Download App
69.23% Into your Arms / Chapter 9: 9. Berharap penolakanmu karena aku

Chapter 9: 9. Berharap penolakanmu karena aku

"Tidak, aku tidak ada janji malam ini ..", jawab Jolene dengan suara canggung, pipi Jolene tampak bersemu merah, ia seolah tidak dapat menutupi perasaan malunya pada Mark, meskipun ia sudah berusaha keras menunjukkan sikap biasa saja, tetap saja pipinya terasa panas, sejujurnya ia benar-benar tidak menyangka dengan response Mark padanya saat ini,

"Ohh jadi Jay belum menelfonmu untuk mengajak keluar kencan malam ini ?",cetus Mark jail, mencoba menebak situasi Jolene sesuai intuisinya, tapi saat melihat reaksi Jolene yang terdiam saja, Mark kembali berkata dengan intonasi menggoda, "Ahh aku tahu.. jangan-jangan Jay sudah mengajakmu keluar, tapi kau menolaknya bukan ?... ", Jolene seketika tergugup, ia terlihat meremas jari-jari tangannya, dan Mark tahu jika tebakannya itu benar, "... hmm jadi benar... Boleh aku tahu kenapa ?"

"Aku sedang merasa malas saja untuk keluar..." jawab Jolene seadanya,

"Sayang sekali..padahal aku berharap penolakanmu itu karena aku ...",

"Karena kau ?", tanya Jolene tidak mengerti.

"Iya karena aku... Hmmm apakah kau tidak merasakan ketertarikan seketika... seperti ada reaksi kimia diantara kita ?, ...saat pertama melihatmu, aku seperti langsung terikat padamu, seolah kamu-lah wanita yang selama ini aku nantikan... Aku bahkan sudah berusaha memikirkan hal lain untuk menghilangkan perasaan itu, tapi kau tetap resist melekat dalam pikiranku ... apa kau percaya jika aku bilang, aku terus memimpikan bercinta denganmu setiap malam....",

Sambil tidak melepaskan pandangannya pada Mark, Jolene tampak menahan nafas, ia tidak menyangka jika Mark merasakan hal yang sama dengannya....'Apakah aku sedang bermimpi....??'

Mark menatap wajah Jolene dengan lekat, lalu berkata lagi, "Melihat reaksimu, sepertinya kau juga merasakan hal yang sama denganku..."

Jolene seolah langsung tersadar dari rasa terkejutnya, matanya membuka lebar, terus terang ia sangat terkesan pada kejujuran Mark padanya.

Mark mengungkapkan perasaannya secara terbuka dan gamblang, ia menyampaikan isi hatinya tanpa bertele-tele padanya, memang tidak terkesan romantis, dan tidak sama seperti dalam adegan cerita film atau sinetron televisi yang ditontonnya. tapi ini sangat menarik, Jolene merasa Mark sangat keren.

dan tidak ada alasan baginya untuk tidak mengakui balik apa yang dirasakanya pada Mark. sambil menyelipkan rambutnya ditelinga, Jolene mengucapkan pengakuannya dengan suara bergetar, "Tebakanmu memang benar.. aku juga merasakan hal yang sama padamu... sebenarnya aku sedikit tidak menyangka jika kau...",

"Menganggap kau benar-benar memukau ?", potong Mark menebak, Jolene tersentak, mereka kembali saling bertatapan, Mark seolah dapat membaca pikirannya, memang benar... sebenarnya ia tidak pernah berpikir bahwa Mark akan menganggap dirinya menarik. tidak sedikitpun, ... Mark tersenyum kecil "Well.. terus terang harus kuakui kau sangat mempesona joo~, kau membuatku tergila-gila pada pandangan pertama",

Mendengar ucapan manis Mark, hati Jolene seperti ingin meledak bersorak gembira, ia bahkan tidak peduli jika apa yang dikatakan Mark barusan hanya rayuan gombal semata, ia hanya merasa bahagia bahwa apa yang dirasakanya tidak bertepuk sebelah....

Mereka duduk sangat dekat, dan Jolene menunggu dengan penuh harap, Mark akan mendekat dan memegang tangannya, mendeklarasikan tentang hubungan mereka.

Jolene seolah langsung memantapkan hatinya, jika ia memilih bersama Mark....

Dan tentang Jay, ia pasti akan memberitahunya baik-baik, bahwa hatinya tidak bisa lagi dengannya. Jay pasti akan dapat memahaminya, ia sangat pengertian, ia tahu bahwa rasa cinta tidak bisa dipaksakan.

Sekian menit berlalu, namun Mark hanya tetap duduk disana dan memandangnya saja, tiba-tiba Jolene merasa sangat kecewa, meskipun saat ini adalah era keterbukaan dan empowering women, tapi ia tidak sama dengan teman-teman kuliahnya yang lain, yang tidak akan berpikir dua kali untuk mengambil inisiatif duluan pada kekasihnya setelah mengungkapkan perasaan masing-masing. ia tidak punya keberanian sebesar itu untuk menghampiri Mark duluan dan mengenggam tangannya.

Mark seperti dapat membaca pikiran Jolene, dengan suara lembut ia berkata lirih, "Hmm jangan berpikir aku tidak menginginkannya. namun jika aku mulai mengenggam tanganmu, aku pasti ingin menciummu, dan aku tidak yakin bisa menghentikan diriku setelah itu, kau tahu magsud ku khan... akan tidak etis bila kita bercinta dirumah ayahmu bukan ...",

Jolene tergagap, alih-alih terdengar seperti rayuan seorang playboy, menurutnya kata-kata Mark justru menunjukkan jika ia pria yang berintegritas, "Baiklah, kalau begitu aku terima tawaran makan malammu...", jawab Jolene dengan tegas,

Mark tersenyum kecil, "Apakah ada tempat makan favorite tertentu yang kau sukai ?",

"Tidak... terserah kamu saja...",

"Patisserie ? apa kamu suka ?",tanya Mark menyarankan, "Sesudah makan, kita bisa dansa disana...",

Patisserie adalah tempat makan elite yang baru dibuka dikawasan pusat sudirman, sangat indah dan exclusive, terletak di Jantung kota Jakarta, dan setahu Jolene, tempat makan itu hanya dapat direservasi oleh kalangan kelas atas saja, "Apa tidak terlalu berlebihan..?, Kudengar untuk makan disana, orang harus memesan meja jauh hari sebelumnya, aku ragu kita bisa mendapatkan meja malam ini ",

"Tenang saja. kita pasti akan mendapatkan meja disana....",

Heran dengan keyakinan Mark , Jolene bertanya dengan nada penasaran, lebih tepatnya ia benar-benar ingin Mark tahu, jika ia tidak sedang memaksa Mark harus mengajaknya dinner di tempat prestigious itu, sebenarnya ia bisa makan malam dimana saja, yang penting mereka berdua dapat berbincang lebih dekat, ia hanya tidak ingin Mark merasa malu jika mereka nanti tidak mendapatkan meja seperti keyakinannya,"Bagaimana kau bisa begitu yakin...",

Mark menyeringai,"Sebagai salah satu owner-nya aku punya hak privilege disana, ... em-m berapa lama kau akan siap ?",

"Setengah jam ?",

"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu disini setengah jam lagi...",

Mereka lalu sama-sama berjalan menuju ke kamar mereka masing-masing, tapi sampai didepan tangga, Jolene tiba-tiba menghentikan langkahnya dan bertanya pada Mark,"Apakah ayah tadi juga pulang bersamamu ?",

"Iya. tadi kita pulang bersama-sama, dan sepertinya ayahmu langsung menuju ke ruang kerjanya",

"Baiklah aku akan pergi menemui ayahku dulu, aku akan memberitahu Ayah jika kita akan pergi keluar berdua",

Mark menganggukkan kepalanya setuju, mereka lalu berpisah, Mark tampak langsung bergegas menuju kekamarnya di lantai dua. untuk bersiap diri,

.

.

Saat Jolene masuk ke ruang kerja ayahnya, ia melihat Ayahnya tampak sedang duduk didepan jendela yang terbuka, Ayahnya tampak sedang membaca koran sore sambil menikmati secangkir teh hangat,

Tok tok tok ! , Jolene sengaja mengetuk pintu ruang kerja ayahnya yang terbuka, agar kehadirannya tidak mengaggetkan ayahnya. melihat Jolene berjalan kearahnya, ayahnya tersenyum hangat menyambutnya, Jolene meraih kedua tangan ayahnya yang membuka lebar, lalu memeluknya dengan erat, Ayahnya mencium ujung kepalanya dengan lembut, "Kudengar ujian akhir telah selesai.... bagaimana hasilnya ?",

"Sepertinya cukup bagus... aku tidak perlu mengulang satu mata kuliahpun...",

"Hmm putri ayah memang hebat !, apa kau sudah memiliki rencana merayakannya malam ini ?",

"Iya ayah.... itu sebabnya aku datang memberitahumu..."

"Kata Jay dia akan menelfonmu... jadi pukul berapa dia akan kesini ?, kita akan minum bersama sebelum pergi denganmu. pelayan sudah menyiapkan sampanye dalam bucket es...",

"Jay tidak akan datang ayah...", jawab Jolene dengan datar, "Aku akan pergi dengan Mark ",

Melihat rahang ayahnya mengeras, Jolene menambahkan, "Aku sudah tahu ayah tidak akan setuju. Kata Mark ayah sudah memperingatkannya",

"Aku tahu kau berpikir kalau sekarang kau sudah dewasa.... dan tidak seharusnya aku ikut campur urusanmu khan....", ucap Ayah letih, ia berhenti sejenak untuk mengambil nafas, Jolene bisa mendengar nafas ayahnya yang terdengar memburu, seperti yang selalu terjadi akhir-akhir ini, lalu ayahnya melanjutkan, "Tapi aku tidak ingin diam saja melihatmu melepaskan apa yang sudah ada dalam genggamanmu saat ini, bagaimanapun cepat atau lambat Mark akan pulang kembali ke America.. dan ayah tidak ingin melihatmu terluka....",


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login