Download App
44.44% Innocent Healer / Chapter 4: The Ugly Boy and His Brothers

Chapter 4: The Ugly Boy and His Brothers

"Jason, apa kamu tidak berangkat ke sekolah?" tanya Bu Solaria.

Saat ini, aku tinggal di rumah sakit bersama nenekku. Bu Solaria selalu menemaniku semenjak kejadian itu. Aku tidak ingin meninggalkan nenekku. Aku tidak peduli lagi dengan drama untuk pentas seni.

"A-aku tidak mau meninggalkan nenekku. Aku takut akan terjadi sesuatu lagi dengan nenekku"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Bu Solaria membuka pintu tersebut. Aku terkejut karena yang datang adalah pasangan suami istri dari keluarga Solomia. Mereka datang untuk menjengukku.

"Ayah, Ibu. Mengapa kalian datang kemari?" tanya Bu Solaria.

"Untuk memastikan keadaanmu, juga keadaan little Jason tentunya" jawab tuan Valgus.

Ternyata kedua pasangan tersebut merupakan orangtua dari Bu Solaria. Ayahnya bernama Valgus Solomia, sedangkan ibunya bernama Solas Solomia. Mereka jauh-jauh kemari datang untuk memastikan keadaanku.

"Jason, kamu tidak perlu khawatir tentang nenekmu. Keluarga Solomia akan membiayai semua perawatan nenekmu"

"Benar apa yang dikatakan suamiku. Untuk saat ini, kamu haruslah berangkat ke sekolah. Kamu tidak ingin membuat nenekmu kecewa, bukan?"

Apa yang dikatakan tuan Valgus dan nyonya Solas ada benarnya. Nenek pernah bilang kepadaku untuk tidak membolos sekolah kecuali kalau aku memang sakit. Aku tidak boleh mengecewakan nenek.

"Tapi, aku tidak mempunyai seragam yang dikenakan"

"Kami sudah mengantisipasi hal itu. Sebelum datang kemari, kami berdua membeli seragam sekolah untukmu. Yah walaupun agak berbeda sedikit, tapi tidak masalah" ucap tuan Valgus.

"Sekarang, cepat ganti bajumu. Nanti kamu berangkat ke sekolah dengan anakku"

Aku bergegas ke kamar mandi untuk mengganti bajuku. Aku tidak percaya bahwa seragam ini sangat cocok dikenakan olehku. Aku tidak tahu bagaimana reaksi mereka bertiga nanti.

"Eeeh, anu, bagaiamana dengan penampilanku?" tanyaku.

Mereka bertiga tidak mengedipkan mata sama sekali. Seolah-olah mereka melihat sesuatu yang baru dan menarik bagi mereka. Bahkan, mereka tidak melepas pandangannya dariku.

"Maaf, tuan, nyonya, dan Bu Solaria. Apa kalian baik-baik saja?" tanyaku.

"Ah, iya. Aku baik-baik saja" jawab tuan Valgus.

"Itu benar. Maafkan kami karena kami melamun tadi" sahut nyonya Solas.

"Seragam itu sangat cocok untukmu, Jason. Kamu terlihat sangat tampan sekarang" ucap Bu Solaria.

Aku tidak percaya apa yang mereka katakan. Tapi, berkat mereka, hatiku menjadi lebih tenang sekarang. Aku bisa mempercayai mereka untuk merawat nenekku. Tak lama kemudian, aku dan Bu Solaria berangkat ke sekolah. Kami berdua berpamitan dengan tuan Valgus dan nyonya Solas sebelum meninggalkan rumah sakit.

***

"Nanti aku akan melihat pertunjukanmu" ucap Bu Solaria.

"Benarkah? Ah, maaf. Aku terlalu senang untuk hari ini" sahutku.

"Tidak perlu khawatir. Kamu bersikaplah seperti biasa saja. Aku sudah mendengar tentangmu dari ayah dan ibuku"

"Tapi, tetap saja aku harus berbicara yang sopan kepada ibu. Ibu telah menyelamatkanku dan nenekku disaat orang lain tidak ada yang peduli"

"Bukankah saling menolong adalah kewajiban bagi tiap umat manusia?"

Aku tidak bisa berkata apa-apa ketika Bu Solaria mengatakan hal itu. Aku sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah dipertemukan orang-orang yang baik di saat yang tepat.

Terlihat suasana yang tampak begitu ramai di halaman sekolah. Saat ini, SMA Wolfgang mengadakan pentas seni bagi seluruh murid mulai dari tahun pertama hingga tahun ketiga. Semua murid tampak antusias dan senang menyambut acara tersebut.

"Jason kemana sih? sudah 2 hari dia tidak masuk. Aku akan menghukumnya nanti" ucap Abigail.

Semua murid kelas 1-A tampak gelisah karena mereka akan segera tampil. Aku bergegas menuju ke tempat mereka. Sebelum aku pergi ke tempat perkumpulan, aku mengatakan kepada Bu Solaria bahwa aku tidak akan mengecewakannya pada penampilanku nanti.

"Huh, huh. Maaf, aku terlambat" ucapku.

"Dasar. Apa kau tahu sudah jam berapa ini? Dan kau sudah tidak masuk latihan selama 2 hari. Aku tidak tahu hukuman a... pa... ya... ng... pan... tas... un... tuk... mu..." ucap Abigail sambil terlihat kebingungan.

Semua murid kelas 1-A tampak terkejut dengan kehadiranku. Aku tidak tahu mengapa mereka bisa sampai terkejut seperti itu. Apa karena seragam yang aku gunakan yah? Yah aku tidak terlalu memikirkannya.

*cough*

"Baiklah, semua sudah berkumpul. Kalian jangan melupakan peran kalian. Drama ini memang tidak mempengaruhi nilai akademik kita, tapi akan mempengaruhi nilai kepopuleran kelas kita. Jadi, kita harus menampilkan yang terbaik" ucap Abigail.

Semua tampak setuju dengan ucapan Abigail. Begitu juga denganku. Aku harus memaksimalkan peranku sebagai the Ugly Boy. Scott dan salah satu temannya berperan sebagai Ugly Boy's brothers. Yah itu tidak mengejutkan sih karena mereka sangat membenciku.

***

Suatu hari, tinggalah seorang ibu dengan 3 orang anaknya. Kedua anaknya memiliki penampilan yang sangat menarik perhatian bagi orang-orang yang ditemui, namun ada satu anak yang memiliki penampilan yang tidak begitu enak dilihat. Ibunya menyebut anak itu sebagai "Ugly Boy". Ia membedakan perlakuan Ugly Boy dengan kedua anaknya.

Setiap hari, sang ibu selalu menyuruh Ugly Boy untuk melakukan pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci semua pakaian hingga membersihkan rumahnya. Sedangkan, dirinya dan kedua anaknya selalu pergi berfoya-foya tanpa mempedulikan Ugly Boy. Timbul rasa iri pada diri Ugly Boy kepada kedua saudaranya.

"Ibu, bolehkah aku ikut berbelanja denganmu? Aku juga ingin mencoba sesuatu" pinta Ugly Boy dengan nada melas.

"Tidak. Kau selamanya tidak boleh ikut denganku maupun dengan kedua saudaramu. Lihat saja dirimu, kau begitu jelek dan bau. Kau lebih cocok tinggal di rumah. Aku tidak mau mempermalukan diriku karena adanya dirimu" jawab sang ibu.

Mendengar jawaban dari ibunya, Ugly Boy tampak sedih. Bagaimanapun, ia hanya ingin merasakan indahnya dunia kota. Mereka berempat tinggal di tempat yang terpencil jauh dari penduduk. Itulah mengapa Ugly Boy ingin pergi ke luar untuk mengetahui bagaimana keadaan kota. Namun, sang ibu melarangnya.

***

"Hey, apa kau bisa mengepel dengan benar? Dasar jelek" ucap saudara tertua.

"Aku sangat jijik melihat penampilanmu. Apa kau bisa memperbaiki penampilanmu itu? Sangat tidak enak dipandang tau!" ucap saudara menengah.

Bagaimana Ugly Boy dapat memperbaiki penampilannya jika ia tidak mempunyai sesuatu untuk memperbaikinya. Baju yang ia kenakan selama ini adalah bekas dari kedua saudaranya. Ia menjahitnya kembali karena banyak begitu lubang pada baju tersebut. Selain itu, ia tidak pernah mengenakan alas kaki. Ibu dan kedua saudaranya tidak pernah membelikan sesuatu untuk Ugly Boy.

***

"Hey, sebenarnya apa yang salah dengan Ugly Boy? Aku rasa penampilannya dia cukup tampan. Mengapa ia menjadi Ugly boy?" tanya salah satu murid perempuan yang sedang menonton pertunjukan drama.

"Kau tahu, dia adalah murid termiskin di sekolah ini. Aku dengar, tiap hari dia selalu dibully oleh teman-teman sekelasnya. Lebih parahnya lagi, tidak ada yang membelanya" jawab murid perempuan yang duduk disamping murid perempuan yang bertanya.

"Kasihan sekali nasibnya. Aku benar-benar baru mengetahui hal itu"

"Kau benar. Tapi, untuk aktingnya, aku akui dia sangat bagus. Aku jadi ingin berkenalan dengannya"

"Aku juga"

***

Hari-hari berjalan seperti biasa. Kali ini, Ugly Boy ingin memasak sesuatu. Ia melihat resep makanan yang menurutnya patut untuk dicoba. Ia sudah menyiapkan seluruh bahannya. Langkah terakhir adalah merebusnya dengan waktu yang lama.

Sambil menunggu hidangannya matang, Ugly Boy melakukan pekerjaan lain. Ia tampak begitu bersemangat. Setelah melakukan pekerjaannya, ia beristirahat sebentar. Ia lupa bahwa ia sedang memasak sesuatu dan meninggalkannya begitu saja.

"Bau apa ini? Seperti bau gosong dan terbakar" ucap Ugly Boy.

"Gawat, aku lupa. Aku tadi sedang memasak sesuatu. Aku harus memadamkannya"

Ugly Boy berusaha memadamkan api. Ia berusaha sangat keras agar api tersebut padam. Tampaknya, usahanya tidak berhasil. Maka dari itu, ia mengeluarkan barang-barang penting yang dimiliki oleh keluarganya. Setelah mengeluarkan barang-barang penting, ia menjauh dari sumber api. Akan tetapi, ia baru menyadari bahwa terdapat barang berharga baginya. Itu adalah barang peninggalan sang ayah. Satu-satunya keluarga yang menyayangi Ugly Boy adalah ayahnya. Ia bergegas kembali ke dalam rumah.

"Oh Tuhan, semoga barang itu baik-baik saja" ucap Ugly Boy sambil merasa gelisah.

Akhirnya, Ugly Boy menemukan barang tersebut. Ia langsung berlari ke arah pintu. Tiba-tiba, ia tertimpa kayu yang berasal dari lantai dua. Ia tidak dapat bergerak karena kayu tersebut sangat berat. Ia berusaha meminta pertolongan, namun tidak ada yang menjawabnya. Perlahan-lahan kesadarannya mulai mengilang. Ia berpikir bahwa tak lama ia akan bertemu dengan ayahnya.

"Ayah, apa kau datang untuk menjemputku?"

Sang ayah tampak tersenyum ketika Ugly Boy mengatakan hal itu. Sepertinya, tak lama lagi Ugly Boy akan bertemu dengan ayahnya. Ia juga membalas senyuman ayahnya dengan senyuman hangatnya. Pada akhirnya, Ugly Boy tewas di tempat.

Sang ibu dan kedua saudaranya tampak terkejut ketika mereka melihat rumahnya hangus terbakar. Mereka berusaha mencari barang-barang berharga. Sebenarnya, barang-barang berharga bagi mereka sudah Ugly Boy pindahkan, namun sepertinya ada sekelompok bandit mencurinya. Seketika, mereka bertiga menemukan jadad Ugly Boy yang memegang erat benda berharganya. Melihat hal itu, sang ibu langsung merebut benda tersebut. Namun, ia tampak kecewa karena benda tersebut hanyalah kotak pensil. Ia menyalahkan kejadian tersebut kepada Ugly Boy, namun berapa kali ia menyalahkannya, Ugly Boy tidak dapat hidup kembali. Sang ibu dan kedua saudaranya tampak sangat kesal. Pada akhirnya, merek tidak dapat bertahan hidup lebih lama karena mereka terlalu bergantung pada Ugly Boy.

Terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah. Seluruh orang yang hadir di acara pentas seni tampak sangat menikmati drama yang ditampilkan oleh kelas 1-A.

"Kerja bagus, teman-teman. Saatnya kita untuk istirahat" ucap Abigail.

Aku bergegas pergi menemui Bu Solaria. Aku ingin menanyakan bagaimana penampilanku. Setelah lama mencari, akhirnya aku menemukan Bu Solaria. Aku tampak terkejut karena ia bersama dengan rekan kerjaku, yaitu kak Volta. Jika dipikir-pikir, usia Bu Solaria dan kak Volta tidak beda jauh.

"Bu Sol, bagaimana penampilanku tadi? Eh, kenapa kak Volta datang kesini?" tanyaku dengan nada kebingungan.

"Dasar anak ini. Tentu saja untuk melihat penampilanmu. Oh yah, kenalkan dia adalah temanku, namanya adalah-"

"Solaria Solomia" jawabku.

"Ba-bagaimana kau tahu, Jason?" tanya Volta.

"Bu Solaria yang menolongku pada waktu itu"

"Ah, begitu rupanya. Maafkan aku karena waktu itu tidak ada untukmu"

"Kak Jason tidak perlu meminta maaf. Kak Jason juga pasti sibuk bekerja, bukan? Tidak perlu merasa bersalah seperti itu" ucapku.

*tertawa kecil* "Penampilanmu tadi sangat bagus, Jason. Aku tidak tahu kau sangat berbakat dalam hal akting" ucap Bu Solaria.

Mendengar hal itu, aku sangat senang. Akhirnya, kami bertiga dapat berbincang-bincang. Selama ini, hal inilah yang aku inginkan. Diakui oleh seseorang, dianggap sebagai teman, aku tidak tahu harus mengatakan apalagi. Meskipun mereka berdua lebih tua 10 tahun dariku, tapi aku maupun mereka tidak mempermasalahkannya. Aku sangat senang akan hal ini. Semoga hal ini dapat berlanjut selamanya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login