Tidak bisa dihindari, Lisya semakin badmood setiap dia harus memikirkan bagaimana masa depannya kelak. Dia masih harus menerima Vanka untuk waktu yang masih lama. Karena Papa juga sudah memutuskan agar adeknya itu membantu pekerjaan Papa.
Tapi Lisya sendiri tau kalau mungkin Vanka masih terbayang-bayang omongannya kemarin malamnya. Dia berpikir, apakah Vanka mau dengan keinginannya itu. Yang dimana dia tau kalau itu juga bisa diselesaikan dengan campur tangan keluarganya juga.
Mengingat Mama dan para Tante dan Bude lainnya mengatakan jika mereka belum bisa mengajak Vanka berbicara. Dibalik dari adanya politik kelahiran Vanka dari perjanjian 'Kiprateker', Lisya sendiri tidak mau mengenalkan itu semuanya ke Adimas. Selaku pihak yang dulunya ternyata terlibat dalam perjanjian itu.