Bandung, 1975.
Dukkk,,, Dukk,,,, Dukk,,,, Duukkk..
Suara gedukan pintu masuk sebuah bangunan rumah lama dengan sebuah pohon apel di pekarangannya, garasi berisi mobil lawas camri dan juga kendang burung jalak putih itu bergeduk selama kurang lebih lima menit dari lalunya itu. Salah seorang gadis ayu yang memakai baju dress antik itu berada di dalam kamarnya. Dia menunggu waktu tepat sampai saat dirinya bisa membuka gedukan pintu di rumah peninggalan keluarganya yang dihuninya bersama dengan sanak keluarga jauhnya.
Singkat kata keluarganya berada di pedesaan sedangkan dia dan seorang adik yang tidak pernah ditemuinya itu dibawa keluarga jauhnya ke kota, tepat di kota Bandung. Dia yang masih kecil dulunya, bahkan tidak mengerti apa gerangan yang membuat keluarganya membawanya ke kota. Kata si Non Ahni, yang adalah seorang nyonya dimana membesarkannya. Keluarganya membawanya karena dia ingin melihat gadis itu sukses kedepannya.
Tapi saat itu keadaan gadis di dalam rumah titipan yang adalah milik keluarga jauhnya, sedang dalam keadaan yang tidak baik. Dia ada di antara ambang di mana dirinya harus memberikan penjelasan. Bukan seorang rentenir uang dimana dia sedang mengalami hutang. Lebih tepatnya dia sedang dikejar oleh seorang yang memintanya penjelasan.
Karena dirinya sudah diduga menolak salah seorang lelaki tuan muda di masanya saat itu. Dan bukan dengan sebuah kisah biasa. Saat di kotanya itu ada sebuah festival istimewa yang dilakukan demi memperingati hari jadi Kota tersebut. Dan saat itu dia menolak sang tuan muda, dengan halus. Namun, di saat itu tidak terasa jika saat itu ternyata semua yang ada di festival itu mengetahuinya. Dari salah seorang pihak yang masih belum diketahui siapa penyebar kabar itu.
Sedangkan tuan muda itu sudah ditolak, dia pun dengan nekat tidak pulang ke rumahnya selama kurun waktu yang bahkan gadis itu tidak ketahui. Dia menghilang, sampai-sampai pihak keluarga tuan muda itu pun menghubungi rumah gadis ini dengan maksud meminta penjelasan akan bagaimana bisa dia sudah mempermalukan anak mereka, si tuan muda ini di tengah-tengah kebahagian utopia kota yang sedang merayakan hari jadinya.
Gadis itu masih belum bisa membuka pintu itu. Dan dia pun punya sebuah jalan pintas, karena rumahnya itu bertetangga dengan pemilik media massa koran harian yang selama ini dikenal di kota itu. Dia pun beranjak meminta tolong Mbok Sarti untuk menelfon tetangganya, alih-alih pergi ke rumahnya agar gedukan pintu itu bisa diatasi. Hanya itu saja harapan dari gadis itu. Dia tau hari ini dia tidak bisa membuka gedukan pintu itu dan memberi penjelasan. Tapi setidaknya dia akan mengatur waktu agar dia bisa bicara dengan salah pihak keluarga tuan muda. Supaya namanya tidak tercoreng.
Mbok Sarti yang sudah mendengar utusan dari majikannya itupun langsung saja menelfon rumah Nyonya Ramdani dan akhirnya setelah beberapa lama menunggu. Tuan besar Ramdani datang dengan mengatakan agar tidak lagi menggeduk pintu rumah milik Nyonya Tatik, si pemilik besar dari rumah yang ditinggali gadis ini semenjak dia masih kecil. Tidak terasa setelah terdengar beberapa percakapan di luar itu, yang didengar oleh gadis ini.
Ternyata tidak menunggu beberapa lama, kegaduhan di luar pun selesai. Setelah itu Tuan besar Ramdani yang sudah megerti gerangan dari pembicaraan sebelumnya oleh pihak yang datang ke rumah si gadis ini pun mengatakan kepada gadis ini. Ketika dirinya keluar dari persembunyiannya untuk mengatakan terimakasih ke tetangganya, atas bantuannya sudah meradakan bibit kecamuk amarah yang menyebabkan saling adu mulut.
"Neng Kana, ada apa neng? Sepertinya masalah neng dengan Den Insyah hanya sebatas percecokan biasa. Neng, sudah minta maaf ke Den Insyah? Tadi Tuan sempat bicara dengan kalau tidak salah ada tiga orang yang menggeduk pintu rumah Neng Kana. Katanya, mereka minta tolong tanggung jawab dengan harga diri Den Insyah. Apa mereka tidak terima jika Den Insyah itu dekat dan mengatakan suka ke Neng Kana? Lagian kenapa Neng tolak? Kalau boleh ngerti, Neng. Apa yang Neng Kana telaah, sampai menolak Den Insyah?" tanya Tuan besar Ramdani.
"Bukan hal besar, kok Tuan. Hanya saja Neng Kana punya privasi, jadi Neng nggak bisa cerita ke Tuan alasan kenapa Neng menolak Den Insyah. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya, Tuan Ramdani. Saya minta tolong jangan sebar kemana-mana ya dengan kejadian tadi. Saya masuk dulu," ujar gadis itu kemudian dia pun bertutur salam dengan tetangganya itu. Yang mengatakan jika dia senang membantu gadis ini dari bala ancaman.
Walaupun masalahnya sepela, tetap saja gadis ini merasa terbeban dengan bagaimana dirinya harus bertanggung jawab dengan Tuan muda yang ditolaknya ini. Dia punya alasan tepat kenapa dia menolak Tuan muda itu.
******
Bandung, 1974
Semua tau jika seorang pendiri sentra tari sunda memang dilestarikan di kota Bandung. Dan salah satunya mereka bereksistensi di banyak kalangan. Sehingga nama mereka sering didengar serta dikenal. Tidak hanya pendirinya saja yang dikenal tetapi para penari mudanya yang baru naik debut sebagai penari populer di Kawasan kota Bandung itu ternyata juga punya pandangan tersendiri dari rakyat saat itu.
Seperti halnya gadis itu, dia adalah salah seorang penari yang baru saja masuk ke tingkatan atas dari tingkatannya yang tadinya dinilai sebagai penari awam. Gadis itu bernama Anin, dan semuanya mengenalnya karena dia adalah kakak tingkatan tari yang ramah. Sewaktu itu, Anin sudah dikenal banyak kalangan sebagai seorang penari tradisional khas Jawa Barat. Dan begitu pula dengan kehidupan Anin sendiri. Dia sebenarnya adalah salah seorang gadis yang dikatakan menjalankan profesi sebagai penari, karena dia tidak punya pilihan lainnya selain dia suka dengan hobbynya. Ternyata dia ingin memikat hati lelaki yang disukainya.
Lelaki itu adalah seorang anak dari latar belakang keluarga yang terkenal di kota itu. Keluarganya adalah keluarga yang punya sebuah perkebunan tebu, dimana menghasilkan komoditas gula yang bisa disebar ke banyak daerah di Pulau Jawa. Keluarga mereka adalah pengusaha ulung yang terakhir dikabarkan memiliki sebuah organisasi pemerintahan kelola pengusaha dalam kota.
Asal-usul ceritanya sendiri mengapa Anin adalah salah seorang yang menyukai Tuan muda ini selain dari ketampanannya adalah sesuatu hal yang tidak bisa dia mudah bicarakan. Anin menuduh dirinya gila, karena sebenarnya dia dengan Tuan muda ini bertemu saat keadaan yang tidak disengaja. Saat itu Tuan muda senang sekali pergi ke sebuah tempat dekat dengan sentra tari dimana dia sering berada di sana untuk berlatih ataupun juga menjaga sentra tari itu.
Tepatnya ada pada sebuah kedai kopi yang menjual banyak macam makanan jajan serta kopi seduh khas daerah. Dan ternyata di sana adalah salah satu kedai kopi di mana adalah milik keluarga Kana saat itu. Dan Kana sering kalinya pula menjaga kedai di sana, mengingat dia juga mengenal Tuan muda yang memasok gula untuk kedai tersebut.
Singkat cerita awalnya adalah karena lelaki itu pernah salah orang ketika Anin sedang berada di kedai itu untuk membeli sebuah jajan. Anin yang dari belakang terlihat sedang menghadap ke arah meja utama untuk mengambil pesanannya itu dikira sebagai Kana. Saat itu adalah awal pertemuan mereka, tepat lima tahun lalu. Tuan muda itu menepuk Pundak Anin dengan memanggil nama Kana. Hingga akhinya Anin berkata jika dia bukanlah orang yang disebutkan oleh Tuan Muda itu.
Karena pertemuan itu, Anin sering pula mengamati Tuan muda itu sedang ada di dekat kedai kopi yang di mana memakai bangunan Gedung rumahan sehingga Tuan muda itu sering ada di sebuah pekarangannya sedang sesekali memesan kopi di sana. Bahkan sesekali dia juga senang mengamati Tuan muda berbicara dengan Kana, gadis yang pernah dikira sebagai dia saat sebuah pertemuan tidak disengaja itu.
Anin yang saat itu masih berumur 15 tahun saat setahun saat sebelum dia mengenal Tuan Muda ini dari dia sekarang yang sudah menjadi seorang penari matang. Dulunya dia selalu saja menyengajakan agar dia dilirik oleh Tuan muda. Dia sebenarnya punya perasaan setiap melihat Tuan muda di pertemuan pertama itu.
Tapi sayangnya, ternyata Tuan Muda itu jarang sekali meliriknya. Hanya satu , dua kali dia mendapat perhatian dari si Tuan muda ini. Satu saat pertamanya dia meminta maaf salah memanggilnya dan berkenalan untuk pertama kalinya. Dan kedua kalinya saat dia tidak sengaja menyapa saat Tuan Muda itu sesekali sedang dalam perjalanan pulang dari kedai kopi mengarah ke sentra tarinya itu.
Suatu saat dia melihat jika Tuan Muda itu berada di pekarangan kedai kopi itu saat malam harinya. Dia sedang dalam keadaan yang berantakan. Karena itu Anin pun mulai menanyakan kenapa dengan si Tuan muda ini. Dan akhirnya saat itu si Tuan Muda mulai dekat dengannya. Saat Tuan Muda ini mengajaknya pulang, dan dalam perjalanan pulang itu mereka saling bertukar cerita mengenai mengapa Tuan Muda merasa sangat buruk keadaannya kali ini.
"Aku dulu mengenal Kana karena aku salah kepada dia. Jadi, dia susah memaafkan aku. Dulunya aku tidak memperhatikan dia. Dari dia yang dulunya aku salahkan sudah menggangu hidupku. Aku merasa jika Kana menggangu kehidupanku, aku tidak suka setiap orang menilai jika aku punya perasaan ke dia. Sedangkan Kana dulunya terlalu jauh untuk bisa kujadikan sebagai pasanganku. Dan aku pun sekarang mengejarnya karena aku tau setiap orang disekitarku menganggapku salah karena membuat dia seakan tidak pantas buat aku. Aku memang salah ke Kana, dia mulai bisa melupakanku. Tapi aku malah merasa kecewa dengan semua kebetulan ini. Aku ingin Kana bisa tau jika aku sudah salah dengan membuatnya tertarik denganku. Setidaknya aku juga ingin bisa bebas. Tapi aku punya kesalahan dengannya. Yang buat dia bahkan tidak bisa menyukai lelaki lainnya. Aku merasa bersalah," ujar Tuan muda itu saat dia bercerita panjang lebar mengenai Kana.
Sedangkan saat itu Anin mengira jika Kana mungkin sangat egois telah membuat kehidupan Tuan muda itu yang sebenarnya direpotkan. Karena bagaimana bisa Tuan Muda itu yang mengejar Kana di akhirnya karena sebuah cerita jika Tuan Muda itu merasa Kana mengganggunya. Dia masih penasaran, bagaimanakah Kana dulunya menyukai Tuan Muda ini. Apakah dia terlalu obsesi dulunya, atau apakah ada cerita lainnya. Dia pun bertanya kepada Tuan muda itu, apakah yang terjadi di awalnya. Mengapa Tuan Muda itu sudah salah dengan Kana yang tidak diperhatikan itu.
"Lalu, mengapa kamu tidak memperhatikan Kana dulunya? Mengapa kamu menelantarkan Kana? Apakah dulunya kamu punya perasaan ke dia ataukan dia yang punya perasaan ke kamu, Tuan?" tanya Anin.
"Panggil aku, Insyah. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Anin. Jadi, dulunya aku menyangkal perasaanku ke Kana. Dan dia mengetahuinya. Aku melakukan itu karena dia yang menyukaiku saat bagiku semuanya lebih penting daripada memberikan perhatianku ke Kana. Padahal aku punya perasaan ke dia. Kemudian Kana tidak lagi memperhatikanku. Dan dia pun menjadi melupakanku. Aku tau kalau ternyata aku melakukan itu, karena aku menyangkal perasaanku. Ternyata dia susah untuk kuraih lagi," kata Tuan muda yang bernama Insyah itu.
"Apa yang terjadi denganmu tadi? Mengapa aku menemukanmu dalam keadaan buruk seperti tadi?" tanya Anin yang dia kelupaan dengan pertanyaan kenapa kok Tuan muda tadinya dalam keadaan buruk, dari Tuan Muda yang memulai percakapan saat dia menyapanya dan berakhir di salah satu sudut jalan sedang duduk sambil minum teh botol dari sebuah toko kelontong dekat sudut jalan itu.
"Aku diam-diam benci sama dia. Karena aku mau melupakan dia, tapi entah kenapa dia terlalu kuat buat aku pikirin. Aku selalu saja datang ke kedainya, cuman berharap kalau dia bisa balik menyukaiku lagi. Dibalik aku yang tidak menganggap perasaannya, karena aku lelah dengan orang yang menjauhiku karena dia. Kesalahan memang tidak bisa diatur ulang untuk diperbaiki. Tapi aku hanya ingin menjadi lelaki yang tidak punya masalah karena ada seorang gadis yang menyukaiku," jawab Insyah.
"Apa ada hal lainnya yang membuat kamu jadi berantakan? Perihal sekitarmu ke Kana?" kali ini Anin masih memberikannya pertanyaan.
"Ada, aku punya ide agar aku bisa memusuhi Kana. Aku ingin mengatakan cintaku ke dia, aku berharap semoga saja dia akan menolak. Dan aku harus melarikan diriku untuk melupakan dia. Itu akan kulakukan tahun depan saat di mana kota kita akan merayakan hari ulang tahun. Dan aku berharap lebih, ada seorang gadis lainnya yang bisa benar di sisiku. Aku memang sudah mengaku jika pikiranku menyukai bahkan menyayangi Kana. Tapi itu logika, bukannya hati yang berbicara. Apakah aku bisa mendapati hatiku kembali membuka perasaan ke seorang gadis lainnya?" tanya Insyah saat itu. Dia tidak mengira jika seorang disebelahnya adalah salah satu jawabannya.
"Pasti akan ada seorang gadis yang bisa membantumu," ucap Anin saat itu.
"Kalau begitu terimakasih banyak. Aku bahkan tidak memgira pertemuan kita kali ini membuat aku bisa bercerita banyak tentang masalah yang membuatku berantakan. Kana memang gadis yang aku kagumi, tapi dia tidak mungkin akan berbelit terus di pikiranku," jawab Insyah, menutup percakapan itu.
Ketika Insyah akhirnya merasa dia sudah baikan, dia pun pergi meninggalkan Anin. Dia menanggapi dirinya yang saat itu sangat terkesan dengan Insyah. Anin pun mulai bertekad, dia bisa agar menjadi salah satu orang yang bisa membantu Insyah agar dia tidak lagi memikirkan Kana.