Aku menyelipkan rambutku ke belakang telinga dan menatap ayahku dengan pandangan no-BS. "Apa yang kamu mau dari aku?"
"Pertanyaan macam apa itu? Aku tidak menginginkan apa pun darimu," dengusnya sebelum jatuh ke kursi kulit yang sudah usang.
"Kau telah mencari perhatianku selama berbulan-bulan. Mungkin sejak aku bergabung dengan Zero. Kamu tidak dapat menelepon seperti orang tua biasa. Kamu harus meminta orang lain untuk membuat ku bersalah karena menghubungi mu saat kamu menyusun beberapa rencana rumit yang melibatkan nama samaran dan pertunjukan penulisan untuk blog untuk menghancurkan band ku di depan umum. Dan sejak kapan kau jadi penulis?"
"Sejak dulu," jawabnya dengan nada bosan. "Aku menulis untuk Kalender bagian di Jakarta Times kembali pada hari . Itu bukan pertunjukan mingguan, tetapi penghasilan tambahan membantu ketika band ku tidak bermain."