Saat tiba di kamar hotel meri, andre membantu kekasihnya itu membereskan semua barang bawaannya. Mereka kemudian mengetuk pintu kamar hotel di sebelahnya. Tak lama sosok jackob muncul dengan raut muka masam melihat andre yang sudah memegang koper dan tas bawaan meri.
"Aku akan tinggal di apartemen andre untuk sementara waktu, sampai kakakku datang menjemputku"
"aku tidak terlalu bisa percaya pada kekasihmu itu" jawab jackob sinis
"bukankah seharusnya aku yang mengatakan itu" balas andre dengan tatapan tajam penuh emosi yang tertahan.
"aku sudah mengabari kakakku dan mereka setuju. Aku awalnya ingin membawamu tinggal bersama tapi rasanya tidak mungkin" meri menunduk lemah merasa bersalah meninggalkan jackob begitu saja seakan dia tidak berharga lagi.
"aku tidak akan tinggal bersamanya sekalipun kau meminta" ujar jackob masih menatap andre dengan tatapan tidak suka.
"itu bagus jika kau tahu diri" balas andre sambil menatap jackob dengan senyum menghina di bibirnya.
"andre, bisakah kau lebih ramah"
Mendengar meri memarahi andre membuat suasana hati jackob sedikit terhibur sebelum akhirnya di patahkan.
"bang jack, bisakah kau tidak memancing emosinya? Kalian seperti anak kecil saat ini. Kakakku akan datang lusa, dan aku akan memintanya menjemputmu di sini. Kita akan ke Los Angeles hari itu juga dan kembali pada minggu sore apa kau bisa ikut?" tanya meri.
" tentu, tapi aku berharap tidak semobil dengannya" ujar jackob sambil melemparkan pandangan nya ke arah andre.
Andre sudah enggan meladeni jackob, dia akan berbaik hati karena jackob membantu meri menjalankan rencananya. Walaupun nampak nyata raut ketidaksetujuan di wajah pria itu.
Meri kemudian berpamitan kepada jackob dan berjanji akan mengajaknya berkeliling lagi jika mereka bertemu kembali saat setelah rencana meri berhasil.
Andre ingin menentang perkataan meri, namun melihat perjuangan meri dan jackob untuk bisa sampai pada titik ini, dia mengurungkan niatnya. Dia juga tidak ingin berterimakasih saat ini karena mereka akan bertemu lagi dua hari ke depan jadi memilih untuk diam saja.
Andre membawa koper meri ke dalam kamarnya, mereka bekerja sama dengan baik dalam menyusun pakaian meri ke dalam lemari yang sama dimana pakaian andre tersusun rapi. Mereka merasa sangat senang membayangkan dalam tiga hari ke depan, mereka akan menjadi pasangan suami istri. Yang mereka tidak ketahui adalah, rido bersedia membantu asal andre menandatangi perjanjian pra nikah.
Rido berdebat dengan randy karena dia tidak ingin melepas adik kesayangannya itu begitu saja. Dia akan menjamin bahwa kehidupan adiknya akan bahagia dan terjauh dari masalah yang mungkin akan muncul karena pernikahannya yang di rahasiakan.
Randy mempertimbangankan semua persyaratan yang di berikan rido dengan seksama. Tak ingin jika adiknya mengetahui itu dan menjadi masalah di antara mereka. Setelah mempertimbangkan semua syarat itu, randy setuju dan mereka akan berangkat besok malam.
Hanya rafa, ayah dan ibu meri yang tidak mengetahui rencana itu. Rafa terlalu sulit di ajak bekerja sama untuk saat ini, jadi mereka memutuskan akan memberitahunya perlahan setelah pernikahan itu terjadi. Randy adalah kakak sulung dari rafa dan menjadi pengambil keputusan untuk kehidupan adiknya itu, namun setelah beranjak dewasa, rafa tumbuh menjadi sosok mandiri dan keras. Dia hanya akan melembut jika itu untuk ayah atau ibunya.
Di apartemen andre, meri mengambil pakaian mandinya karena merasa gerah dan hanya mandi pada subuh hari ketika akan pergi mencari andre.
"apa kau akan mandi malam? Itu tidak baik" tegur andre melihat meri membawa pakaian mandinya ke arah pintu kamar mandi.
"iya, aku harus mulai terbiasa. Ini akan lebih sering terjadi sesudah menikah" jawab meri dan melemparkan senyuman menggoda kepada pria yang sibuk dengan berkas di tangannya.
"ah ya, kau benar" sebuah garis melengkung ke atas terbentuk di bibir andre membayangkan adegan panas yang akan mereka lakukan di malam hari.
Dia kemudian fokus membaca laporan di tangannya hingga tidak menyadari meri sudah berada di belakangnya dengan piyama yang menutupi tubuhnya.
Meri menuju bar mini yang tak jauh dari meja kerja andre, dia membuatkan kopi untuk kekasihnya itu. Meletakkannya di meja kerja andre.
"kau terlihat sangat sibuk" ujar meri dari arah belakang andre
"Mmm, ini laporan dari proyek yang aku tangani. Deadlinenya minggu depan" jawab andre masih fokus dengan pekerjaannya.
"aku membuatkan kopi, itu akan membantu jika kau ingin begadang. Aku akan tidur lebih dulu" meri melangkah menuju kamar dan menghempaskan tubuhnya di kasur empuk itu.
Meri terlalu lelah setelah menunggu andre di depan kantornya selama dua jam dan kembali ke apartemen menunggu hingga sore. Rasa lelah yang menyelimutinya membuat gadis itu dengan cepat terlelap.
Saat andre selesai dengan pekerjaannya, itu sudah pukul satu dini hari waktu omaha. Dia menatap wanitanya itu tidur seperti bayi mungil dengan memeluk bantal guling. Dia baru sadar betapa dia sangat merindukan meri setelah 12 hari tak melihat wajahnya.
Andre berbaring di samping meri dan menyingkirkan bantal yang dipeluk meri, dia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Entah dalam keadaan sadar atau karena mimpi, meri memeluk pinggang andre dan membenamkan wajahnya di dada pria itu.
Andre melihat bekas luka jahitan yang berada di kening meri karena peristiwa naas yang menimpanya dulu. Rasanya ia masih tidak percaya wanita di pelukannya ini bermurah hati dan melepaskan pria yang hampir saja membuatnya mati konyol.
Sambil terus mengelus lembut rambut meri yang mulai memanjang dari saat dia bertemu terakhir kali, andre sesekali mencium lembut puncak kepala gadis itu. Dia merasa ada alasan baginya untuk bisa berjuang dalam karirnya mulai saat ini.
Wanita yang sedari dulu membuatnya hampir gila karena tak bisa memalingkan pandangannya kepada wanita lain itu, kini berada di pelukannya dan hanya menghitung hari sampai dia benar-benar akan memilikinya seutuhnya.
Tak perduli seberapa berat rintangan yang akan dia lewati karena menikahi putri dari seorang wanita yang begitu membenci ayahnya, dia akan tetap mempertahankan wanitanya itu agar tetap berada di sisinya. Dia bahkan akan melawan siapa saja yang menentang hubungan mereka nantinya. Karena wanita yang dicintainya ini, pantas untuk diperjuangkan.
Wanita dengan kelembutan hati dan kedewasaan yang jauh dari usianya, tekad yang bulat serta pribadi menarik dengan keramahan dan selalu menjaga perasaan orang di sekitarnya, membuat andre bahkan siap mengorbankan apapun untuk bisa memilikinya bahkan jika dia harus melepaskan identitasnya sebagai putra pebisnis kaya raya.
Andre bahkan telah menunggu saat seperti ini selama tiga tahun dan harus merasakan pil kekecewaan saat melihat meri memilih ilham yang saat itu sahabatnya sebagai pasangannya. Andre memang belum mengetahui jika meri melakukan itu untuk menjaganya tetap dekat dan berada di sisi nya.
Andre tertidur dengan perasaan damai setelah satu minggu tak mendapatkan waktu tidur yang cukup karena memikirkan meri yang selalu dekat dengan jackob. Mereka tidur dengan posisi saling berpelukan dan tak ingin melepaskan hingga matahari mulai muncul menyinari kamar mereka.
Meri terbangun dengan masih dalam keadaan andre memeluknya. Dia menatap sejenak pria yang tidur disampingnya itu sebelum di kejutkan dengan jam di meja nakas yang sudah menunjukkan pukul tujuh.
"andre, bangun" meri menggoyangkan tubuh andre agar terbangun. Tapi tak ada jawaban sama sekali. "dasar bangor, tukang tidur. Andre bangun. Kau akan terlambat bekerja" ujar meri berusaha membangunkan andre.
Andre tak menjawab dengan ucapan, hanya menarik meri dan mengeratkan pelukannya, kemudian menutupi mereka berdua dengan selimut.
"apa yang kau lakukan" protes meri dengan nafas terengah-engah setelah mendapatkan ciuman panas dari andre.
Meri menyingkap selimut dan mendapati andre yang tersenyum nakal ke arahnya.
"jangan coba-coba, ini sudah terlambat. Sudah jam tujuh" meri mencoba memperingati andre yang sepertinya tak ingin melepaskan pelukannya.
"aku sudah menahannya sejak kemarin, apa kau tidak kasihan kepadaku?" goda andre.
Meri kesal melihat andre yang selalu lepas kendali jika bertemu dengannya.
"kau melakukannya dengan baik kemarin, jadi lakukan lagi sampai tiga hari ke depan" ujar meri memberi semangat dengan senyuman dan pukulan lembut di dada andre.
"aku sudah tidak bisa lagi menunggu selama itu. Bisakah hari ini" rengek andre yang mulai merangsek membenamkan wajahnya di dada meri.
"kau ini, mengapa susah sekali mengendalikan nafsu mu itu. Aku tidak yakin kau hanya mencium mantan mu dulu" kata meri dengan nada curiga.
Andre langsung bangkit dari tidurnya, dia bergegas ke kamar mandi tanpa memperdulikan tatapan meri yang penuh selidik.
Meri merasa lega akhirnya si tukang tidur itu bangun hanya dengan menyebutkan kata mantan dan seketika seperti ada api di tempat ia berbaring.
'tapi apa dia menghindari membahas itu karena dia memang melakukannya?' batin meri.
Meri bangkit dan merapikan tempat tidur, dia kemudian mengeluarkan pakaian yang akan di pakai andre ke kantor dan segera ke dapur untuk membuat sarapan seadanya.
Andre keluar kamar tepat ketika meri selesai membuat sandwich dengan isian telur, selada dan irisan tomat serta keju. Mereka sarapan berdua dengan tenang di temani segelas susu murni yang diperoleh meri dari dalam kulkas. Rasanya menyenangkan melihat mereka duduk berdua tanpa saling berbicara dan hanya menatap satu sama lain.
Andre berangkat bekerja dengan perasaan berbunga-bunga ketika meri mencium punggung tangan kanannya dan andre membalas dengan mencium keningnya. 'dia selalu saja menggemaskan' batin andre yang kemudian keluar dari apartemen menuju berkshire.