Download App
9.58% It’ Precious / Chapter 21: Acara BBQ di Penginapan

Chapter 21: Acara BBQ di Penginapan

Bisa dibilang jika malam ini adalah malam terakhir semua anggota keluarga natawijaya melakukan liburan di penginapan Puncak. Karena hari ini adalah malam terakhir, maka pada sore harinya semua anggota lelaki menyiapkan pesta bakar-bakar tepat di area swimming pool tepat pada area penginapan. Untung saja di penginapan itu menyediakan tungku untuk bakar-bakar.

Melihat ada tungku tak digunakan, akhirnya Om Panji pun mengajak semua anggota lelaki untuk berbelanja keperluan bakar-bakar. Di saat liburan yang juga diadakan untuk menanti tahun baru yang jatuh tempo pada hari Selasa malam nantinya. Dari sekarang yang baru hari Sabtu.

Hari ini waktu hampir menandakan pukul tujuh malam. Di area swimming pool sekarang yang ada hanyalah para anggota lelaki berumur saja. Karena sehabis mereka datang dari jalan-jalan di sekitar daerah penginapan, mereka tidak tergabung dengan para ibu-ibu lainnya yang tadinya mengobrol di pendopo utama.

Malahan mereka pergi sehabis itu untuk membeli kebutuhan acara bakar-bakar. Beberapa sudah disiapkan ada jagung manis berserta banyak merek sosis bratswust dan juga aneka snack dan minuman kaleng soda.

Karena tidak mau menunggu, akhirnya para anggota lelaki berumur langsung saja membagi tugas untuk mengumpulkan banyak anggota keluarga lainnya.

Mereka langsung saja ke beberapa pendopo untuk memberi kabar jika ada acara bakar-bakar malam ini di area swimming pool. Dan Papa Haikal kebagian untuk memberi kabar ke pendopo sepupu muda.

Pendopo di sana terlihat paling gaduh diantara pendopo lainnya, karena banyak sepupu muda sedang bermain gameboard di lantai atas. Sehingga mereka tidak sadar dengan keberadaan para anggota lelaki berumur yang sedang ramai di luar dan menyiapkan acara bakar-bakar.

Kedatangan salah satu anggota lelaki berumur di pendopo tempat sepupu muda itu, akhirnya membuat semua kerumunan sepupu muda langsung saja beranjak dari pendopo mereka untuk langsung saja pergi ke area swimming pool di tengah-tengah pendopo. Begitu pula dengan Vanka.

Yang sayangnya dia tidak sadar jika kemarin sorenya dia menjadi bahan empuk pembicaraan beberapa anggota keluarga berumur dengan Lisya.

Hingga saat ini dia tidak sadar dengan keberadaan percakapan itu. Karena itu, Vanka pun merasa jika disekitarnya masih baik-baik saja. Berbeda dengan Lisya yang sekiranya sudah berbicara dengan banyak anggota keluarga lainnya, dan menyebabkan dirinya sudah punya wacana akan bagaimana keadaan dia dan Vanka kedepannya.

Dalam waktu beberapa menit kemudian, semua anggota keluarga sudah berada di area swimming pool. Melihat sudah banyak bahan yang disiapkan di sana membuat anggota keluarga pun langsung memulai acara bakar-bakar. Karena tungku yang digunakan hanya ada dua buah saja, Om Panji pun bertanya apa ada sukarelawan yang mau membakar beberapa bahan untuk dibakar.

"Ayo,, apa ada yang mau bantu bakar jagung sama sosisnya? Ada dua tungku, jadi yang bisa kerja hanya ada empat orang saja," kata Om Pandu bertanya ke semua anggota yang sedari tadinya berkumpul di daerah rerumputan di mana di sana ada beberapa bangku kayu yang bisa diduduki.

"Ada yang mau nggak? Kok kayaknya semuanya malah milih duduk-duduk di sini aja?" tanya Lisya yang saat itu merasa dirinya bersedia untuk menjadi sukarelawan bakar-bakar malam itu.

Dirinya bertanya kepada kebanyakan anggota yang ada di sana. Entah mengapa memang semuanya sedang malas saat itu, begitu pula dengan Vanka. Sehingga Lisya pun langsung saja mengatakan jika dirinya bersedia.

"Oke deh, Om. Lisya aja," ucap Lisya ke Omnya yang malah heran kenapa cuman Lisya saja. Bebarengan dengan itu kemudian Syika pun unjuk bersedia membantu Kakaknya menangani bakaran khusus untuk jagung. Keduanya pun sudah berada di area dekat tungku di sebelah kiri dari bangku kayu itu berada.

Sisa satu tungku yang belum menemukan sukarelawan untuk membakar bagian sosis yang ada dengan jumlah yang banyak juga. Tadinya Vanka ingin mencoba untuk bersedia mengambil alih tungku satunya, tapi ternyata kedua sepupu tua lainnya yaitu Mbak Ghina dan Mas Tirta sudah duluan menangani tungku untuk bakar sosis. Dan akhirnya Vanka pun menganggur malam ini. Dia hanya bisa berbincang dengan Ochi, Karin, Yuma dan Alvio saja saat itu. Dengan semua anggota lainnya yang sedang sibuk ke arah tungku juga untuk melihat prosesi bakar-bakar.

Berangsur-angsur pun sepupu muda lainnya tak kalah beranjak melihat bakar-bakaran yang memang sedang seru-serunya itu. Tungku terlihat sudah dipanaskan dan bara api pun sudah membara membawa asap yang berasa jagung dan sosis itu tercium di semua orang yang ada di sana. Vanka enggan untuk ikut berkumpul bersama saat itu di daerah dekat tungku jagung dan sosis berada.

Dia melihat dari kejauhan, Kak Lisya yang sedang asik membakar jagung bersamaan dengan banyak keluarga lainnya yang bersenda gurau dengannya. Apa yang Vanka lihat saat itu sudah biasa memang.

Kak Lisya terkenal mudah berbaur dengan siapa saja di sana, tanpa terkecuali. Merasa dia sendiri saja dan karena banyak yang sudah mengantri jagung dan sosis bakar. Akhirnya Vanka juga berdiri dari tempatnya untuk mengambil jatah antrian.

Tadinya dia mau mendekat dengan banyak anggota keluarga lainnya, tapi dia mengurunginya sesaat dia melihat Kak Lisya masih bercanda dengan banyak keluarga di sana.

Mereka semua yang ada di dekat Kak Lisya sibuk berbincang satu sama lainnya. Di saat Lisya sedang tertawa dengan lepas saat itu, Vanka merasa tertekan saat itu. Bernyali ciut saat Vanka ingin juga menjadi salah satu orang yang saling bercanda di sana.

"Lisya, dari dulu aja suka bakar-bakaran. Memang sih keliatan panas. Kayaknya tahun baru kemarin kamu juga siaga jaga Bbq. Kamu mau apa sih jagain tungku Bbq terus?" canda salah satu sepupu tua bernama Mbak Anggit.

"Yaelah Mbak Anggit. Dari dulu kan memang suka kayak gini, Mbak. Tungku Bbq sudah langganan aku dari dulu banget. Panas, panas lah," jawab Lisya yang membawa salah satu sepupu muda lainnya juga bereaksi.

"Sukanya sama tungku aja. Itung-itung kurang apa sih si Lisya?" cerca Yuma saat itu membuat keadaan jadi semakin ramai.

"Nggak lah, nggak ada kurangnya si Lisya itu. Makanya sukanya jagain tungku, berharap nggak ada yang bisa ngalahin," kata Ochi menutup becandaan saat itu.

Nggak berasa aja semua yang ada di sana pun meramaikan Lisya. Vanka hanya melihat dari jarak satu setengah meter dari itu, juga mendengar perbincangan yang becandain Kak Lisya.

Bukannya malah dia mau semakin mendekat, tapi perbincangan itu seketika seakan menunjukkan jika memang semuanya sedang membicarakan kebolehan Kak Lisya. Padahal cuman bicarain tungku aja, gataunya Vanka merasa dia dibicarain juga.

"Iya, sih. Kak Lisya memang nggak ada yang bisa ngalahin," batin Vanka saat itu. Tanpa banyak kata dia pun mengambil antri di bagian sosis, berharap nggak akan ada yang perlu dia ciutkan dari situ.

Berhasil mengambil jatah sosis yang sudah dia ambil di tungku kedua di mana memang jaraknya agak cukup terbentang dari tungku jagung yang dikuasai Lisya, Vanka akhirnya bisa kembali duduk ke bangku kayu yang ada di sudut di sana untuk makan sosis yang diambilnya. Memang tadinya dia ingin makan tanpa diganggu siapa saja. Tapi salah satu sepupu tua lainnya, Mas Jaya mencoba untuk mengajak bicara dengan Vanka.

"Lhoh, kok nggak ambil jagung juga Vanka? Kenapa? Kan yang jaga tungku kakak-kakak perempuanmu semua," tanya Mas Jaya mengajak Vanka mengobrol duluan.

"Iya, Mas. Memang sengaja aja nggak pengin ganggu Kak Lisya aja. Vanka lagi mempermasalahkan Kak Lisya. Akhir-akhir ini aku lagi nggak enak ada di sekitarnya Kak Lisya," ujar Vanka. Dia sedikit lupa tentang seberapa besarnya masalah yang sudah dia ketahui akhir-akhir ini. Dan menurutnya berbicara sedikit ke Mas Jaya tentang perasaannya ke Lisya tidak ada salahnya.

"Ganggu? Oh. Kak Lisya kayaknya nggak apa-apa kok. Memangnya kamu ngerasa apa kalau ada di dekatnya Kak Lisya?" tanya Mas Jaya.

Sepertinya dia juga merasa penasaran dari cerita beberapa hari lalu yang mengatakan jika memang Tantenya dengan kedua anak lain selain Vanka menyengajakan agar seorang perempuan di sebelahnya ini tau tentang keberadaannya di keluarga ini. Tapi, dia hanya bertanya sekenanya. Karena dia tidak juga ingin bertanya yang terlalu berlebihan.

"Mas Jaya memangnya nggak tau? Kirain Vanka Mas Jaya tau. Jadi Kak Lisya itu kerasa keganggu karena ada Vanka," ujar Vanka membicarakan apa yang dia tau secara sederhana saja. Memang kenyataanya adalah, Kak Lisya merasa Vanka mengganggunya. Dan karena itu Vanka pun membicarakannya ke sepupu tuanya satu ini.

"Kalau Kakakmu itu memang ngerasa keganggu, dia pastinya mau bilang ke kamu. Apa kamu sekarang nggak terlalu dekat lagi sama Kak Lisya?" sekarang Mas Jaya bertanya apa yang tidak terlalu diketahuinya. Apakah Vanka dan Lisya adalah Kakak-Adek yang selalu berdekatan.

"Kata Vanka sih, Kak Lisya itu memang kayak Kakak buat Vanka. Tapi nggak sampai ke batas bisa selalu saling cerita. Vanka nggak terlalu dekat sama Kak Lisya. Jadi memang Vanka nggak tau gimana dengan perasaan Kak Lisya sekarang," Vanka memberi kabar ke Mas Jaya gimana sebenarnya posisinya sekarang itu.

"Nggak banyak kok orang dekat yang bisa diajak deket banget. Mas Jaya cuman mau bilangin ke kamu, kamu juga harus terbuka ke Kak Lisya. Walaupun ada masalah, tapi seenggaknya komunikasi itu penting," kata Mas Jaya yang berharap jika masalah antara Vanka dan Lisya bisa diselesaikan tanpa banyak membawa pihak lainnya. Khususnya keluarga besar juga.

Akibat dari percakapan ini, Vanka tau apa yang dimaksud oleh Mas Jaya. Mungkin saja salah satu sepupu tuanya ini tidak menginginkan jika Vanka dan Lisya memang akan berakhir bermusuhan.

Tapi Vanka tidak mengetahui bagaimana pula nasibnya karena dia memang mendengar kabar yang tidak senyaman itu di pemikirannya. Apa Vanka bisa kemudian untuk menjalani kehidupan sewajarnya, iya sepertinya. Tapi dia tidak tau bagaimana dengan keadaannya di mata Kakaknya ataupun Mama.

Hampir saja Vanka mau menjawab apa yang Mas Jaya katakan kepadanya, dia mau menjawab jika dia tidak banyak berharap dari hubungan dia dengan Kak Lisya. Dan setidaknya, selalu memendam perasaan itu ada benarnya. Daripada menimbulkan masalah seterusnya.

Tapi tidak taunya, saat Vanka ingin berkata ke Mas Jaya, Kak Lisya datang ke tempatnya. Rupanya Vanka melewatkan jagung bakar kepunyaannya itu, karena dia tidak sempat ambil sebelumnya. Melihat Kak Lisya mengambilkannya jagung. Dia pun tidak sempat menjawab Mas Jaya, begitu pula dengan bertanya lebih lanjut apakah yang terjadi dengan keberadaan Vanka di keluarga ini.

Hampir saja Vanka mendapatkan dua orang dari anggota sepupu tua yang bisa dia andalkan sebagai temannya untuk bertukar cerita mengenai kabarnya dengan Kak Lisya, tapi dengan kedatangan Kak Lisya dia tidak jadi menanyakan ke arah yang lebih serius lainnya.

Sebenarnya, Vanka ingin bertanya ke Mas Jaya selaku sepupu tua mengenai apa gerangan keberadaan dia yang dikatakan tidak diharapkan. Ataukah pula mengenai klarifikasi kenapa Kak Lisya yang harus jadi bahan permasalahannya.

"Vanka, kamu tadi belum ambil jagungnya. Sisa satu aja buat kamu, yang lain sudah pada ambil semuanya. Kamu tumben nggak barengan sama Erwin, Ochi sama Yuma? Kok malah ngobrol sama Mas Jaya?" cerocos Kak Lisya yang menghampiri Vanka dengan memberikan piring dengan satu porsi utuh jagung bakar satu porsi untuknya.

"Iya, Kak. Tadi Vanka mau ambil tapi masih antri kak. Soalnya Vanka kedapetan duduk di sini sih, Kak. Sepupu muda lainnya malah makan di pinggir kolam. Lebih enakan di sini," kata Vanka, dimana kehadiran Kak Lisya di dekatnya itu pun mencuat pembicaraan baru dari semua anggota lainnya di sana yang kebanyakan adalah anggota sepupu tua.

Karena Vanka tidak ingin mengganggu Kak Lisya dengan banyak anggota keluarga lainnya, dia pun beralih menuju ke gerombolan sepupu muda yang ada di tepi pinggir rerumputan dekat dengan kolam renang.

Dia menghindari pertemuan dengan dia dan Kak Lisya secara bebarengan. Yang dia lakukan karena dia tidak ingin pembicaraan tidak diinginkan terjadi.

Dengan keberadaan Vanka di tengah-tengah sepupu muda lainnya. Dia pun melewatkan malam acara bakar-bakar di liburan tahun baru kali ini.

Yang anehnya dia tidak merasakan ada yang berbeda. Keadaan ini dikatakan gawat, karena bisa-bisa kedepannya akan masih seperti ini. Apa keadaan ini yang akan terjadi untuk waktu yang lama bagi Vanka?


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login