Rudi telah tiba di rumah. Robby dan Arjun pun membantunya membawa semua barang belanjaan.
"Gimana? Semuanya baik-baik aja kan?" tanya Rudi. Mereka berdua pun mengangguk. Arjun pun menghampiri Rudi dengan penuh rasa bersalah.
"Ayah, aku minta maaf," ucapnya. "Aku benar-benar nggak sopan sama Ayah,"
"Sekali lagi, aku minta maaf," lanjut pemuda itu. Rudi pun tersenyum dan mengangguk.
"Ayah juga minta maaf," sahut Rudi.
Robby sangat senang melihat mereka berdua kembali berbaikan. Ia hanya bisa berharap agar kejadian ini tidak terjadi lagi.
Rudi pun berjalan memasuki tokonya. Setelah beberapa saat, ia menyadari ada beberapa bahan-bahan masakan yang hilang.
"Robby, Arjun!" panggilnya. Kedua pemuda itu pun segera menghampiri Rudi.
"Iya, Ayah?" ujar Robby.
"Ini kenapa barang-barangnya jadi nggak rapi gini? Selain itu kenapa banyak yang hilang?" tanya Rudi. Arjun pun diam-diam menepuk pantat Robby dan memberikan aba-aba agar Robby tidak bercerita kepada Rudi.
"Oh itu ..." Robby mencoba mencari alasan. "Tadi, Bu Yuni ngutang dulu,"
Mau tidak mau, Robby harus berbohong.
"Terus, kamu udah catat?" tanya Rudi lagi. Robby pun bingung harus menjawab apa.
"B-belum, Yah," sahut Robby.
"Oh tapi, aku masih ingat semuanya kok," lanjut pria itu sembari memamerkan giginya.
"Ya udah, kalau gitu, kamu catat sekarang," pinta Rudi sembari menyodorkan buku catatannya.
"Baik, Ayah," jawab Robby. Rudi pun pergi menuju ke kamarnya.
Robby lantas buru-buru memberikan buku catatan di tangannya kepada Arjun.
"Buruan! Tulis semua yang lo ambil tadi!" perintah Robby. "Jangan lupa, lo harus bayar kalau punya duit!"
Arjun tersenyum. Ia pun menyetujui usulan Robby dan mencatat semua yang tadi ia ambil.
Arjun sangat berterima kasih kepada Robby karena telah melindunginya. Ia tidak akan pernah melupakan malam ini ...
*****
Jam istirahat telah tiba. Arjun melihat ponselnya dan melihat videonya di YouTube. Ia sangat senang melihat subscribernya yang mengalami perubahan cukup drastis. Saat ini, ia memiliki lebih dari sepuluh ribu subscriber. Tak hanya itu, dia sudah memiliki lebih dari tujuh ratus ribu penonton, dan juga lima puluh ribu likes. Ribuan komentar juga telah membanjiri akunnya.
"Kayaknya, gue harus sering-sering upload biar duitnya bisa cair," gumamnya dalam hati.
Lalu tiba-tiba, Citra menyodorkannya bekal makanan.
"Apa'an nih?" tanya Arjun yang terheran-heran. Ia pun membuka bekal itu.
"Oh! Nasi goreng!" Arjun sangat senang menerimanya.
"Itu sebagai permintaan maaf gue kemarin," ujar Citra sembari tersenyum. Arjun jadi bingung dengan perkataan gadis itu.
"Nggak perlu minta maaf, lo nggak salah apa-apa kok," sahut Arjun. "Tapi kalau yang ini sih, gue nggak bakalan nolak,"
Arjun memakan nasi goreng itu dengan sangat lahap. Rasanya benar-benar enak.
"Wih, enak nih makan sendirian!" seru Rio. "Jun, bagi ke kita dong!"
Arjun pun menggeleng-geleng. Ia menolak untuk berbagi.
"Minta sendiri sama Citra," sahut Arjun dengan mulut yang masih penuh. Rio dan Ali pun saling tersenyum mencurigakan. Mereka lalu menoleh ke arah Citra.
"Cit, lo suka ya sama Arjun?" tanya Ali sembari tersenyum menggoda Citra. Gadis itu pun wajahnya menjadi merah.
"Ya nggaklah!" bantah Citra. Ia jadi salah tingkah saat ini.
"Udah, bilang aja kalau lo suka sama Arjun," sahut Rio. "Kalian berdua cocok kok. Kelihatan dari nama kalian,"
"Arjuna, dia salah satu dari pandawa lima," ujar Ali. "Dan Chitra adalah salah satu istri dari Arjuna,"
"Beda satu huruf doang sih. Yang ini Citra, yang satu Chitra. Tapi tetap aja, so sweet gitu loh!" lanjut Rio. Hal itu membuat Citra jadi semakin malu.
"Apaan sih? Nggak mungkinlah!" Citra sekali lagi membantah meskipun semua orang mengetahui perasaannya.
"Benar, dia nggak mungkin sama gue," lanjut Arjun. "Kita udah sahabatan dari kecil,"
"Oh jangan salah, sahabat bisa aja suatu saat nanti jadi cinta," sahut Rio. "Di mana-mana pasti bakalan kayak gitu,"
"Hmmm ... Iyain deh," Arjun telah menyerah. Citra menatap Arjun. Ia tidak bisa menebak, apakah mungkin Arjun memiliki perasaan yang sama seperti dirinya saat ini?
"Ya udahlah, nggak seru nih kalau nggak mau bagi-bagi," ujar Ali sembari berlalu keluar kelas.
Di tengah lahapnya Arjun makan, ia pun memiliki ide yang menurutnya cemerlang.
"Gimana kalau lo gue cariin pacar?" tanya Arjun dengan antusias. Citra sangat terkejut mendengar saran dari Arjun.
"K-kenapa?" tanya Citra. Arjun pun menghela napas panjang.
"Karena ... biar lo nggak dikira suka sama gue," sahut Arjun dengan santai.
Citra terdiam. Ia sangat tidak ingin Arjun melakukan itu untuknya. Sebab, ia hanya menginginkan Arjun dalam hidupnya.
"Gimana?" tanya Arjun dengan antusias. Citra pun tersadar.
"Oh ... Hmmm ... terserah elo," sahut Citra. Ia berharap bahwa Arjun tidak melakukan itu.
"Ok! Gue bakalan cari pacar buat elo!"
*****
Arjun telah tiba di rumah. Sekolah hari ini berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa.
Ia meletakkan sepatunya di rak khusus sepatu. Ia pun berjalan melewati kamar Robby. Di sana, Kakaknya itu terlihat sedang sibuk berolahraga dengan angkat burble.
Arjun pun terpaku di depan pintu kamar Robby. Menurutnya, Citra pasti akan menyukai Robby.
"Kenapa lo?" tanya Robby. Arjun pun berjalan mendekati Robby.
"Kalau lo gue jodohin sama Citra, lo mau nggak?" tanya Arjun. Robby sangat terkejut mendengar pertanyaan Arjun.
"Kenapa lo tiba-tiba tanya gitu sama gue?" tanya Robby yang sangat bingung melihat adiknya sembari meletakkan burble di tangannya.
"Gue lagi mau cariin Citra pacar!" Arjun sangat antusias mengatakan tentang niatannya. "Dan kayaknya, lo cocok sama dia,"
Robby pun tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa lo bisa mikir kalau gue bakal cocok sama dia?" tanya Robby sembari terus tertawa. Arjun pun juga tidak tahu alasannya.
"Ya nggak tahu. Gue cuma lihatnya kalian ini cocok aja gitu," sahutnya. Robby masih tertawa mendengarnya.
"Kenapa tertawa? Lo suka sama orang lain ya?" tanya Arjun dengan polos. Robby pun menggeleng-gelengkan kepala.
"Enggak," sahut Robby. "Gue cuma ngerasa aneh aja lihat lo mau jodohin gue sama Citra,"
"Kesannya, gue sama Citra nggak bisa cari pacar sendiri," pria itu masih terpingkal-pingkal. Arjun pun cemberut.
"Apanya yang aneh? Kan siapa tahu lo berdua cocok," tanya Arjun. Robby pun merangkul pundak Arjun.
"Nggak gitu," sahut Robby.
"Apa lo nggak sadar kalau Citra itu suka sama elo?" tanya Robby. "Dia kelihatan banget tahu. Lo harusnya peka soal perasaan Citra,"
Arjun pun terdiam sejenak. Apa benar yang dikatakan oleh Robby. Tapi pikirannya mengatakan bahwa hal itu adalah hal yang sangat mustahil.
"Ah, nggak mungkin Citra suka sama gue!" jawab Arjun. "Lagian, gue nggak ada perasaan apa-apa sama dia,"
Robby pun tersenyum. Ia merasa tidak yakin dengan perkataan Arjun.
"Yakin lo nggak punya perasaan apa-apa?" Robby mencoba meyakinkan Arjun. Dan adiknya pun mengangguk.
"Yakin seratus persen!"
***** TBC *****
— New chapter is coming soon — Write a review