Kini Alfiz menghela nafas setelah melihat bagaimana sahabatnya yang malah berpura-pura tidak melihat kehadiran seorang gadis yang berada di parkiran membuatnya menjadi gemas sendiri.
"Fiz, ngapain, sih, kita di sini?!" tanya Didan dengan kesalnya. "Gue pengen balik, ah, buruan!"
"Ya sabar, sih, 'kan kita nunggu orang dulu," ujar Alfiz sembari tersenyum masam. "Gue juga pengen kali cepet-cepet balik."
Didan yang mendengarnya pun langsung berdecak dengan kedua tangan yang melipat di dada berpura-pura tidak melihat keberadaan dari Sheila yang sedari tadi melihatnya dari dalam mobil, dan Alfiz mengetahui hal itu.
"Dan, temen lo tuh," ujarnya memberitahu. "Kayanya dia pengen ngomong, deh, sama lo."
"Nggak kenal," ketus Didan den gan wajah datarnya. "Gue nggak kenal sama dia."
"Eh, jahat banget, sih, lo jadi cowok."
"Ya bodo amat, lo nggak bakal ngerasain rasanya jadi gue, Fiz, jadi mending diam aja, deh!"
"Banyak omong, lo, kebiasaan 'kan."
"Nyenyenye~"