Download App
66.66% Green Dragon War of Three Kingdom / Chapter 2: Chapter 2 The Little Soldier

Chapter 2: Chapter 2 The Little Soldier

"Haah, haah, haah,..."

Di sebuah hutan seorang anak kecil sedang berlari larian di sebuah hutan.

Terlihat dari wajah anak kecil tersebut yang sangat panik seperti di kejar oleh seseorang, dengan pakaian sederhana nan lusuh serta terdapat sedikit bercak darah di pakaiannya.

Anak kecil tersebut terlihat sangat terengah engah sembari mengumamkan sebuah kalimat yang sama.

"Ayah, ayah!!, aku akan berjanji, heh, heh, heh, akan menyelamatkan ibu, heh, heh, heh dari para pembunuh itu."

Anak kecil itu terus berlari dengan sangat cepat di antara pepohonan di hutan, sehingga suara dari sesorang di belakang anak kecil tersebut mulai menghilang seakan akan mereka tertinggal oleh anak kecil tersebut.

Meski begitu anak kecil itu pun masih tetap panik dan terus berlarian keluar dari hutan.

...

Dan setelah berlarian selama 1jam lamanya anak kecil itu pun melihat ujung dari hutan tersebut.

Dan dengan senang anak itu pun langsung meningkatkan kecepatan berlarinya.

"BRUGH!!"

Akibatnya dia pun tersandung akar pohon dan terjatuh ketanah.

"Aduh!!,... apakah mereka tidak mengejar aku lagi, shhmm, shm, Ayah aku berjanji untuk melindungi ibu dan akan menjadi pria sejati, dan akan membuat kematianmu tidak sia sia, shmm, shm."

Anak kecil itu sembari menahan tangis karena kematian ayahnya pun mulai kembali berdiri sembari melanjutkan perjalanan kembali ke rumahnya, berniat untuk menyelamatkan ibunya yang akan di bunuh juga.

Anak kecil itu pun setelah membersihkan pakaiannya dia pun melanjutkan berlari ke arah sebuah perdesaan yang dia lihat di depanya.

...

Anak kecil itu pun mulai berada di desa tersebut, terlihat seluruh warga yang ada di sana terlihat sudah terkapar bersimbah darah serta ada beberapa senjata seperti pedang serta tombak dan anak panah yang masih tertancap di tubuh para warga.

Tentu pemandangan tersebut membuat anak kecil itu terkejut setelah melihat kondisi desanya, Anak kecil itu pun mulai sedikit menangis karena anak kecil itu berpikir bahwa desanya dimana tempat tinggalnya sudah di hancurkan, namun

Anak kecil itu pun melihat ada seseorang yang berlarian di balik perumahan di dalam desa dan terlihat orang tersebut adalah seorang anak kecil yang mengintip di balik perumahan untuk melihat kondisi di luar, dan kemudian anak kecil itu pun setelah melihat dirinya, anak kecil itu pun langsung kembali masuk ke rumah tempat dia bersembunyi.

...

Setelah berkeliling desa untuk mencari ibunya anak kecil itu pun menemukan rumahnya setelah berkeliling desa selama hampir setengah jam.

Anak kecil itu pun langsung lari menuju ke dalam rumahnya.

"IBU!!, IBU, IBU!!"

"Yan!!"

"IBU!!"

Yan pun menemukan Ibunya yang sedang bersembunyi di balik ruangan, kemudian kedua anak dan ibu tersebut pun berpelukan, sembari menangis bahagia karena dipersatukan oleh langit.

...

Yan pun menceritakan apa yang telah terjadi sebelum dirinya sampai di desa, kondisi dimana dirinya dikejar di hutan, serta ayahnya yang di bunuh oleh para pasukan Sorban Kuning.

Ibunya pun menenangkan Yan anaknya yang sedih akan kematian Ayahnya.

Yan masih mengingat jelas ketika dirinya sedang membantu ayahnya untuk bekerja menanam tanaman pada saat itu serta bermain dengan beberapa anak yang lainnya, berlarian di rerumputan luas bermain tombak kayu layak bermain sebagai prajurit melatih skillnya sebagai prajurit yang pemberani dan loyal nantinya.

Meskipun untuk saat ini Ayahnya Yan bekerja sebagai petani namun dulu Ayahnya adalah seorang prajurit dibawah perintah seorang jendral besar Yuan dan itu menjadi salah satu kembangaan Ayahnya, dan Ayahnya pun pensiun setelah menerima cedera serius ketika dirinya menjadi prajurit yang menyebabkan lengannya menjadi sangat sulit untuk di kendalikan, seperti lengannya sering bergetar di luar kendalinya.

Yan pernah menanyakan kepada Ayahnya kenapa lengannya bisa sampai bergetar seperti itu.

Ayahnya pun menceritakan kepada Yan bahwa lengannya ini pernah terkena panah beracun yang dapat mengenai tulangnya.

Sebelumnya lengan Ayahnya pernah dioperasi untuk menyembuhkan lengannya dengan cara di kikis bagian tulang yang terkena racun, tentu saja hal tersebut adalah salah satu hal yang sangat menyakitkan karena pada saat itu tidak ada alat untuk menghilangkan rasa sakit dari sebuah operasi tersebut jadi mau tidak mau Ayah Yan harus merasakan secara langsung rasa sakit dari operasinya tersebut, dari ketika kulitnya disobek dan dibuka, merasakan alat bedah panas yang mengenai kulit serta tulangnya, dan ketika tulangnya di kikis secara langsung.

Namun setelah menjalankan operasi, lengannya pun mulai menjadi aneh dan bergetar secara aneh, Ayahnya pun menanyakan kepada tabib yang membedahnya pada saat itu, dan tabibnya pun memberi tahu bahwa tidak seluruh racun yang menempel pada lengannya telah di keluarkan, racun yang dikeluarkan hanyalah racun yang dapat mebuat tulang terkeropos dan kulitnya yang membusuk secara perlahan dari dalam, sedangkan racun yang berada di dalamn lengannya saat ini tidak akan menyebar lebih jauh dan hanya membuat jaringan saraf di lengannya tergangu.

Tabib itu pun pernah menanyakan kepada Ayahnya Yan jika lengannya tergangu akan hal tersebut hanya ada satu cara yaitu mengamputasi seluruh lengannya, dan dengan alasan tersebutlah yang membuat Ayah Yan untuk menjaga lengannya yang digunakan sebagai petani.

Yan pun bertanya bukankah luka tersebut sangat tidak nyaman, dan tidak sebanding dengan menjadi prajurit yang selalu berhadapan dengan kematian.

Sebuah luka bagi sebuah prajurit adalah salah satu kebanggaan dan akan menjadi tanda sebuah sosok legenda hidup, dan ketika mati akan menjadi sosok yang akan dihormati, dan dihargai perjuangannya.

Yan pun kembali bertanya namun di antara 1 pemimpin terdapat ribuan pengikut bukan kah jika kematian 1 prajurit seperti Ayah akan dilupakan.

Ayahnya pun ingin mulai menjelaskan arti kehidupan dan kematian kepada Anaknya Yan, namun sebelum memulai itu semua terdengar sebuah bel peringatan.

Anggota Sorban Kuning menyerang perkebunan, Ayahnya pada saat itu dengan sigap menyuruh Yan untuk melarikan diri dari penyerangan tersebut, Tentu Yan menolak dan ingin membantu Ayahnya hingga akhir.

Ayahnya pun menjelaskan kepada Yan bahwa hal yang harus Yan lindungi adalah orang yang lemah dan tidak dapat bertarung, dan maka dari itu kemampuan dirinya harus dimanfaatkan untuk melindungi mereka yang lemah dan Ayahnya memerintahkan Yan untuk melindungi Ibunya dengan kabur menghindar dari para anggota Sorban Kuning dan Ayahnya akan menghambat para anggota sorban kuning.

Yan pun langsung lari sembari mengemban tugas dari Ayahnya untuk membawa kabur Ibunya dengan maksud melindungi Ibunya dari para anggota Sorban Kuning, namun ketika sudah memasuki hutan, Yan masih mempertanyakan alasan Ayahnya yang mau mengorbankan diri untuk orang lain dan banga mati dalam pertarungan, rasa penasaran Yan membuat dirinya kembali ke Ayahnya untuk mencari tau tentang jawaban tersebut, dan ketika Yan kembali,...

...

"Yan jika kamu ingin menangis maka menangislah itu adalah hal yang wajar, meskipun Ayahmu telah tiada setidaknya semangatnya masih tertanam di dirimu Yan."

Yan masih menahan tangisnya agar tidak menangis dan terlihat lemah di depan ibunya, karena Yan masih berfikir bahwa dirinya dan keberaniannyalah adalah harapan terakhir untuk ibunya, mana mungkin sosok harapan harus terlihat lemah hanya dengan menangis, Yan pun menjawab ibunya.

"Ibu tenang saja Yan akan melindungi Ibu dari para pemberontak Sorban Kuning, suatu saat nanti Yan akan menjadi Jendral hebat melindungi Ibu dan orang orang lemah seperti warga desa di sini."

"Ibu sangat senang mendengarnya, sekarang sudah malam, cepat tidur, jangan lupa untuk menjaga diri dulu sebelum menjaga dan melindungi orang lain

Dan mulai besok pagi kita akan pergi dari desa untuk mencari tempat tinggal yang baru dan jauh lebih aman, kemudian kita akan berdagang sedangkan Yan nanti akan bersekolah di sekolah kemiliteran agar Yan menjadi seorang Jendral yang hebat, dan membuat banga Ibu dan Ayah yang berada di surga."

Yan pun menjawab dengan menganguk kan kepala seperti memberi tanda mengerti kepada Ibunya, dan memeluk ibunya sebelum tertidur.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login