Download App
48.7% JANJI / Chapter 94: apa kau membenciku?

Chapter 94: apa kau membenciku?

sebulan berlalu, dunia ilham berputar di sekitar meri dan junior. Tak ada waktu terlewat tanpa kedua harta berharga yang di ilikinya itu. kini di pagi hari yang dingin, ilham mengantar keduanya ke bandara untuk kembali ke Indonesia. walau bagaimanapun, mereka belum menikah dan ilham akan menjemput mereka dengan cara yang semestinya.

kejadian saat ia memaksa agar meri tinggal bersamanya tak akan ia ulangi lagi. dia akan menyambut wanitanya itu dengan anggun dan berkelas tanpa merendahkan kehormatan meri ataupun keluarganya.

hanya dengan memikirkan wanita di sampingnya tak akan lama lagi menjadi miliknya membuat sebuah senyum tersimpul di sudut bibirnya. Dia juga akan menjadi suami dan ayah hanya dngan melakukan satu prosesi di altar pernikahan. tak akan lama lagi.

"dadi akan menyusul kalian. ada berkas yang harus dadi selesaikan dulu. jadilah anak baik dan pastikan tidur siangmu cukup oke" ilham memberi wejangan kepada junior sebelum melepaskan jagoannya itu masuk ke bandara.

"siap dadi. aku juga akan menjaga ibu di sana"

"anak pintar"

ilham mengacak rambut junior yang tidak terlalu panjang itu sebagai bentuk rasa sayang yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.

"tunggu aku. mungkin akan memakan waktu hingga dua bulan, proyek ini sangat penting jadi bersenang-senanglah di sana. aku juga akan mengurus berkasmu untuk bisa mengambil spesialis bedah di universitasku dulu"

"Mmm, terimakasih"

"kau terlalu manis hari ini" goda ilham, mendengar meri mengucapkan terimakasih kepadanya.

seberapa baikpun sikap ilham di masalalu, meri sangat sulit mengucapkan kata terimakasih kepadanya. dia hanya akan menerima senyuman saat melakukan suatu hal yang baik untuk menyenangkan meri. bahkan sebuah pelukan terasa sangat langka untuk bisa ia dapatkan.

selama satu bulan berada di bawah atap dan dinding yang sama. mereka hanya berpelukan saat malam pertama bertemu. setelah itu, ilham hanya bisa memegang tangannya tanpa berani melakukan hal lebih seperti saat ia menculik meri beberapa tahun silam.

rasa sabar menunggu waktu saat ia akan memiliki wanita di hadapannya itu membuatnya bertahan untuk tak melanggar batas kesopanan. dia masih bisa menunggu lebih lama lagi jika itu di perlukan. Di usianya yang ke 28 tahun, menjaga diri dari wanita liar yang menggodanya adalah hal mudah baginya. hanya menghindari meri yang memerlukan pengendalian diri yang besar hingga ia harus menjaga agar saat bersama meri, setidaknya ada seseorang yang bersamanya agar ia merasa selalu di awasi.

ilham besar di negara barat dengan budaya bercumbu di halayak ramai bukanlah sesuatu yang tabu. Tetapi dia adalah ikan di lautan, bebas berbaur dengan asinnya air tapi menjaga kulitnya tetap tawar. Dia menghormati norma-norma yang sejak kecil ia dengarkan dari orang tua asuhnya.

saat musim libur tiba, ilham di waktu kecilnya akan menghabiskan waktu di rumah paman dan bibinya yang merupakan teman dekat ibunya. Ia jarang menghabiskan liburan dengan bersenang-senang dan lebih memikih menjalin ke akraban dengan teman-teman ibunya. Hanya saat di Los Angeles, ia lupa menghabiskan waktu liburan dengan keluarga angkatnya karena tidak tega meninggalkan meri dan berlibur sendiri.

Di masa sekarang, ia lagi-lagi harus bisa hidup berjauhan dengan wanita itu karena kendala jarak dan pekerjaan.

Meri tiba di kediaman ibunya setelah menempuh perjalanan yang begitu melelahkan. Seluruh keluarga meri bersorak gembira terutama kakak iparnya sima. Wanita itu gembira karena akhirnya bisa melihat junior lagi. setelah tiga tahun usia pernikahannya bersama randy, mereka belum juga di karunia momongan. itulah sebabnya, junior seperti obat bagi kerinduan yang meliputi pasangan itu.

"junior, ikut dengan bibi sima ya? ibu lelah dan ingin beristirahat di kamar. tidak masalahkan?" bukan karena ia benar-benar lelah, meri hanya ingin memberi kakak iparnya itu merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu.

"tidak masalah. junior bisa bermain sama bibi. oke" sima tampak bergembira dengan pengertian dari meri.

"oke"

Ayah dan ibu meri tak kalah bahagia melihat meri yang sangat muda kini menjadi begitu dewasa. Usianya baru 22 tahun dan pemikirannya sudah jauh dari usianya itu. masalah demi masalah yang menimpanya seakan menempa pemikiran dan sikapnya sehingga tetap tenang saat mengalami masalah baru.

Ayah meri sempat merasa khawatir dengan reaksi meri ketika berhasil mengingat bagaimana ia dan andre bertengkar hingga mengakibatkan anaknya meninggal. Di luar dugaan meri tetap tenang.

***flashback***

Hari itu, meri duduk di sofa ruang tamu bersama ayah dan ibunya menunggu kepulangan andre. Meri berhasil mengembalikan ingatannya setelah setahun perjuangannya melakukan perawatan psikolog dengan bantuan hypnotherapy. Orang tuanya duduk dengan gelisah melihat meri yang sudah tak sabar menunggu kepulangan andre.

Suara pintu terbuka membuat suasana semakin menegang. atmosfir di ruangan itu menjadi berbeda dari biasanya.

"kau sudah pulang? kemari, duduklah di sini. ada yang ingin aku bicarakan" meri memanggil andre duduk di hadapannya.

Ketegangan di wajah kedua mertuanya itu seakan memberi gambaran bagi andre untuk menilai situasi bahwa hal buruk terjadi. Tak ingin terlalu cepat menyimpulkan, andre duduk di kursi seberang tempat meri duduk menatapnya.

"apa terjadi sesuatu?" tanya andre tenang melihat perubahan ekspresi di wajah tiga orang di hadapannya.

"ku rasa sesuatu itu sudah lama terjadi" jawab meri ambigu

pernyataan itu dapat di tangkap jelas oleh andre. Maksud kalimat meri di tambah ekspresi tidak senang di wajahnya menguatkan kesimpulannya bahwa meri sudah mengingat kejadian masa lalu yang melibatkannya.

"Lalu apa yang ingin kau bicarakan?" pancing andre. dia harus tetap berhati-hati agar tak mengungkap sesuatu yang hanya akan memperburuk situasi.

sejak beberapa bulan, meri sudah mengatakan beberapa hal yang ia ingat mengenainya di masa lalu, tapi ingatannya masih berupa serpihan yang tersebar dan tidak runtut. ia merasa masih harus mencari benang merah keterikatan antara potongan-potongan puzzle dalam ingatannya.

Andre sangat mengerti mengapa ingatan itu terpotong, itu karena meri hanya berusaha mengingat masa lalu bersamanya dan melupakan masa lalu bersama ilham. Dia harus meningat ilham untuk bisa menyatukan kepingan-kepingan kisah mereka.

Seperti apa yang di katakan dokternya, semua ingatannya tergantung seberapa besar kegigihan meri untuk mengembalikan memori itu. Sejak awal, meri hanya berniat mengenang kisahnya bersama andre karena itu segala hal yang muncul dalam ingatannya hanya sebatas andre.

"aku ingat kau pergi meninggalkanku di bandara saat kau ke beijing. kau menitipkanku pada seseorang, siapa orang itu?"

"dia kakakku"

"kakak?"

Meri terkejut mengetahui ia begitu dekat dengan kakak suaminya padahal belu m pernah bertemu sebelumnya. Tentu saja ia merasa hal itu karena meri bahkan tak mengingat kejadian saat andre mengatakan kepada ilham mengenai statusnya saat berada di paris. kejadian itu terpotong hingga tampak membingungkan bagi meri.

Di sisi lain ayah dan ibu meri semakin khawatir mendengar betapa jujurnya andre menjawab pertanyaan meri.

"Mmm, dia kakakku. aku memintanya menjagamu selama aku tidak berada di cambridge"

"Saat kau kembali, aku ingat kita bertengkar hebat. wajahku tampak emosi dan melempar kertas ke wajahmu dengan keras. apa masalahnya dan kertas apa itu?" tanya meri.

"itu karena aku meninggalkanmu selama berbulan-bulan dan kertas itu berisi pengalihan propertiku atas namamu" andre menahan informasi mengenai surat cerai yang ia kirimkan.

"mengapa memotong informasimu?"

perkataan meri menyambar otak andre yang sedari tadi bersikap santai. Dia akhirnya tahu jika meri benar-benar ingat semua percakapannya. sejak awal meri hanya ingin memastikan apa andre akan berbohong atau tidak. Dia hanya tak mengingat orang lain dan berhasil setiap menit kebersamaan mereka.

"jika kau sudah mengingatnya, mengapa bertanya padaku"

"aku hanya ingin tahu niatmu berbohong dan menutupi kenyataan selama ini. hanya ingin memastikan itu karena cinta, rasa iba atau rasa bersalah" ujar meri.

"ibu, ayah. bisakah kami bicara berdua saja"

orang tua meri berdiri menjauh ke ruangan lain dan hanya bisa melihat ekspresi dan sikap keduanya. mereka cemas meri akan mengamuk tapi tak di sangka sikap meri sangat tenang.

"ketiganya benar" jawab andre. "aku mencintaimu itu benar walau dengan cara berbeda dari orang biasanya. rasa iba itu juga benar karena melihat kondisimu saat siuman dan hanya bisa mengingatku. Yang terpenting ini karena rasa bersalahku. aku bersalah mempermainkanmu sejak awal, aku juga salah membawamu ke dalam lubang masalah, aku salah melewati batasan dengan tidur denganmu hingga membuatmu hamil dan kesalahan terbesarku adalah terlambat mengetahuinya hingga anakku bahkan harus tiada karena ulahku. dari semua alasan yang kau ucapkan, rasa bersalahku yang paling mendominasi"

"kau menarikku ke dalam lubang masalah, itu sejak kapan?" meri merasa perlu mengetahui awal mula andre menjadikannya umpan untuk menjadikannya partner.

"sejak ilham menyukai mu dan saat rian mengejarmu. sejak saat itu, aku merasa kau bisa membantuku dan itu akan menjadi sebuah bantuan untukmu juga di masa depan"

"yang ku ingat dari percakapanku denganmu di sebuah ruangan entah di mana itu, kau berencana menyingkirkan megan dan ayahmu yang bekerja sama. apa itu artinya aku membantumu menghancurkan keduanya?" tebak meri

"mengenai megan, kau bisa menanyakannya langsung kepadanya. dia berada di penjara saat ini. aku akan membawamu menemuinya jika kau mau. dan mengenai menghancurkan ayahku. itu memang benar, tapi itu juga akan membawa keuntungan untuk mu"

"aku tidak merasa memiliki dendam dengannya selain karena dia mertuaku"

"Meri, pria itu menghancurkan hidup ibumu di masalalu. dia juga bisa menghancurkan junior jika kita tidak menghancurkannya lebih dulu. aku hanya bersikap preventif dengan mendeteksi masalah lebih awal dan memilih menyingkirkannya. kau akan berterimakasih karena aku membuka jalan kebahagiaan untukmu dan junior di masa depan"

"kau benar mengenai melindungi junior. tidak butuh di masa depan untuk bisa mengucapkan terimakasihku. aku berterima kasih kau sudah melakukan itu untuk junior walau saat itu kau sendiri tidak tahu jika dia putramu. aku ingat jelas ekspresi terkejut di wajahmu saat aku mengatakan aku hamil anakmu. tapi itu sudah berlalu. aku juga tidak akan menyesali hal itu dan merasa beruntung memilikinya sebagai hasil dari cinta butaku. tapi apa hubungan antara rian dan aku? kami hanya bertemu dua kali seingatku dan tidak bertemu lagi setelah itu. aku bahkan tidak tahu dia masih hidup atau sudah mati"

"apa kau ingat orang yang mengirimu hadiah di hotel saat kita di bali?"

"Mmm, pengagum rahasia itu. tentu saja aku ingat" jawab meri.

"Dia adalah rian. aku menemuinya saat hari terakhir kita di bali. aku membuat kesepakatan dengannya agar tak mengganggumu lagi" andre terdiam sejenak memikirkan kalimat selanjutnya bisa membuat meri mengamuk dan memukulnya seperti saat berada di bali. "aku mengatakan akan membuka jalan untuknya agar bisa mendekatimu jika dia membantuku menghancurkan ayahku"

"tunggu tunggu. kau mengatakan akan membuka jalan untuknya? apa itu artinya saat itu kau tidak memiliki perasaan sama sekali terhadapku?" meri terlihat kesal.

"tentu saja aku menyukaimu. tapi meri, ada orang lain yang lebih pantas untukmu dan itu bukan aku. masa laluku terlalu buruk untuk bisa bersama dengan wanita luar biasa sepertimu"

"siapa? siapa yang menurutmu lebih pantas darinpada kau. andre, aku sudah mengenal banyak laki-laki, selain rasa kagum dengan kedewasaan ilham. hanya kau satu-satunya pria yang menurutku pantas mendampingiku"

"kau harus menemukan orang yang pantas itu dengan hatimu. pikirkan pria seperti apa yang bisa membuatmu nyaman dengan sikap yang tak perlu kau buat-buat. seseorang yang bisa membuatmu bersikap apa adanya" nasehat itu andre tujukan agar meri mengenang ilham yang bisa membuat meri seperti layaknya dirinya ketika di rumah orang tuanya dan saat ia di sisi ilham.

"oke, tapi rian tidak sekuat itu untuk membantumu menghancurkan ayahmu"

"dia memiliki sesuatu yang tak dimiliki orang lain. kepercayaan. dia orang kepercayaan ayah dan kakakku, jadi akan mudah menghancurkan musuh dengan mengenal mereka lebih dekat. musuh dalam selimut itu yang ku maksud"

"kau sendiri duri dalam daging" ejek meri.

"kau benar"

"satu hal lagi. jika waktu bisa di putar, apa kau masih akan memilih mencintaiku seperti ini?" meri penasaran dengan jawaban andre.

"aku masih akan tetap mencintaimu, tapi jika bisa aku akan membuat kau menjadi wanita pertama dalam hidupku dan menjadi yang terakhir. aku akan membuat diriku pantas untuk berada di sampingmu dan mencari cara lain untuk bisa melindungimu dan junior bahkan jika itu dengan nyawaku"

"aku tersentuh. surat cerai itu sudah ku tanda tangani, kita hanya perlu menjaga hubungan baik ini untuk junior. dia masih kecil, tidak akan baik baginya melihat orang tuanya terpisah. jadi tetaplah di sini sampai kau bisa mendapatkan seseorang wanita yang menurutmu pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu bagi junior. aku harap kau memikirkan junior saat memilih pasanganmu"

"tentu saja. meri, apa kau membenciku?"

"sangat. tapi aku juga berterima kasih untuk semuanya. tetaplah di sisiku jika kau merasa bersalah telah memperlakukanku seperti ini"

"aku sungguh minta maaf"

"sudah ku maafkan"

***flashback end***


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C94
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login