Download App
56.25% Hello, My Little Girl! / Chapter 8: Edward Anderson

Chapter 8: Edward Anderson

Written by : Siska Friestiani

Hello, My Little Girl! : 2021

Publish Web Novel : 30 Juli 2021

Instagram : Siskahaling

*siskahaling*

ANDERSON'S MANSION. Vancouver, Amerika Serikat. 16.00 PM.

"Jadi, kapan kau menyerah dan mengakui kekalahanmu"

suara Wiliam Anderson memecah keheningan, menatap Edward dengan senyum mengejek ketika lagi-lagi berhasil membunuh benteng milik bungsu Anderson dengan kudanya. Edward mendengus, Bungsu dari keluarga Anderson itu menatap Wiliam kesal.

"Aku tidak akan kalah, kau tahu itu?" balas Edward tak terima dengan penghinaan terang-terangan yang di lakukan oleh si sulung. Ia memindahkan ratunya dua langkah ke sisi kanan.

"Skak" ucapnya kemudian. Wiliam tersenyum remeh, memajukan menteri untuk menahan serangan Edward.

"Kemampuanmu bahkan masih jauh di bawahku" ejek Wiliam seakan belum puas jika belum menyulut kemarahan sang adik.

Edward mendecakkan lidahnya "Bagaimana dengan peternakan kuda di Virginia"

"Blue Mountain Resort di Canada?"

"Deal" ucap keduanya bersamaan.

Wiliam tersenyum, ia tidak sabar ingin mendapatkan peternakan Edwar yang berada di Virginia. Itu satu-satunya yang Wiliam inginkan namun sayangnya tidak bisa ia miliki karena Edward sudah memilikinya terlebih dahulu.

Sedangkan Edward menatap Wiliam dengan tatapan percaya diri.

"Siap-siap saja kau kehilangan Blue Mountain mu" ucap Edward namun tatapannya masih fokus di papan caturnya. Kali ini ia mendapat giliran untuk menyerang.

"Kau yakin?" Wiliam terkekeh geli "Pastikan kau tidak menangis atau merengek ke kakak iparmu untuk meminta kembali peternakan yang sudah ku dapatkan"

Edward mendengus, Wiliam sengaja memancingnya dengan mengingatkan kejadian tiga tahun silam ketika ia melapor kepada Shopia untuk membantunya membujuk Wiliam agar mau meminjamkan pulau priabadi yang baru saja Wiliam beli.

"Ahh, ada yang inginku tanyakan" ucap Edward, meletakkan kembali pion ke tempat semula, tidak jadi memajukan pionnya.

"Katakan" ucap Wiliam yang masih fokus dengan permainan caturnya. Ia harus fokus agar ia bisa mendapatkan peternakan kuda milik Edward.

"Alex tidak ada menceritakan sesuatu padamu?" tanya Edward, Wiliam mengerut kening bingung.

"Ahh, aku mengerti" Edward mengangguk seolah paham melihat raut bingung kakaknya itu. Lalu memajukan pion yang tadi tidak jadi ia jalankan.

"Apa yang kau mengerti?" tanya Wiliam, menatap Edward dengan tatapan curiga.

"Giliranmu, Liam" ucap Edward, Wiliam menunduk lalu menjalankan salah satu anak caturnya.

Sial, ia kehilangan fokusnya.

"Aku mendapat kabar kalau Alexander Anderson membiayai full biaya kuliah salah satu mahasiswiku" Edward memulai ceritanya. Namun tanpa menatap Wiliam sama sekali. Ia harus fokus dengan permainan mereka bukan?

"Kau mencoba mengecohku agar tidak fokus?" ucap Wiliam menyadari trik licik si bungsu.

Edward mengedikkan bahunya "Aku mengatakan kebenaran" ucap Edward meyakinkan.

"Bagaimana menurutmu? Bukankah itu menarik?" Edward tersenyum kini menatap Wiliam.

"Kau tau sendiri bagaimana sifat putramu, ia tidak akan pernah mau repot-repot mengurus sesuatu yang bukan urusannya"

Edward benar, Alex tidak akan pernah mau repot mengurus sesuatu yang menurutnya tidak menguntungkan.

"Awalnya aku pikir informasi yang aku dapat salah, tapi begitu aku cek sendiri, ternyata selama ini Alexander Anderson menjadi penjamin biaya pendidikan atas nama Viona Angeline" Edwar mengakhiri ceritanya dengan menjalankan kudanya dengan later L.

Edward tersenyum menatap Wiliam "Giliranmu Wiliam"

Wiliam mendengus, memilih sang ratu menjalankannya secara horizontal.

Wiliam harus tetap fokus, atau ia gagal mendapatkan peternakan kuda yang ia inginkan.

"Siapa Viona Angeline?" tanya Wiliam penasaran. Bagaimanapun ini informasi baru untuknya. Jujur ia penasaran dengan perempuan yang mendapat perlakuan khusus dari putranya.

"Mahasiswi yatim piatu yang di rawat oleh seseorang yang bernama Margareth" jawab Edward, Wiliam mendengus, tidak puas dengan jawaban sang adik.

"Hanya itu yang kau tau?" tanya Wiliam kesal. Edward terkekeh berhasil memancing rasa penasaran Wiliam Anderson.

"Informasiku tidak gratis" Edward kembali memajukan menterinya. Berada tepat di samping kuda.

"Kau dan anakmu menolak untuk mengurus Anderson tapi sekarang kenapa kau terlihat seperti pria miskin yang kekurangan uang" cibir Wiliam, Edward terbahak mendengarnya.

Memang Edward memilih untuk tidak mengambil andil dalam mengurus Anderson Group karena ia bahkan tidak memiliki minat di bisnis sama sekali. Ia lebih menyukai profesinya sekarang sebagai dosen dari pada harus berhadapan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan.

Dan sepertinya, itu juga yang di rasakan oleh putra semata wayangnya yang lebih memilih untuk bergelut di bidang yang sama dengan dirinya.

Like Father Like Son.

"Apa yang kalian taruhkan kali ini?" suara lembut yang begitu familiar itu menyapa Wiliam dan Edward yang masih larut dalam permainan catur mereka.

Shopia datang, membawa dua gelas kopi dan sepiring brownies di nampan.

"Blue Mountain dan peternakan kuda" jawab Edward santai sambil mencomot sepotong brownies di piring yang di bawa Shopia.

Shopia menggeleng kepalanya. Tidak mengerti lagi dengan tingkah kakak beradik yang ada di hadapannya. Ia pun mengambil posisi duduk di sebelah sang suami.

"Kau tidak jera, padahal kau selalu kalah dengan Wiliam?" Shopia angkat bicara, Wiliam terkekeh mendengar perkataan istrinya sedangkan Edward kini sedang mendengus kesal.

See? Kalian dengar sendiri bukan jika Edward selalu kalah dengan dirinya. Ia mana mungkin mengada-ngada.

"Kali ini tidak akan terjadi, aku akan memenangkannya" ucap Edwar santai. Kepercayaan dirinya masih berada di tingkat 99 persen.

"Giliranmu, Ed" ucap Wiliam lalu menarik kursi Shopia agar mendekat.

"Jadi bagaimana, Liam. Aku sudah katakan informasi tentang Viona Angeline itu tidak gratis" Edward kembali membahas perbincangan awal mereka. Memajukan ratu 3 langkah ke depan.

"Siapa Viona Angeline?" potong Shopia sebelum Wiliam menjawab.

"Calon menantumu, mungkin" jawab Edward sambil terkekeh.

"Maksudmu?"

"Skak" ucap Edwar lalu meneguk kopinya dengan senyum penuh kemenangan.

"Tanyakan saja pada putramu Kakak Ipar. Aku rasa ia tidak akan bisa mengelak lagi jika kau menanyakannya sekarang" ucap Edwar lalu beranjak dari kursinya.

"Blue Mountain milikku" Edward mengerlingkan matanya sembari tersenyum, lalu melangkah meninggalkan Wiliam dan Shopia yang kini tengah memasang ekspresi yang berbeda.

Wiliam mendecakkan lidahnya, Sial! Ia terkecoh kali ini.

Sedangkan Shopia sudah meraih begitu saja ponsel Wiliam yang ada di atas meja. Ia harus memastikan kebenaran dari perkataan Adik Iparnya itu.

"Alex?! Kemari! Kau harus menjelaskan kepada Mommy siapa Viona Angeline sebenarnya" ucap Shopia begitu sambungan terhubung. Tanpa mengetahui Alex yang shock mendengar apa yang ia katakan.

Mommynya? Tau dari mana tentang Angelnya?

Sial! Tidak sekarang! Bahkan belum waktunya ia mengenal kan Viona kepada keluarganya. Ia harus mendekati Viona dan membuat gadis itu nyaman dulu berada di dekatnya.

"Lusa kau harus membawanya ke mansion Alex!"

Dan sambungan terputus begitu saja tanpa memberi Alex kesempatan untuk menjawab sepatah kata pun.

*siskahaling*

Hallooo...

Ketemu lagi kan sama aku-nya. Hahaha...

Semoga suka sama cerita baru ku kali ini ya. Terima kasih sudah membaca.

Jangan lupa baca cerita ku yang lain juga ya. Terima kasih banyak udah mampir untuk baca guys.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C8
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login