Milea kini sudah kembali pulang ke Singapura dan meninggalkan teman-temannya di Indonesia, padahal liburannya masih beberapa lagi namun pekerjaannya memaksanya untuk kembali melanjutkannya.
"Bagaimana liburan kamu di Indonesia? Apa semuanya menyenangkan?" tanya sang papa ketika berada di meja makan bersama dengan keluarganya.
"Iya, aku sangat senang bisa kembali lagi ke Indonesia setelah sekian lama di sini. Aku benar-benar berharap papa mau memindahkan aku ke perusahaan cabang yang ada di Indonesia, sejujurnya aku dari dulu keberatan kalau kita semua pindah ke sini. Tapi aku sudah tidak masalah kalau tinggal di Indonesia sendirian, yang penting kalian memperbolehkan aku untuk mengelola perusahaan cabang yang ada di Indonesia," pinta Milea.
"Rasanya itu tidak mungkin, kamu kan tahu sendiri papa sangat jarang berada di Singapura dan perusahaan di sini seutuhnya kamu yang mengelolanya. Papa, datang ke sini sesekali saja di saat perusahaan kita yang ada di luar negeri lagi longgar saja, nanti kalau kamu mengelola yang di Indonesia terus yang di Singapura siapa yang akan mengelolanya? Kecuali kalau kamu menikah dan kamu bisa menyuruh suami kamu, untuk mengelola perusahaan yang ada di Singapura," saran sang papa membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.
"Kenapa ujung-ujungnya yang dibahas selalu pernikahan? Aku ini masih muda dan aku belum kepikiran untuk menikah muda sama sekali," protes Milea membuat ke dua orang tuanya tertawa.
"Kan tadi papa hanya bilang, semua itu mungkin terjadi kalau kamu suatu saat menikah dan kamu bisa menyuruh suami kamu untuk mengelola perusahaan yang di sini," ujar sang papa.
"Bagaimana mau menikah? Calon saja aku tidak punya," keluh Milea lagi-lagi membuat kedua orang tuanya tertawa.
"Kamu itu putri papa yang paling cantik di dunia ini, dari sekian banyak laki-laki yang mencoba untuk mendekati kamu masa tidak ada satupun yang nyantol di hati kamu? Lantas kamu mau mencari laki-laki yang seperti apa?" heran sang papa.
"Aku sendiri juga tidak tahu harus mencari yang seperti apa? Mungkin karena dari akunya sendiri belum kepengen menikah, jadinya semua cowok yang datang mendekati aku terasa biasa saja," ujar Milea membuat papanya mengangguk paham.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak bicara ketika sedang makan. Cepat selesaikan makanannya atau kalian akan terlambat pergi ke kantor," tegur mamanya Milea yang baru saja kembali dari dapur.
"Apa mama juga kepengen aku buat menikah muda?" tanya Milea membuat sang mama tersenyum.
"Kamu mau menikah kapanpun itu semuanya terserah sama kamu, mau menikah di usia 20-an ataupun 30-an itu juga hak kamu. Memilih jodoh itu tidak seperti memilih makanan yang asal nyomot aja, perlu pertimbangan yang matang dan harus dilihat bibit, bebet, dan bobotnya. Jadi tidak perlu terburu-buru dalam menentukan pilihan, kalau kamu pengennya fokus kerja dan masih kepengen main ke sana ke mari, itu juga tidak jadi masalah. Kamu puas-puasin aja dulu masa muda kamu, dengan entah itu pergi liburan ke mana pun sesuka kamu. Karena nanti kalau kamu sudah menikah pasti fokusnya akan beda lagi, mau liburan ke sana ke mari juga pasti kamu membutuhkan izin dari suami kamu. Iya kalau sampai kamu mau diajak liburan, kalau tidak? Kamu tidak perlu terburu-buru menikah, disaat teman-temanmu sudah pada menikah. Setiap orang punya cara bahagianya sendiri-sendiri, kalau mereka menikah di usia muda mungkin karena mereka sudah menemukan kebahagiaannya," nasihat sang mama membuat hatinya Milea lega.
Drrt drrtt drrtt!!
"Andri"
Is calling...
"Halo?"
"Halo, Milea? Kamu lagi ada di mana sekarang? Apa kamu ada waktu luang? Rasanya sudah lama kita tidak bertemu, lagi?"
"Ah sayang sekali tapi aku sudah kembali ke Singapura."
"Ha? Jadi kamu sudah pulang ke Singapura? Tapi aku pikir kamu masih lama di Indonesia makanya aku calling kamu?"
"Iya, rencananya aku memang masih ada beberapa hari di sana, tapi ada pekerjaan mendadak yang harus aku urus di sini."
"Oh gitu, emm kalau boleh tahu kira-kira kapan kamu akan kembali lagi ke Indonesia?"
"Emm aku sendiri belum tahu kapan bisa ke sana lagi, pastinya aku ngelihat dulu kerjaanku banyak atau enggak di sini. Kenapa tidak kamu saja yang main ke Singapura dan main ke rumahku?"
"Sebenarnya aku ingin main ke sana, tapi aku belum ada tabungan yang cukup hehe. Aku tidak mau kalau di sana cuma sehari dua hari saja, nantilah kalau tabunganku sudah mencukupi aku pasti main ke rumah kamu. Ya sudah kalau begitu kamu jaga kesehatan di sana."
"Baiklah, kamu juga jaga kesehatan."
Milea menutup teleponnya, kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas begitu percakapan sudah selesai. Kini kendua orang tuanya menatapnya dengan penuh curiga, karena baru kali ini ada laki-laki yang pagi-pagi begini menelpon putri mereka.
"Siapa yang barusan menghubungi kamu? Siapa yang tadi kamu ingatkan untuk jaga kesehatan di sana? Tumben sekali kamu sampai perhatian seperti itu?" tanya sang papa menginterogasi putri semata wayangnya.
"Apasih, yang tadi telepon itu salah satu temanku waktu kita di sekolahan yang sama dulu. Dia tadi bilang buat aku jaga kesehatan di sini, ya wajar dong kalau aku bales kayak gitu juga. Lantas di mana letak permasalahannya?" elak Milea.
"Hilih, jangan-jangan kamu sudah punya pacar diam-diam di belakang kami?" tuduh sang papa sembari menunjuk putrinya dengan garpu yang dipegangnya.
"Sudah kubilang aku tidak punya pacar, kalau banyak laki-laki yang mendekati aku itu wajar tapi bukankah papa sendiri aku tidak begitu merespon mereka. Aku hanya bersikap sewajarnya saja," jelas Milea setelah menyelesaikan makannya ia berpamitan kepada orang tuanya untuk berangkat ke kantor lebih dulu.
Milea sebenarnya juga merasa bahwa Andri memang sedang mencoba untuk mendekatinya, hanya saja karena dirinya belum begitu merasa cocok maka dirinya hanya bersikap sewajarnya seperti teman.
Sepanjang perjalanan menuju ke kantor Milea tak henti-hentinya menatap wallpaper di ponselnya, di mana terdapat foto seorang anak kecil bernama Andi yang yang menemani hari-harinya selama berada di Indonesia.
"Ah aku jadi merasa bersalah karena tidak berpamitan langsung padanya, saat aku mau pulang ke Singapura. Kira-kira dia nyariin aku atau tidak, ya?" gumam Milea sembari mengelus foto adik dari sahabat yang tersebut.
Setelah mendengar semua cerita dari sahabatnya mengenai Andi, yang belum pernah mendapatkan kasih sayang sedikitpun dari orang tuanya bahkan sampai hampir berumur 5 tahun. Seketika membuat hatinya seperti teriris, karena anak sekecil itu harus menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Anak kecil yang tidak tahu apapun tapi harus terkena imbasnya dan dari bayi sampai segede itu dirawat oleh sahabatnya.
Ddrrtt drtt drttt!!
"Logan"
Is calling...
"Halo, Gan? Ada apa?"
"Tante Milea? Kenapa pulang ke Singapura tidak pamitan sama aku? Apa aku tidak penting untuk, Tante? Padahal aku pengen main lagi ke taman sama tante, tapi begitu aku nyampe di apartemen tante sudah tidak ada di sana. Papa, mengatakan kalau tante sudah pulang ke Singapura. Tante, jahat tahu enggak?"
"Andi? Haloo? Haloo? Iss kok mati sih teleponnya?"
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMENNYA YAKK, TERIMAKASIH