Seorang wanita paruh baya menangis, sang kawan baik yang datang tanpa pikir panjang langsung menyediakan bahunya untuk di buat sandaran.
Nina yang paling merasa terbeban, saat putri kesayangannya sudah seperti tak lagi menganggap kehadirannya. Tak ada satu kata pun terbalaskan, bahkan bentuk perhatian wanita itu sudah di tunjukkan berlebih. Ia hanya menyesalkan, harusnya sejak awal ia bisa memperkirakan efek buruk terhadapnya semacam ini.
"Sudahlah, ku rasa Cherlin hanya butuh waktu sebentar untuk menyendiri. Tak mungkin tega untuknya bisa menyakiti mu lebih lama lagi."
"Tapi itu tak sesederhana menurut mu, Ra! Aku tahu bagaimana sifat anak ku itu. Sama halnya dengan Jonathan, putri ku adalah orang yang tak suka di atur dan terkesan bebas. Dia bukan tipe yang mudah melupakan, aku hanya takut jika Cherlin menempatkan ku pada golongan yang di bencinya."
Rara menghela napas, saat Nina menepisnya dengan nada tinggi dan melepaskan pelukan persahabatan mereka.