Satu sekolah heboh, dengan hot news terkini. Seorang Aslan, membonceng cewek ke sekolah untuk pertama kalinya. Terlebih lagi, cewek itu adalah anak baru di sana.
"Mel, ada kabar heboh!! Lo harus ikut kita!" Dua orang siswi menariknya menuju lantai atas untuk melihat Aslan yang kini tengah melepaskan helm dari kepala cewek itu.
Meldy, ketua geng cewek yang sok cantik, sekaligus kakak kelas yang ditakuti para adek kelas lainnya. Terlebih lagi anak baru, yang selalu tunduk dengannya. Anak dari kepala sekolah, tentunya merasa punya wewenang tinggi.
"Sialan, cewek itu siapa? Kenapa gue gak pernah lihat dia ada di sini sebelumnya?"
"Dia itu murid baru, namanya Meysa. Berdasarkan informasi yang gue dapat, dia tomboy, pintar, jago berkelahi, punya banyak teman cowok dan ...."
"Cukup! Gue cuma tanya namanya, gak usah sebutkan kelebihannya segala!" potongnya kesal.
"Apa jangan-jangan dia pacar barunya, Aslan?"
"Gak! Aslan cuma milik gue, kita harus lakukan sesuatu!"
"Tapi, apa?"
"Gue punya rencana ...." Cewek itu membisikkan rencananya kepada kedua temannya.
"Setuju!"
Melangkah, melewati lapangan menuju ke kelas kali ini begitu lambat rasanya. Apa karena ditemani oleh, cowok ngeselin yang baru Meysa kenal itu? Terlebih lagi, dengan begitu banyak pasang mata yang memperhatikan setiap langkah keduanya.
"Sekeren itu kah, gue, sampai mereka semua lihatin segitunya," ujar Meysa kepedean.
Membuat Aslan, tertawa kecil.
"Apanya yang lucu?"
"Mana ada mereka lihatin orang kayak Lo, pastinya mereka lihat gue, secara keren kayak gini," jawabnya mengibaskan jaket yang dia kenakan di atas baju OSIS miliknya.
Jika ditambah kacamata hitam, cowok itu terlihat lebih keren pastinya.
"Pede banget jadi orang!"
Meysa tersenyum kepada para murid yang dia lewati, anehnya pandangan mereka begitu berbeda untuk orang yang pertama kali bertemu.
"Lan, cewek baru Lo? Dapat dari mana, cantik bener," ujar seorang cowok yang bersandar di dinding.
"Cewek baru?" Keduanya tersentak mendengarnya.
"Iya, ini pacar baru Lo, 'kan?"
"Heh, jangan sembarangan ngomong ya, gue pacaran sama dia? Najis!"
"Gue juga ogah punya pacar cewek tomboy kayak, Lo!" sahut Aslan tak mau mengalah.
"Kalaupun hanya ada Lo, satu-satunya cowok di dunia ini. Lebih baik gue sendiri sampai tua!" geramnya lantas pergi begitu saja.
Jam istirahat.
Meysa tidak ikut ke kantin bersama circle barunya. Dia rasa, sedikit tak enak badan, mungkin karena kemaren dia sempat kehujanan saat pulang dari toko buku.
Cewek itu menyandarkan kepalanya pada meja, memejamkan mata sejenak sebelum bel masuk berbunyi.
Brakk!!
Suara itu mengejutkannya.
"Lo yang namanya Meysa?"
Dengan kepala yang masih terasa pusing, cewek itu mendongak melihat tiga orang siswi ada di hadapannya kini.
"Iya, kenapa?"
"Santai banget lagi jawabnya, gue minta Lo jauhi Aslan, mulai detik ini. Gue gak mau tahu, kalaupun kalian pacaran putus aja udah, Aslan itu cuma punya gue!" cetusnya.
"Cuma masalah itu? Denger ya, gue gak doyan sama cowok model begituan. Ambil aja udah, gak butuh gue," jawab Meysa dengan entengnya.
"Oke, gue pegang omongan Lo. Kita buat kesepakatan ini, mereka berdua yang jadi saksi!" tunjuknya pada dua orang teman di belakangnya.
"Cewek gajelas, ganggu orang tidur saja!"
Niatnya ingin menyambung tidur, tapi apa daya bel masuk sudah berbunyi. Para murid pun berbondong-bondong masuk ke dalam kelas.
Jam pelajaran terakhir, begitu membosankan. Untung saja di saku bajunya, selalu tersedia permen untuk menemaninya dalam situasi seperti ini.
"Heh, minta dong," bisik Aslan yang duduk di sampingnya.
"Mau?"
Cowok itu mengangguk.
"Beli sendiri," lanjutnya kemudian membuat cowok itu kesal.
"Gue bilangin guru kayaknya seru nih," ancamnya.
"Heh, jangan! Ngeselin banget sih, jadi cowok, nih ambil semua!" Bahkan tak tersisa satu butir permen pun dalam sakunya kini.
Kring!!
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Meysa dengan segera menuju ke luar gerbang, dia tak mau lagi diantar oleh cowok itu, cukup ini saja hari terakhir mereka akrab. Sudah banyak masalah yang dia hadapi, padahal belum ada seminggu dia mengenalnya.
"Angkot berhenti!!"
Tangannya dicegah seseorang, saat dia hendak masuk ke dalam.
"Jalan aja Pak, terus," suruhnya.
"Gimana sih, Neng! Kalau gak punya duit gak usah naik angkot!"
"Enak aja, duit gue banyak Pak, bahkan bisa beli angkot jelek Bapak ini," cetusnya tak terima.
"Udah jangan diterusin seneng banget berantem!"
"Lagian, Lo juga sih, ngapain cegah gue tadi? Gue mau kabur dari si Aslan itu, gue gak mau pulang sama dia," kesalnya.
"Iya, gue paham kali ini gue mau tebus kesalahan gue waktu itu, sekarang Lo pulang bareng gue aja," ajak Bima.
"Halah bilang gitu, nanti Aslan datang yang ada ditinggal lagi." Meysa sudah tak percaya lagi dengan omong kosong sahabatnya.
"Kali ini nggak!"
Gadis itu tak tahu saja, saat geng kakak kelas melabraknya, Bima ada di sana. Dia mengintip dari jendela, niatnya ingin mengantarkan minuman kepada gadis itu, tapi tak jadi begitu melihatnya.
"Gue pegang janji Lo, sana ambil motor gue tunggu di sini saja," suruhnya.
"Oke, tunggu ya!"
Aslan sudah mengelilingi lingkungan sekolahnya, setiap koridor dia telusuri tak juga menemukan sosok gadis yang dia cari kini.
Sampai akhirnya, dia melihatnya di samping gerbang dari. Dari lantai dua, dia berlari turun mengejarnya.
"Ayo Mey, naik!"
"Tunggu," cegah Aslan yang muncul tiba-tiba.
"Mey, Lo pulang sama gue," ajaknya menarik tangan gadis itu.
Meysa mengibaskan dengan kasar.
"Gue mau pulang sama Bima," tolaknya.
"Lo berangkat sama gue ...."
"Tapi gue maunya sama Bima, bukan sama Lo! Mulai sekarang gak usah sok baik sama gue, masalah gue nyelamatin Lo waktu itu lupain aja gak usah dibalas segala, gue ga butuh!" potongnya lantas pergi bersama dengan Bima dengan motornya.
"Dia kenapa sih, beda banget." Aslan tampak bingung, sikap gadis itu berubah drastis.
Beberapa temannya yang melihat kejadian itu, langsung mendatanginya.
"Sedih Lo, ditolak buat nganterin tuh cewek?" Tanpa beban Edo menanyaknnya.
"Ngomong apa sih, Lo! Gue cuma heran sikapnya berubah," jawab Aslan beralasan.
"Jangan-jangan Lo udah jatuh cinta lagi, sama dia?" tebak Tama.
"Sembarangan kalau ngomong, dah ayo ke basecamp!"
Aslan sudah berjalan semakin jauh, meninggalkan ketiga temannya yang masih memandanginya di tempat semula.
"Gue yakin, bos kita sudah terpikat sama tuh cewek," tuduh Arya.
"Gue juga mikir kayak gitu, selama ini dia gak pernah merespon cewek manapun lagi semenjak putus sama mantannya," sahut Edo.
"Jelas dia baper, lihat aja si Meysa, cantik kayak gitu kalau gue sih, jelas mau!"
Ucapan Tama barusan membuat kedua sahabatnya melirik tak sedap ke arahnya.
"Kalau Lo, semua cewek juga mau!" Keduanya beranjak meninggalkan cowok itu.
Bersambung ....