ia semakin merasa kalau dirinya semakin kurus? Mungkin itu juga karena peran psikologisnya yang ingin cepat kurus. Padahal waktu ia membeli beras, ia sempat menimbang berat badannya dan beratnya masih sekitar 77.5 kilogram. Kalau dilihat dari tinggi badannya, Zhu Haimei harus menurunkan berat badannya hingga mencapai berat 50 kilogram. "Ya Tuhan, kapan berat badanku bisa turun sebanyak 25 kilogram?" Tanyanya sambil tersenyum pahit. 

Hari-hari setelah itu, masih dilalui Zhu Haimei dengan sibuk seperti sebelumnya. Jika besoknya ada 'hari pasar' di desa, Zhu Haimei akan punya waktu luang dan bersantai sepanjang sore, karena tidak perlu berbelanja ke pasar besar. Dan waktu luangnya biasa ia habiskan dengan duduk di sebuah kursi santai yang ada di pinggir sumur. Ia sengaja meletakkan kursi itu di sana, karena di sana sangat sejuk. Zhu Haimei bisanya akan duduk-duduk santai sambil menikmati secangkir teh daun teratai seraya membaca dua novel yang dibelinya di sebuah toko buku tua. Terkadang ia juga menikmati waktu luangnya dengan berlatih yoga, dan meregangkan otot-otot dan tulangnya. Hidupnya kini menjadi sangat nyaman. 

Meskipun bisnisnya setiap hari sangat ramai, tetapi Zhu Haimei masih tetap menyediakan tiga baskom nasi, delapan baskom lauk, dan satu ember besar sup gratis seperti biasanya. Dengan total biaya pembuatan makanannya yang tetap bertahan di angka 15 sampai 20 yuan, Zhu Haimei biasanya mendapatkan untung bersih sebanyak 20-30 yuan. 

Ada banyak orang yang sering kecewa saat datang terlambat dan tidak bisa membeli makanannya, tetapi Zhu Haimei tak punya pilihan lain karena ia tidak mampu untuk menambah porsi dagangannya. Selain itu, ia juga tidak ingin bekerja terlalu lelah. 

Hal yang paling membuatnya bahagia sekarang adalah, badannya yang gemuk itu sudah agak kurus. Berat badannya sekarang sudah mencapai angka 70 kilogram, dan itu membuat pakaian sang pemilik tubuh asli mulai longgar saat ia kenakan. Zhu Haimei harus berusaha mempertahankan ini dengan baik agar pada musim panas mendatang, ia bisa mengenakan gaun yang indah. 

Setelah makan dan bersih-bersih, Zhu Haimei bergegas pulang dengan membawa semangka besar yang sudah dibelinya. Ia sangat bersemangat untuk pulang, karena sprei tempat tidurnya perlu dicuci, kamar mandi di rumahnya juga perlu dibersihkan. Ia juga sudah lama tidak melihat ladang sayurnya. Selain itu, setiap kali ia memikirkan bahwa di dalam tabungannya sudah terkumpul uang sebanyak dua ratus yuan, ia menjadi sangat percaya diri dan bersemangat. Jika Shen Dongyuan kelak tiba-tiba mengusirnya dari rumah, ia tidak perlu takut tidak punya tempat tinggal. 

Hanya saja, cuacanya semakin lama semakin panas, dan berjalan di cuaca terik seperti ini sangatlah melelahkan. Meskipun Zhu Haimei sudah memakai topi jerami, tetapi kulit wajah dan tubuhnya tetap saja terbakar oleh sinar matahari. 

Sesampainya di ladang sayuran, Zhu Haimei mendapati bahwa sayurannya tumbuh dengan sangat baik. Terong-terong kecil itu sudah memanjang, paprika hijaunya juga sudah berkembang, serta bok choy kecilnya juga sudah tumbuh dengan baik. Namun saat Zhu Haimei melihat rumput liar yang juga tumbuh semakin lebat, Ia pun memutuskan untuk mencabuti rumput-rumput liar tersebut. Setelah itu, ia akan mulai memanen bok choy sebanyak 1-2 kilogram. Alangkah baiknya jika ada yang menjual jamur shitake di sini, jadi ia bisa memasak xianggu youcai (tumis bok choy dan jamur). Sayangnya, di sini sangat sulit untuk mendapatkan jamur shitake. 

Sesampainya di rumah, Zhu Haimei lalu membuka pintu dengan membawa bok choy di tangannya. Betapa kagetnya ia saat mengetahui kalau Shen Dongyuan ada di rumah. 

"Sudah pulang ya?" Sapa Shen Dongyuan. 

"Kenapa hari ini kamu ada di rumah?" Tanya Zhu Haimei sambil meletakkan bok choy di dapur. Ia kemudian merendam semangka di dalam air dingin. Sejak pesta makan malam bersama hari itu, hubungan mereka benar-benar mengalami banyak peningkatan. Shen Dongyuan tak lagi punya alasan untuk cemberut pada Zhu Haimei. Meskipun mereka tidak terlalu banyak bicara, tetapi setidaknya mereka tidak bertengkar. 

"Hmm, aku mau makan siang di rumah." Jawab Shen Dongyuan. Lalu Zhu Haimei pun teringat bahwa saat dirinya pulang tadi malam, ia membawa makanan yang ia letakkan di dapur. Shen Dongyuan tidak berpikir kalau Zhu Haimei sengaja memberikan makanan itu untuknya kan? Lupakan sajalah, lebih baik aku diam daripada suasananya berubah menjadi canggung, pikir Zhu Haimei. 

"Ini untukmu." Tiba-tiba Shen Dongyuan menyerahkan sesuatu. 

"Apa ini?" Tanya Zhu Haimei sembari menerima pemberian Shen Dongyuan. Zhu Haimei merasa terkejut setelah melihat tulisan Kupon Kain. Ternyata kupon kain itu bentuknya seperti ini ya, pikir Zhu Haimei. "Berapa harganya?" Tanya Zhu Haimei yang hendak mengeluarkan uang. 

Shen Dongyuan pun segera menjawabnya. "Kamu tidak perlu membayarnya, ini gratis." Mendengar ucapan Shen Dongyuan barusan, Zhu Haimei pun berterima kasih padanya. Ia tidak peduli dari mana Shen Dongyuan mendapatkannya, lagipula Shen Dongyuan adalah suaminya. 

Saat Shen Dongyuan ingin membalas ucapan terima kasih Zhu Haimei, perempuan itu sudah terlebih dahulu membalikkan badannya dan pergi. Tidak lama kemudian, ia bisa mendengar tawa senang dari dalam kamar Zhu Haimei. Shen Dongyuan tanpa sadar juga ikut tersenyum mendengarnya. 

Ketika Shen Dongyuan mengambil bajunya karena ingin pergi ke luar, tiba-tiba ia mendengar suara ceria Zhu Haimei yang menanyakan apakah ia punya baju kotor yang perlu dicuci. Shen Dongyuan pun terdiam sesaat saat melihat wajah Zhu Haimei yang sedang tersenyum. Akhir-akhir ini berat badan wanita itu berkurang sangat banyak, meskipun wajahnya masih terlihat gemuk, tetapi pipinya sudah terlihat sedikit lebih tirus. 

Zhu Haimei takut Shen Dongyuan menjadi salah paham karena lelaki itu terdiam cukup lama. "Aku tidak punya maksud lain, aku hanya ingin membalas budi saja." Jelas Zhu Haimei. 

Ia bahkan tahu cara menggunakan kata 'membalas budi' ini, pikir Shen Dongyuan. Ia lalu menjawab, "Tidak ada, lain kali saja. Aku pergi dulu." Namun Zhu Haimei kembali berkata, "Jika ada kupon lain, bisakah kamu mendapatkannya untukku?" Shen Dongyuan pun membalikkan badannya dengan terkejut. "Kamu masih butuh kupon untuk apa?" Tanyanya. "Kupon untuk membeli sepeda, televisi, dan sebagainya." 

Mendengar itu, wajah Shen Dongyuan pun berubah menjadi menyeramkan. "Gajiku selama sebulan tidak cukup untuk membeli barang-barang seperti itu." Zhu Haimei lalu menghela nafas dalam hati. Ia pikir hubungan mereka bisa mengalami sedikit peningkatan, tetapi ternyata di dalam pikiran Shen Dongyuan, Zhu Haimei masih sama seperti sebelumnya. "Tenang saja, aku akan menggunakan uangku sendiri." 

"Bukan itu maksudku." Jawab Shen Dongyuan dengan nada marah lalu pergi keluar. Zhu Haimei pun berteriak dari dalam rumah. "Makan malam lah di rumah, ada semangka." Tetapi tak terdengar jawaban apapun. 

Kejadian barusan sama sekali tidak mempengaruhi suasana hati Zhu Haimei yang sedang baik. Lagi pula, ia tidak peduli apakah Shen Dongyuan membalas ucapannya atau tidak, yang penting ia sudah mengucapkan terima kasih. Dengan adanya kupon ini, ia akhirnya bisa membeli kain untuk membuat baju. Dan saat memikirkan itu, ia hampir melompat kegirangan. 

Saat sedang mencuci baju, Shen Dongyuan pulang lagi. Namun lelaki itu langsung memalingkan wajahnya saat melihat Zhu Haimei hanya mengenakan kaos dalam tanpa lengan yang bergambar dua sayap putih di atasnya. Shen Dongyuan lalu berkata, "Wu Tianlei bilang nanti malam ingin mengundang kita untuk makan. Ia menyuruh kita untuk pergi bersama ke sana, jadi jangan masak untuk nanti malam." 

Zhu Haimei yang tidak merasa malu sedikitpun kemudian menjawab. "Kalau begitu, aku harus membawa apa kesana?" 

"Tidak perlu membawa apa-apa. Bagaimana kalau kamu kesana untuk membantu mereka menyiapkan makanan?" Saran Shen Dongyuan. 

"Baiklah." Jawab Zhu Haimei. "Bagaimana kalau aku membawa semangkanya ke sana?" Imbuhnya. 

Shen Dongyuan menyetujuinya lalu berpamitan, tetapi sebelum keluar dari pintu ia kembali berkata, "Meskipun di rumah, kamu harus berhati-hati sedikit." 

Zhu Haimei bingung dengan ucapan Shen Dongyuan barusan. Memangnya apa yang harus diwaspadai di rumah? Setelah berpikir lama, ia baru mengerti bahwa yang dimaksud Shen Dongyuan adalah tentang kaos dalam yang sedang ia kenakan. Benar-benar ketinggalan jaman. Di rumah panas sekali, dan di sini tidak ada kipas angin. Kalau tidak mengenakan ini, kulitnya akan terkena ruam karena keringat. 

Kapan di dalam rumah ini ada kipas angin listrik? Pikir Zhu Haimei. Meskipun ia punya uang, tetapi ia tidak punya keberanian untuk membuka tabungannya. Ia masih harus menabung lebih banyak lagi. 


next chapter

Chapter 17: Membantu

Editor: Wave Literature

Hari ini sepertinya Zhu Haimei tidak mungkin pergi ke kota, karena harus membantu kak Huang untuk menyiapkan makanan. Ia merasa harus membalas kebaikan kak Huang yang terakhir kali juga datang ke rumahnya untuk membantunya memasak. 

Setelah selesai bersih-bersih, Zhu Haimei pun beristirahat sebentar. Setelah melihat jam menunjukkan pukul empat, ia pun bergegas pergi ke rumah kak Huang dengan membawa sebuah semangka. 

Ketika kak Huang tahu bahwa yang datang adalah Zhu Haimei, ia menyambutnya dengan hangat. "Aduh, kamu datang saja aku sudah senang. Kenapa harus repot dengan membawa semangka?" Qiang Qiang yang mendengar ibunya mengatakan semangka, segera berlari menghampiri sang ibu. "Bu, aku ingin makan semangka." Kak Huang yang mendengarnya pun langsung menepuk kepalanya anaknya. "Hei, kenapa kamu begitu tidak sopan, panggil bibi." 

"Bibi!" Panggil Qing Qiang dengan keras. 

Zhu Haimei pun terkejut saat mendengar panggilan tersebut, tetapi ia menyukainya. 

Begitu memasuki rumah kak Huang, ia melihat ada dua meja yang disatukan dan dikelilingi oleh sepuluh kursi lipat. Tampaknya kak Huang mengundang lebih banyak orang daripada waktu makan bersama di rumah Zhu Haimei. Selain itu, ada juga meja kecil dengan empat kursi lipat yang diletakkan di samping meja itu. 

Zhu Haimei lalu mulai menggulung lengan bajunya dan masuk ke dapur. Di salah satu sudut dapur ada sayuran hijau, kentang, terong, kacang panjang, mentimun, cabai, serta bok choy. Semua sayuran tersebut ditanam di ladang sayur kak Huang sendiri. Meskipun jumlahnya sedikit, tetapi masih ada makanan yang dikeringkan, jamur kuping, jamur shitake, dan jamur kuping putih. Sedangkan untuk hidangan dagingnya, ada bacon dan daging ayam. 

Karena kampung halaman Wu Tianlei ada di daerah timur laut Tiongkok, maka tidak heran jika di rumahnya ada banyak makanan kering. 

"Adik, bagaimana kalau aku yang mencuci dan memotong sayurannya, dan kamu yang menjadi koki utama hari ini?" Kata kak Huang sambil tertawa. 

Zhu Haimei pun langsung menjawab. "Baik, kenapa tidak? Berapa banyak orang yang datang hari ini? Aku lihat ada sekitar sepuluh kursi lipat. Apakah makanannya cukup?" 

Kak Huang langsung tertawa mendengarnya. Jika membicarakan masalah jumlah orang yang akan datang, keluarganya cukup memiliki kebanggaan tersendiri. Kenapa? Karena suaminya memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang, jadi tamunya akan memenuhi dua meja tersebut. Mereka semua pasti akan datang jika tidak memiliki acara mendadak. 

Kak Huang lalu menjawab pertanyaan Zhu Haimei dengan jawaban yang sedikit membingungkan. "Saat terakhir kali aku makan di rumahmu, itu adalah saat-saat terbaik dalam hidupku sejak datang ke sini." Dan Zhu Haimei pun tiba-tiba mengerti apa maksudnya. Mereka berkumpul di sini bukan hanya untuk makan-makan, jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan tentang porsi makanan. 

Zhu Haimei lalu segera mengalihkan topik pembicaraan. "Apakah kak Huang punya tepung?" 

"Punya, tepung dan minyaknya aku bawa dari kampung halamanku, jadi silahkan menggunakannya sesuka hati." Jawab kak Huang. 

Tidak lama kemudian, ada orang yang mengetuk pintu rumah kak Huang. Kak Huang pun langsung pergi untuk membukakan pintu. Ia terkejut saat melihat siapa yang datang. "Eh, Chunlan, kamu sudah datang ya, ayo cepat masuk." 

Zhu haimei yang ada di dapur lalu mengintip keluar. "Oh!" Serunya. Ia kenal dengan wanita itu. Ia pernah membuatnya menangis, wanita itu bukanlah orang yang pemberani. Dan benar saja, Chunlan yang merupakan istri Lin Haisheng itu langsung menciut begitu melihat Zhu Haimei. 

Kak Huang lalu segera menarik tangan Chunlan untuk mempersilahkannya masuk. "Dengar-dengar, kamu hamil ya." 

Chunlan pun menundukkan kepalanya dan menjawab dengan malu. "Iya, sudah tiga bulan." 

"Ayo sini, hari ini kamu jangan melakukan apapun. Di sini sudah ada aku dan istri kapten Shen." Kata kak Huang. 

Zhu Haimei pun berjalan mendekati mereka. "Benar, dulu aku yang jahat, jangan dimasukkan ke hati ya. Hari ini aku yang akan memasak makanannya, anggap saja untuk menebus kesalahanku yang dulu." 

Chunlan terkejut mendengarnya dan langsung menoleh pada kak Huang yang sedang menatapnya lalu menganggukkan kepala. Hati Chunlan pun menjadi tenang. 

Sepertinya Chunlan adalah orang yang berkepribadian cukup hangat, bukan seperti kak Huang yang cekatan dan rapi, ataupun Zhong yan yang sangat pintar dalam menjalin hubungan sosial. Hal tersebut membuat Zhu Haimei memiliki prasangka baik padanya. 

Sementara Chunlan menemani Qiang Qiang bermain di luar, Zhu Haimei dan kak Huang sibuk memasak di dapur. Pertama, mereka memasak satu panci tudoudunji (kentang ayam bumbu kecap), kemudian memasak fenzhengmuer (hidangan yang terbuat dari telur dan jamur kuping). Setelah itu, kak Huang merendam banyak jamur kuping lalu mengukusnya. Kemudian ia mengeluarkan kacang dan menggorengnya lalu menyajikannya pada dua piring besar. Sekarang ia sibuk mencampur jamur shitake dengan gula pasir, lalu menyajikannya di baskom. 

Tak lama kemudian, ada seorang wanita yang datang dengan seorang gadis kecil berusia tiga tahun. Kali ini, Zhu Haimei tidak begitu mengenalnya. Kak Huang pun memperkenalkannya. "Ini adalah Guizhi, istri wakil komandan kompi Li Fu An. Saat kamu datang ke sini, ia sedang kembali ke kampung halamannya dengan anaknya. Sekarang, ia sudah kembali ke sini lagi." Guizhi ingin masuk ke dapur dan membantu mereka, tetapi mereka tidak membutuhkan bantuannya. Selain itu, ia juga sedang membawa anaknya. 

Peluit di tempat latihan pun terdengar, tidak lama kemudian mereka mendengar suara sekelompok orang yang naik ke atas. Orang-orang tersebut benar-benar kuat, bahkan suara langkah kaki mereka bisa sampai terdengar dari lantai lima. 

Wu Tianlei lebih dulu masuk ke rumah. "Istriku, harum sekali aroma masakannya." Begitu sampai di dapur dan melihat Zhu Haimei sedang memasak, ia pun menjadi malu. "Haimei, ternyata kamu yang masak ya." Lalu kak Huang datang dan berkata, "Dengan kemampuan memasakku, mana mungkin meja itu bisa dipenuhi dengan masakan? Ini semua berkat bantuan Haimei." 

"Kalau begitu, kamu jangan terlalu kelelahan, Haimei." Kata kak Wu. 

Zhu Haimei pun menjawabnya dengan cepat. "Aku tidak akan kelelahan." Sebenarnya memasak di dapur pada saat cuaca panas seperti ini adalah sebuah siksaan. Belum lagi mereka menggunakan api untuk memanggang, hingga membuat udara di dalam dapur menjadi sangat panas. Akan tetapi terakhir kali ada makan-makan di rumahnya, kak Huang juga ikut membantu. Oleh karena itu, Zhu Haimei harus tetap membantu demi membalas kebaikan kak Huang. Ia lalu dengan tenang menyajikan fenzhengmuer di baskom, kemudian menambahkan beberapa bahan. 

Para tamu pun berdatangan satu per satu dan Shen Dongyuan datang tepat pada saat Zhu Haimei sedang mengeluarkan tudoudunji. Begitu melihat Zhu Haimei mengenakan celemek, Shen Dongyuan pun mengerutkan keningnya. "Kamu yang masak?" Zhu Haimei pun menjawab. "Iya, aku pergi masak dulu." Lalu Zhu Haimei kembali ke dapur. 

Di atas meja kecil, ada buah semangka yang telah dipotong dan salah satu potongannya sudah digigit seseorang. Kalau dilihat-lihat, itu adalah gigitan anak kecil. Shen Dongyuan lalu mengambil satu potong semangka yang masih utuh dan membawanya ke dapur. "Di dalam sini terlalu panas. Makanlah." 

Zhu Haimei terlampau senang saat menerima pemberian Shen Dongyuan barusan, hingga ia ingin berjingkrak kegirangan, tetapi kemudian ia sadar dan mencoba untuk tetap tenang. 'Begitu senangnya kah dirimu, Zhu haimei?' Pikir Haimei. Ia lalu menerima semangka tersebut sambil tersenyum. "Terima kasih." 

Setelah menyerahkan semangka, Shen Dongyuan tidak segera pergi dari dapur, ia menanyakan masakan yang ada di dalam panci. Lalu perasaan senang yang sudah berhasil di pendam Zhu Haimei pun muncul lagi. Pada akhirnya, ia menyuruh Shen Dongyuan untuk segera keluar dari dapur. 

Orang yang datang semakin lama semakin banyak, tetapi Zhu Haimei tetap tak beranjak dari dalam dapur. Setelah itu, ia mendengar suara seorang wanita. "Aduh, ramai sekali ini, aku tidak terlambat datang kan?" Ia sangat mengenali suara itu, itu adalah suara Zhong Yan. 

"Kak Huang, kemampuan memasakmu semakin lama semakin hebat ya, aku sampai bisa mencium aroma masakanmu dari dalam rumahku." Kata Zhong Yan. Mendengar itu, Zhu haimei pun tersenyum pahit. Zhong Yan benar-benar seorang penjilat. 

Kak Huang lalu menjawabnya dengan tertawa kecil. "Jangan begitu, istri Kapten Shen lah yang membantuku memasak semua ini." 

Kali ini, ia tidak mendengar suara Zhong Yan melainkan suara orang lain. "Masakan istri Kapten Shen sekarang sudah terkenal enak di seluruh daerah militer ini. Hari ini ternyata kita punya keberuntungan yang baik untuk bisa memakannya. Tapi yang paling beruntung tentu saja Kapten Shen, iya kan kapten Shen?" 

"Tentu saja." Jawab Kapten Shen dengan bangga. Dan saat mendengar itu, Zhu Haimei mengumpat dalam hati. 

Zhu Haimei kemudian mendengar Zhong Yan kembali angkat bicara. "Aduh, ternyata istri kapten Shen menjadi sangat baik hingga orang-orang memujinya. Aku akan pergi ke dapur untuk melihat apa ada yang bisa aku bantu. Tidak baik jika hanya menunggu makanan seperti ini." 

Tetapi Kak Huang dengan cepat menariknya. "Jangan, Guru Zhong. Kamu adalah seorang guru. Di dapur juga sudah ada aku dan Haimei, kamu duduk saja di sini untuk menemani Chunlan dan Guizhi." 

Zhong Yan pun memanfaatkan hal itu untuk kembali ke tempat duduknya. 


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C16
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT