Download App

Chapter 6: Five

Keesokan harinya, sama seperti hari-hari biasanya, kini Catherine tengah duduk dimeja makan bersama keluarganya.

"Sayang, nanti berangkat dianter daddy ya?"ajak Daddy kepada Catherine.

"Gak usah dad, Catherine nanti dijemput Alex"ucap Catherine lembut sambil memakan nasi gorengnya.

"Iya deh iya. Yang lagi anget-angetnya"sindir Xavier sambil memakan tempe yang tersedia dimeja makan dengan tangannya.

"Anget! Anget! Kaya tempe yang kau makan!"balas Catherine sambil mengambil telur mata sapi yang masih utuh dari piring Xavier.

"Eh...eh...itu telurku Cath! Jangan asal ambil elah! Mom! Catherine ambil telurnya Xavier!"adu Xavier kepada ibunya.

"Catherine...jangan jahil"peringat mommy kepada Catherine.

"Dasar tukang adu! Wle"ejek Catherine sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

"Udah...udah...kakak, mommy buatkan telur lagi untuk kakak. Jadi jangan berantem lagi"lerai mommy sambil beranjak pergi.

"Eh...kayanya itu Alex deh. Catherine berangkat dulu ya dad, kak. Takut telat juga"ucap Catherine kepada daddy-nya dan Xavier sambil memakan telur hasil rampasan dari Xavier dan melihat jam ditangannya.

"Ya udah, hati-hati ya sayang"ucap daddy sambil menatap anaknya teduh.

"Siap dad! MOM! CATHERINE BERANGKAT DULU YA! UDAH ADA ALEX!"ucap Catherine sebelum berlalu pergi.

"Udah yuk berangkat! Sekarang udah jam 7 kurang 15 menit loh!"ajak Catherine setelah menaiki motor Alex.

"Maaf...maaf...tadi soalnya dirumah ada insiden kecil. Jadinya aku telat deh jemputnya"jelas Alex sambil menjalankan motornya menuju sekolah.

"Iya gak papa kok. Sekarang kamu liat jalan aja! Nanti kalo ada apa-apanya aku yang disalahin"canda Catherine.

"Iya...iya...bawel"balas Alex dengan diakhiri kekehan gemas.

---

Saat istirahat, Catherine, Alex dan ke empat sahabatnya tengah duduk disalah satu meja dikantin.

"Jadi kalian udah tunangan duluan?"tanya Selsa penasaran kepada mereka berdua.

"Itu belum resmi Sel"ingat Catherine kepada Selsa.

"Tapi intinya udah kan?!"ucap Lexsi tak terima.

"Kak Xavier mau tunangan"ucap Catherine mengalihkan pembicaraan.

"Sama kak Maura?"tanya Selsa yang telah berhasil teralihkan yang dibalas dengan anggukan oleh Catherine dan Alex.

"Alex udah tahu duluan?"tanya Deva penasaran.

"Udah, waktu itu Xavier datang kerumah untuk omongin hal ini sama papa. Xavier minta pendapat tentang suatu hal kata papa"jawab Alex jujur sambil mengingat obrolan Xavier dan papa-nta beberapa waktu lalu.

"Loh! Kak Xavier kerumahmu?"tanya Catherine terkejut.

"Kamu gak tau?"balas Alex yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Catherine.

"Terus, gimana sama kalian berdua Cath?"tanya Rio yang membuat Alex penasaran dibuatnya.

"Maksudmu?"tanya Alex meminta penjelasan kepada Rio.

"Adik kak Maura itu sahabatku waktu kecil Lex, tapi karena suatu hal. Hubungan kami berdua jadi gak tau gimana"jelas Catherine dengan nada getir dibalik senyumannya itu.

"Dimana?"tanya Deva datar.

"Di hotel Scavore jam 4 sore hari Jum'at nanti"jawab Catherine seadanya yang hanya mendapat anggukan dari mereka berempat.

"Kapan kau kasih tau Thomas?"tanya Rio tiba-tiba.

"Aku tidak akan mengatakannya kepada Thomas. Lagipula juga percuma aku kasih tau dia, kalau dianya juga gak mau dengerin penjelasan dariku"jelas Catherine lesu.

"Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti nantinya jatuh juga"ucap Lexsi lesu.

"Dia tidak akan pernah tahu kalau kau mengalami banyak penderitaan setelah kejadian yang bahkan tak pernah mau kau ceritakan kepada kami"ucap Deva dengan nada getir.

"Maaf, bukannya aku tak ingin untuk menceritakan hal itu kepada kalian. Hanya saja, aku belum sepenuhnya siap untuk mengingat kejadian itu kembali"jelas Catherine dengan nada bergetar.

Alex yang mengerti hal itupun dengan sigap menarik Catherine dalam dekapannya.

"Jika kamu belum siap untuk menceritakannya. Maka aku tidak akan menuntut apapun darimu. Karena aku yakin, akan ada suatu kejadian yang membuat semuanya terungkap tanpa harus kamu yang mengungkapnya"bisik Alex kepada Catherine sambil mengelus rambut Catherine yang dibalas dengan pelukan erat dan anggukan lemah dari Catherine.

Keempat sahabatnya yang melihat hal itu merasa bersalah karena tanpa sadar mereka telah memaksa Catherine untuk mengungkapkan alasan mengapa dia bisa berada di Indonesia selama beberapa tahun ini.

"Cath, kami minta maaf udah buat kamu memaksa untuk menceritakan hal itu kepada kami"sesal Rio yang disetujui oleh Selsa, Lexsi dan Deva.

"Gak papa kok. Lagipula ini semua juga salahku karena belum bisa ceritain hal itu kepada kalian"ucap Catherine lemah sambil melepas pelukannya dengan Alex namun, tangan Alex tidak bisa lepas dari pundak Catherine.

"Oh iya! Ngomong-ngomong, Rafael kemana ya? Kok aku gak liat batang hidungnya sama sekali hari ini. Padahal kelasku sama dia kan hadap-hadapan"ucap Deva mengalihkan obrolan tadi.

"Ah Rafael ya...dia lagi nungguin adikku dirumah sakit. Kemarin Calry habis ngalamin sedikit kejadian gak enak yang harus ngebuat dia dirawat inap untuk beberapa hari kedepan"jawab Alex dengan nada tenang namun tak dapat menyembunyikan nada marah dan gurat kecemasan dan kemarahan dibalik wajahnya yang datar.

"Adikmu gak papa kan Lex?"cemas Catherine kepada Clarissa.

"Dia belum sadar dari kemarin"jawab Alex lesu bercampur sedih.

"Bagaimana jika pulang nanti kita menjenguk Clary! Lagipula aku penasaran dengan tunangan Rafael itu"ucap Lexsi tiba-tiba tang lantas mendapat anggukan setuju dari mereka semua.

Dan benar saja, sepulang sekolah tadi mereka segera pergi menuju rumah sakit setelag membeli buah-buahan dan bunga untuk Clarissa.

Dan disinilah mereka kini, berdiri tepat didepan pintu rawat rumah sakit Gahana yang tanpa mereka ketahui terdapat dokter yang dikhususkan untuk kaum Alex. Werewolf.

Dengan perlahan, dibukanya pintu rawat Clarissa dengan perlahan yang menampakkan pemandangan Rafael yang tengah duduk disebelah Clarissa sambil memegang tangan Clarissa yang terbebas dari jarum infus.

"El, kau makan dulu. Aku tidak ingin melihat adikku sedih saat melihatmu yang melupakan makan karenanya"ucap Alex sambil menyodorkan makanan yang sempat dibelinya sewaktu membeli buah-buahan tadi.

"Tapi-"

"Lebih baik kau makan terlebih dahulu El. Lagipula, semuanya akan sia-sia jika Clart sadar sedangkan kau pingsan. Aku merasa, sebentar lagi dia akan sadar"ucap Catherine tenang sambil melihat Rafael dan Clarissa bergantian.

Dengan langkah lemah, Rafael berjalan menuju sofa untuk memakan makanan yang tadi dibawa oleh Alex.

Entah dorongan darimana, Catherine berjalan menuju Clarissa tang kini terbaring lemah dengan urat-urat berwarna hitam.

"Apa dia keracunan?"tanya Selsa penasaran setelah melihat keadaan Clarissa yang hanya dibalas anggukan oleh Alex yang kini duduk disebelah Rafael yang sedang makan dalam diam.

Tangan Catherine dengan perlahan mengelus rambut Clarissa dengan lembut.

"Ah iya, kami berempat ingin membeli sesuatu dulu dikantin. Titip tas sebentar ya"ucap Rio sambil berjalan keluar setelah menaruh tasnya disofa diikuti oleh ketiga sahabatnya.

"Aku ingin ketoilet dulu"ujar Rafael sebelum berlalu pergi sambil membawa pepper bag-nya menuju kamar mandi.

"Kamu mau titip sesuatu gak Cath? Aku mau ke minimarket sebentar"ucap Alex.

"Aku pesen coklat aja 1 sama minuman 2 ya Lex"jawab Catherine yang masih mengelus rambut Clarissa.

Setelah mendengar jawaban dari Catherine, Alex segera pergi menuju minimarket terdekat untuk membeli snack dan titipan Catherine tadi.

"Hai! Namamu Clarissa ya? Aku Catherine. Kakakmu dan Rafael selalu menceritakan tentangmu kepada kami semua. Aku tau kalau kau kini mendengarku ditempat yang indah sana. Tapi, kini sudah saatnya kau berpisah dengan tempat itu dan kembali ke tempatmu kini. Tak perlu takut akan suatu hal yang belum tentu terjadi. Karena aku yakin, semua yang menjadi pertanyaanmu kini dapat diubah sesuai keinginanmu. Jadi kembalilah Clary. Semua telah menunggumu kembali"bisik Catherine di telinga Clarissa tang ternyata menimbulkan efek kepada Clarissa.

Dengan perlahan, jemari mungil Clarissa bergerak diikuti dengan pergerakan kelopak matanya yang ingin terbuka untuk melihat apa yang kini berada disekitarnya.

"Clary!"pekik Catherine senang yang melihat tingkat kesadaran Clarissa yang semakin meningkat.

"RAFAEL! CLARY!"teriak Catherine sambil memencet tombol darurat diatas ranjang Clarissa.

Rafael yang mendengar teriakan Catherine dengan segera keluar dari kamar mandi setelah memakai bajunya.

Tepat ketika Rafael berada disamping Clarissa, saat itu juga Clarissa sadar dari komanya.

Dan tak lama setelah Clarissa diperiksa oleh dokter yang menanganinya, Alex datang dengan tergesa-gesa disusul oleh pasangan paruh baya yang diyakini Catherine sebagai orang tua Alex dan Clarissa.

"Syukurlah! Kamu udah sadar nak"ujar wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Alex dan Clarissa.

"Iya ma"jawab Clarissa dengan senyum lemah.

Sedangkan disisi lain, Clarissa tampak tengah melihat seseorang dengan pandangan penih misteri dibaliknya dengan mengukir senyum tipis dibibirnya.

Bersambung...


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login