Nine years earlier.....
Satu hembusan nafas pelan kembali lolos dari bibir Jo Shinbi. Hazelnya tidak henti-hentinya menatap tak suka adegan yang terjadi beberapa meter dari mejanya. Di sana, ada empat orang siswa yang sedang tertawa puas mengerjai seorang siswa lainnya. Empat orang itu menyuruh siswa tersebut untuk menari dengan gaya yang aneh.
Shinbi menggerutu dalam hati. Baik di Amerika, maupun di Korea kenapa penindasan yang begitu dibencinya masih saja terjadi? Ini adalah hari pertamanya bersekolah di SMA Hannam, sekolah terbaik dan terelit di Korea. Awalnya, ia mengira bersekolah di tanah kelahirannya itu akan lebih baik daripada di Negeri Paman Sam. Namun nyatanya, tidak berbeda sama sekali.
"Siapa mereka?" Shinbi bertanya pada Lee Taeyong, teman sekelas sekaligus teman sebangkunya yang makan di meja yang sama dengannya.
"Mereka Oh Sehun, Kim Jongin, Park Chanyeol, dan Byun Baekhyun. Mereka penguasa sekolah ini," jawab Taeyong sambil ikut menatap ke arah sumber kehebohan di kafetaria itu.
"Penguasa?"
"Yep." Taeyong menoleh pada Shinbi. "Kau tahu F4 di drama Boys Over Flower, 'kan? Nah, mereka adalah F4 di dunia nyata."
Shinbi berdecih. "Aku tidak tahu kalau hal kekanakan seperti itu masih terjadi di Korea."
Taeyong hanya mengangkat bahu sambil meringis.
Shinbi kembali menatap ke arah penindasan itu terjadi. Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Ia sungguh tidak tahan melihat hal semacam itu terjadi di depan matanya. Ia tidak bisa diam saja. Shinbi bangkit dari duduknya, hendak menghampiri Oh Sehun dan kawan-kawannya itu. Namun, Taeyong mencekal pergelangan tangannya.
"Shinbi, kau mau ke mana? Jangan bilang kalau-"
"Ya, Taeyong. Aku ingin menghentikannya. Aku tidak bisa diam saja." Shinbi melepas cekalan tangan Taeyong. Taeyong hanya pasrah saat Shinbi benar-benar berjalan ke meja Sehun dan kawan-kawannya.
Shinbi menghampiri meja Sehun dan teman-temannya dengan waktu yang dibilang tepat. Saat itu, Sehun baru saja akan menumpahkan saus ke baju siswa yang ditindas olehnya. Langsung saja Shinbi mendorong botol saus itu hingga isinya mengenai baju Sehun. Sehun dan teman-temannya memekik kaget. Terutama Sehun yang langsung memaki.
Perhatian semua murid yang ada di kafetaria kini sepenuhnya ditujukan pada Shinbi. Ini pertama kalinya ada murid yang berani menolong korban penindasan Sehun dan teman-temannya. Selama ini, tidak ada seorang pun yang berani melawan mereka karena takut akan kekuasaan keluarga mereka. Terutama keluarga Sehun.
Sehun dan teman-temannya menatap Shinbi terkejut. Kemudian, tatapan terkejut itu berubah menjadi tatapan terpana. Wajar bila mereka begitu karena itu pertama kalinya mereka melihat Shinbi. Apalagi, Shinbi memanglah sangat cantik.
"Hentikan! Semua ini tidak lucu," ujar Shinbi sambil menatap Sehun dan teman-temannya dengan sengit. Sehun dan teman-temannya langsung tersadar. Sehun secepat kilat mengubah tatapannya menjadi tatapan marah.
"Apa yang telah kau lakukan, hah? Berani-beraninya kau membela si Cupu ini. Kau pikir kau siapa? Dan lihat—" Sehun menunjuk bajunya yang kotor oleh saus. "—bajuku kotor karena dirimu."
Shinbi tersenyum sinis. "Kau bertanya siapa aku? Aku memang bukan siapa-siapa, tapi aku tidak suka penindasan." Shinbi pun mengeluarkan tissue basah dari saku seragamnya. Ia mengacungkannya di depan Sehun. "Pakailah ini untuk membersihkan bajumu!"
Setelah mendorong kasar tissue itu dengan ke dada Sehun, Shinbi menarik tangan siswa yang ditolongnya untuk pergi. Namun, tangan Sehun sudah terlebih dahulu mencengkeram tangannya. Shinbi pun menyuruh siswa yang ditolongnya agar segera pergi.
"Urusan kita belum selesai," Sehun mendesis sambil menatap Shinbi tajam. "Sebenarnya kau ini siapa? Kau tidak tahu ya, siapa aku, maka dari itu kau berani melawanku?"
"Aku tidak peduli kau itu siapa. Aku berani melawanmu karena aku benci pada seseorang yang suka menindas seperti dirimu."
"She's that girl!" Tiba-tiba, Baekhyun berseru heboh sambil menunjuk Shinbi. Shinbi, Sehun, Jongin, dan Chanyeol menatapnya bertanya-tanya. Baekhyun berdecak. "Dia ini Jo Shinbi, si gadis pindahan dari Amerika yang sedang jadi perbincangan hangat hari ini."
Jongin menjentikkan jarinya. Dengan wajah berbinar, ia berkata, "Benar. Dia murid pindahan yang katanya sangat cantik itu, 'kan? Woah, ternyata dia benar-benar secantik dewi!" Jongin menyeringai menatap Shinbi. Chanyeol yang tidak berkata apa-apa hanya bersiul menggoda Shinbi.
"Oh, jadi kau murid pindahan?" Sehun angkat bicara. Ia tersenyum sinis pada Shinbi. "Kalau begitu, kau harus menerima salam perkenalan dulu dariku."
Shinbi mengernyit tak mengerti dengan perkataan Sehun. Sejurus kemudian, Sehun menarik tubuh Shinbi agar mendekat padanya. Shinbi terkejut saat Sehun dengan lancangnya mencium bibirnya. Teman-teman Sehun langsung bersorak heboh. Murid-murid lain memekik terkejut, terutama murid perempuan. Shinbi segera berontak dengan mendorong tubuh Sehun. Namun, Sehun justru melumat pelan bibirnya. Shinbi melotot terkejut dan semakin mendorong tubuh Sehun agar menjauh darinya.
Akhirnya, Sehun pun menarik diri. Shinbi langsung menghadiahi Sehun dengan tamparan keras di pipi. Wajah gadis itu terlihat sangat marah.
"Berengsek!" Shinbi memaki Sehun dan langsung menghentakkan kakinya meninggalkan kafetaria.
Sehun hanya menatap punggung Shinbi yang menjauh tanpa ekspresi di wajahnya.
*****
"Oh Sehun tidak akan melepaskanmu setelah apa yang telah kau lakukan padanya, Shinbi."
Taeyong menyusul Shinbi yang kabur ke atap sekolah. Kini, ia duduk di samping Shinbi yang wajahnya masih mengeras karena amarah. Taeyong menghembuskan nafas pelan.
"Kau tahu? Dengan menciummu dia telah menandaimu sebagai miliknya," Taeyong kembali berujar. Shinbi menoleh terkejut pada Taeyong. Taeyong menatapnya serius.
"Apa maksudmu?"
"Seperti yang kukatakan tadi, dia tidak akan membiarkan hidupmu tenang di sekolah ini. Dia mungkin akan terus menganggu dan mengusikmu. Dan ... tidak ada satupun orang di sekolah ini yang boleh 'menyentuh'mu-dalam beragam makna- kecuali dia."
Shinbi mendengus. Ia mengepalkan tangannya kuat. Oh Sehun berengsek! Shinbi tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Ia bukannya marah karena Sehun merebut ciuman pertamanya. Ia tidak seperti gadis-gadis lain yang peduli pada hal-hal semacam itu. Ini semua soal harga diri. Harga dirinya begitu terluka karena Sehun menciumnya tanpa permisi di depan banyak orang seperti tadi.
"Maaf, tadi aku sudah mencoba memperingatkanmu, tapi ...." Taeyong berkata.
Shinbi mengangguk mengerti. Ia tersenyum tipis pada Taeyong yang tampak merasa bersalah padanya. "Aku tahu, Taeyong. Maaf karena aku bersikap egois dan tidak mau mendengarkanmu. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Ini semua salahku. Kau tenang saja, aku bisa menghadapi Sehun dan teman-temannya. Jangan khawatir!"
"Aku akan membantumu menghadapi mereka."
Shinbi menggeleng. "Jangan, kau bisa dapat masalah nanti. Ini masalahku. Aku sendiri yang akan menghadapinya." Taeyong menatap Shinbi ragu. Shinbi menghela nafas frustrasi.
"Taeyong, please trust me! Aku bisa menghadapi mereka sendiri. Apa pun yang terjadi, jangan terlibat dengan masalah ini, oke? Kalau aku kesulitan menghadapi mereka, aku akan mengatakannya padamu, bagaimana?"
Taeyong tampak berpikir. Sebenarnya ia tidak setuju dengan gagasan Shinbi. Tapi, melihat Shinbi yang bersikeras ingin menghadapi Sehun dan teman-temannya seorang diri, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Alhasil, ia pun terpaksa mengangguk setuju. Shinbi tersenyum melihatnya.
"Terima kasih, Taeyong."
"Anytime."
Shinbi meneguhkan tekadnya bahwa ia tidak akan membiarkan Sehun dan teman-temannya mengusik hidupnya seenak hati mereka.